Rasa Lapar Bisa Dilatih

 


Banyak orangtua mengeluhkan anaknya suka pilih-pilih makanan sampai melakukan gerakan tutup mulut. Meski Anda tahu bahwa memaksa si kecil bukan cara tepat, tapi  tetap Anda lakukan karena khawatir si kecil kurang makan, kurus dan sakit-sakitan.

Anda pun melakukan berbagai cara agar si kecil mau makan, mulai dari mengajaknya bermain, jalan-jalan, nonton, hingga memberinya hadiah jika ia mau makan.

Kenalkan prinsip mindful pada si kecil, yaitu momen makan menjadi hal menyenangkan, makan memberi kenikmatan, menyehatkan, dan yang tak kalah penting, makan sesuai kebutuhan.

Hindari Emotional  Hunger
Tubuh membutuhkan makanan sebagai sumber energi untuk beraktivitas. Ketika tubuh membutuhkan makanan, tubuh akan mengirimkan sinyal berupa bunyi yang keluar dari perut (keroncongan). Kondisi inilah yang disebut  lapar secara biologis.

Sayangnya, sinyal ini kerap diabaikan karena kita terbiasa makan tanpa harus menunggu lapar, tapi berdasarkan waktu makan, atau karena tertarik pada makanan.

Hal itu pula yang Anda terapkan pada si kecil. Anda kerap memaksanya makan, tidak pernah menanyakan kenapa ia menolak makan, serta mengabulkan setiap permintaannya saat ia merengek meminta jajanan—seperti cake, permen, atau junk food— walaupun ia baru saja makan.
Hal tersebut dikenal dengan istilah emotional hunger, yaitu makan bukan karena kebutuhan biologis tubuh.

Sebenarnya Anda boleh saja mengabulkan permintaan si kecil, asal memundurkan waktunya. Misalnya, “Kamu boleh beli kue, tapi makannya tunggu satu jam lagi ya. Kan, kamu baru makan, jadi masih kenyang.”

Jelaskan bahwa makan dalam keadaan kenyang akan membuat perut sakit. Dengan begitu, si kecil belajar disiplin waktu makan dan mengenal konsep kenyang.

 

 



Artikel Rekomendasi