5 Tanda Anak Anda Butuh Terapi Makan

 

Foto: Freepik


Semua orang tua pasti menginginkan anaknya mengonsumsi semua makanan sehat yang disajikan di meja makan. Akan tetapi, harapan ini memang tidak mudah bagi sebagian orang tua dengan anak yang hanya mau makan makanan tertentu saja. Sulit untuk mengetahui apakah balita Anda adalah anak yang hanya sekadar suka pilih-pilih makanan atau memang memiliki masalah makan.
 
Beberapa orang tua yang lelah dengan segala percobaan untuk membuat anaknya mau mencoba makanan baru mungkin berujung dengan harapan semu seperti, “Ah, nanti pasti ada waktunya, kok, dia mau makan ini.” Harapan tersebut tentu tak salah. Akan tetapi, mengingat bahwa hal tersebut dapat berpengaruh terhadap kesehatan si kecil, maka orang tua perlu mewaspadai tanda-tanda balita butuh terapi makan.
 
Sebab, pakar pemberian makan pediatri sekaligus penulis buku Raising a Healthy, Happy Eater, Melanie Potock, M.A., CCC-SLP., mengatakan, “Satu dari 4 anak mengalami gangguan makan yang memerlukan intervensi dengan ahli patolgi bahasa, terapis wicara, maupun terapis okupasi.”
 
Nah, berikut ini adalah beberapa tanda menunjukkan bahwa kebiasaan makan anak Anda berubah dari pilih-pilih menjadi bermasalah menurut Melanie:
 
Tertekan di Jam Makan
 
Si kecil menunjukkan emosi negatif seperti sedih atau marah saat waktu makan tiba. Suasana menjadi lebih berantakan saat Anda mencoba membuatnya mau makan. Saat suasana hati yang ditunjukkannya melewati batas kenyamanan, itu bisa jadi bendera merah bahwa ada sesuatu yang salah.
 
“Seorang balita yang menolak duduk di makan, secara konsisten melempar makanan, piring, atau peralatan makan, dan menjadi kesal ketika dihadapkan dengan makanan baru artinya sedang mencoba berkomunikasi bahwa makan itu tidak menyenangkan,” ujar Melanie.
 
Pertumbuhannya Tidak Sesuai
 
Terlepas dari upaya yang Anda lakukan untuk membuatnya mau makan, ada hal penting yang juga harus Anda amati, yakni pertumbuhannya. Sangat mudah bagi orang tua untuk terjebak melihat pertumbuhan anak dengan membandingkannya dengan anak lain.
 
Jangan salah kaprah, Bunda. Menilai pertumbuhan anak tidak bisa semudah melihat dengan kasat mata bahwa, “Kok anakku lebih kurus atau lebih pendek daripada anak itu,” atau “oh, syukur anakku lebih besar dari anak itu”.
 
Bunda harus berpatokan pada growth chart. Bila anak menunjukkan grafik pertumbuhan yang tidak sesuai dengan growth chart yang ideal, ia mungkin memang memiliki masalah makan.
 
Menerima Sedikit Varian Makanan

Anak-anak dengan masalah makan memiliki preferensi makanan yang sedikit. Misalnya, ia hanya ingin makan sereal saja, bukan karbohidrat dari menu lain. Itu pun dengan satu merk saja, dan dengan teknik presentasi tertentu. Misalnya, susunya harus setengah gelas, bila susunya terlalu banyak atau terlalu sedikit ia akan menolaknya. Artinya, mereka benar-benar kesulitan menerima sesuatu “di luar” kebiasaan makan yang bisa mereka terima.
 
Sering Gagging
 
Gagging adalah memuntahkan kembali makanan atau lebih dikenal dengan istilah kelolodan. Gagging adalah refleks normal yang ditunjukkan balita saat baru belajar makanan solid. Ini juga masih sering terjadi ketika seorang anak melahap makanan yang baru dikenalnya. Mereka akan beradaptasi dan kemudian kembali memasukkannya ke dalam mulut dan mengunyah.
 
Bila anak Anda sering mengalami ini bila ada peningkatakan tekstur, kesulitan mengunyah, dan menelan, maka Anda perlu berbicara dengan ahli untuk mendapatkan diagnosis.
 
Hanya Mau Susu atau Cairan Lain
 
Beberapa orang tua masih beranggapan bahwa tidak masalah si kecil tidak begitu mau makan, yang penting dia mau minum susu. Ini bukan pandangan yang tepat. Memang benar bahwa susu adalah salah satu sumber energi lantaran berkalori tinggi. Akan tetapi, anak-anak tetap butuh asupan lain seperti lemak, protein, dan berbagai mineral dari makanan lain.
 
Anda patut waspada bila si kecil hanya mau minum susu atau cairan. Terlebih, bila ia belum juga bisa minum dari cangkir terbuka tanpa banyak tumpahan.
 
LELA LATIFA
 
 
 
 

 

 



Artikel Rekomendasi