Imunisasi, Tameng Penyakit Balita

 

Serentetan strategi perlu digulirkan agar anak kita selalu sehat. Salah satunya dengan melakukan imunisasi sesuai jadual. Balita diharapkan terhindar dari berbagai penyakit infeksi, semisal hepatitis dan campak. Walau tidak mengancam jiwa, tapi komplikasi penyakit yang ditimbulkan seperti radang otak dan paru bisa membahayakan anak.

Kekebalan tubuh anak pada dibagi dua kelompok. Yakni kekebalan pasif dan aktif. Dikatakan pasif jika tubuh anak tidak bekerja, hanya menerima imunitas tersebut. Sedangkan imunitas aktif, tubuh anak ikut membentuk imunitas di dalam tubuh. Kedua golongan imunitas ini bisa berlangsung karena dikondisikan demikian, tapi juga bisa secara alamiah.

Imunitas pasif bawaan terdapat dalam tubuh bayi sejak ia masih dalam rahim ibu. Akan terus ada sampai bayi berusia lima bulan. Dalam 5 bulan usia pertamanya itu, bayi masih kebal terhadap penyakit tertentu seperti campak dan difteri. 

Imunitas pasif bukan bawaan, zat anti diperoleh dari luar. Itu pun hanya terjadi dalam jangka waktu yang sangat pendek (dua sampai tiga minggu) karena zat anti tersebut dikeluarkan kembali dari tubuh. Anak yang terluka dan harus diberi ATS (Anti Tetanus Serum) adalah contoh dari imunitas pasif yang bukan bawaan. Beberapa penyakit yang bisa dicegah dengan pemberian serum ini adalah campak, tetanus, rabies, gigitan ular berbisa dan lainnya.

Seperti imunitas pasif, imunitas aktif juga dibagi dalam dua kelompok. Yakni yang diperoleh secara alami dan yang sengaja dibuat. Kekebalan alamiah didapat anak meski ia tidak menderita sakit. Atau, ia menderita penyakit tertentu,kemudian sembuh. Anak yang terkena infeksi cacar air, misalnya, setelah sembuh sudah memiliki kekebalan aktif. Namun demikian, untuk mendapat kekebalan, tentu saja tak perlu menunggu si anak menderita suatu penyakit tertentu dulu. Karenanya, sebelum balita terjangkit penyakit, lebih baik ia diberi kekebalan atau imunisasi yang sengaja dibuat. 

Kekebalan aktif buatan memakai tiga macam bahan. Pertama, zat racun kuman (toksin) atau virus yang dilemahkan seperti pada vaksin BCG, vaksin polio Sabin yang diberikan secara oral dan vaksin campak. Kedua, kuman yang sudah dimatikan seperti pada vaksin DPT dan vaksin polio Salk yang diberi dari suntikan. Sedangkan pada kelompok ketiga ialah dengan toksoid, yakni toksin atau racun dan kuman yang diolah sehingga tidak menyebabkan sakit.

Bagi anak-anak, biasanya diberikan imunisasi aktf karena akan memberi kekebalan yang lebih lama. Imunisasi pasif biasanya hanya diberikan dalam keadaan sangat mendesak. Yakni kala tubuh anak diduga belum kebal pada kuman penyakit ganas seperti tetanus. 

Beberapa penyakit utama yang dianjurkan imunisasi adalah TBC (dengan vaksi BCG), difteria, batuk rejan (pertusis), tetanus, polio dan campak Jerman (rubella)

Tapi yang perlu kita cermati adalah pemberian imunisasi tidak menjamin 100% balita akan terhindar dari penyakit. Semisal,bisa saja balita menderita difteri, meski ia telah diimunisasi terhadap penyakit ini. Namun, jika pun balita masih terkena juga, penyakit yang diderita balita yang telah diimunisasi, penyakitnya akan lebih ringan dan tidak membahayakan jiwa si anak.  

 



Artikel Rekomendasi