Berat Badan Anak Turun Drastis, Bisa Jadi Pertanda Diabetes

 

freepik


Diabetes Melitus (DM) pada anak, mungkinkah? Bukankah DM ini ditemukan pada dewasa saja?
 
Data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), sebanyak 1220 anak dan remaja mengidap penyakit DM tipe 1 pada tahun 2018. Kejadian penyakit DM tipe 1 pada anak dan remaja di Indonesia tercatat meningkat sebesar tujuh kali lipat sejak tahun 2000 hingga 2010.
 
Pencatatan jumlah kasus DM tipe 2 pada anak dan remaja masih belum terlaksana secara menyeluruh. Penderita DM tipe 2 anak dan remaja di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tercatat 5 pasien sejak tahun 2014 hingga 2018.
 
Apa sebetulnya penyakit ini, bagaimana anak dapat mengidap DM, dan bagaimana penanggulangannya?
 
Menurunnya produksi insulin
 
Diabetes melitus atau penyakit kencing manis merupakan penyakit kronik dimana ditemukan kadar gula yang meningkat dalam darah. Peningkatan kadar gula darah ini terjadi berkaitan dengan insulin.
 
Insulin adalah hormon yang bertugas untuk menyimpan gula dalam otot dan lemak. Jika dirunut berdasarkan penyebabnya, DM dapat dibagi menjadi DM tipe 1, DM tipe 2, dan DM tipe lain.
 
Pada anak dan remaja, jenis DM yang paling sering ditemukan adalah DM tipe 1 yang disebabkan oleh penurunan produksi insulin oleh pankreas akibat proses autoimun atau idiopatik (belum diketahui penyebabnya).
 
Sementara itu, pada penderita DM tipe 2 terdapat gangguan fungsi kerja insulin yang biasa disebut resistensi insulin, umumnya berhubungan dengan obesitas (kelebihan berat badan).
 
Penurunan jumlah ataupun gangguan fungsi hormon insulin dapat menyebabkan gangguan penyimpanan gula dalam tubuh sehingga berakibat pada peningkatan gula darah.
 
 
Waspadai bila muncul gejala ini
 


- Penurunan berat badan drastis dalam 2-6 minggu terakhir yang disertai banyak makan dan minum

- Banyak kencing, sering kencing pada malam hari, bahkan mengompol pada anak di atas usia 5 tahun.

- Kelelahan, muntah, dan tantrum.

 
Gejala-gejala ini terkadang tidak menjadi perhatian pada orang tua sehingga banyak kasus yang tidak terdeteksi dan datang terlambat ke rumah sakit dalam bentuk dehidrasi berat dengan/tanpa sesak napas. Dari pemeriksaan laboratorium akan didapatkan peningkatan kadar gula darah sewaktu (>200 mg/dL).
 
Ada lima langkah penanganan DM pada anak, yakni:
 
Pertama, pemberian insulin  melalui suntikan di bawah perut.
 
Kedua, pemantauan gula darah berkala yang diperiksa hingga 4-6 kali per harinya. Pemeriksaan berkala ini diperlukan untuk menyesuaikan dosis insulin yang diberikan.
 
Ketiga, pemberian nutrisi sesuai dengan kebutuhan kalori anak yang dihitung per hari berdasarkan berat badan ideal. Lalu perhitungan tersebut dibagi sesuai dengan komposisi berikut; karbohidrat 45-50%, lemak <35%, dan protein 15-20%.
 
Keempat, aktivitas fisik 60 menit/hari minimal 5 hari/minggu berupa olahraga aerobik. Peningkatan aktivitas fisik penting dalam meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan kebutuhan insulin pada tubuh.
 
Kelima,  edukasi oleh dokter spesialis anak mengenai pengetahuan dasar DM, pola pengaturan makan, cara penyimpanan dan penyuntikan insulin, serta pertolongan pertama kedaruratan pada DM.
 
American Academy of Pediatrics-Ikatan Dokter Anak Indonesia (AAP-IDAI) telah mengeluarkan rekomendasi bertajuk ‘5210’ untuk mencegah obesitas pada anak dan remaja.
 
Makan buah dan sayur sebanyak 5 kali setiap hari, batasi waktu layar (screen time) yang tidak terkait sekolah kurang dari 2 jam per hari, minimal 1 jam kegiatan fisik setiap hari dan usahakan konsumsi 0 gula tambahan– biasakan minum air putih, gunakan lebih sedikit gula.
 
 
dr. Vini Jamarin (Kontributor)

 

 



Artikel Rekomendasi

post4

Mitos dan Fakta Merawat Kulit Bayi

Banyak mitos yang berkembang dan dijadikan acuan dalam perawatan kulit bayi. Misalnya, memandikan bayi dengan air dicampur antiseptik saat terkena biang keringat, membubuhkan tepung kanji ke kulit ba... read more