Anak Punya Teman Khayalan, Perlukah Orang Tua Cemas?

 

Pixabay
Akhir-akhir ini anak nampak asyik berbicara sendirian saat sedang beraktivitas, seolah seperti sedang berbicara dengan seseorang, namun Anda tak melihat ada siapapun bersamanya.
 
Saat Anda bertanya apa yang sedang ia lakukan, ia pun menjawab, “Aku sedang main dengan teman baruku, ayo, Bunda, kenalan sama dia!” Begitulah katanya, sambil menunjuk ke suatu arah, dan rupanya ia telah menciptakan teman khayalan.
 
Berdasar tahapan tumbuh kembang anak, ini merupakan hal yang wajar untuk balita seusianya. Berbekal pengalamannya dalam memperhatikan dan mendengar berbagai hal di kesehariannya, dirinya mempu menciptakan dunianya sendiri. Imajinasinya pun ditunjang dengan perkembangan bahasanya, sehingga ia lebih leluasa mengeksplorasi dunia nyata.
 
Menurut Nessi Purnomo Psi, Msi, psikolog perkembangan anak dan remaja, kondisi ini bermanfaat bagi  anak untuk mengembangkan kreativitas, juga mencoba berbagai hal melalui imajinasinya dan mengatur dunia di sekelilingnya.

Baca juga: Balita Suka Mengkhayal
 
Hanya, Anda harus tetap membimbingnya agar ia tetap terampil bersosialisasi di dunia nyata, sehingga tidak terlena dengan kebiasaannya tersebut. Begini caranya, menurut Nessi:
 

1. Mengakui keberadaan teman khayalannya
Baginya, teman khayalan merupakan teman bermain yang menyenangkan. Ia akan tersinggung, bila Anda menolak hasil ciptaannya begitu saja. Maka, jangan remehkan hubungannya dengan si teman khayalan, tapi jangan pula terlalu terlibat.
 
Anda tak perlu ragu untuk mengakui teman khayalannya, bahkan ikutlah bermain bersamanya saat anak meminta. ikuti saja skenario saat bersamanya, tetapi tetap disertai batasan tertentu.
 
Sesekali arahkan atau ingatkan ia bahwa teman khayalannya tidak nyata, misalnya dengan mengatakan, “Menyenangkan juga ya bermain pura-pura seperti ini.” Jika Anda cenderung menerima kondisi itu, ia pun akan semakin mengembangkan perilaku itu. Bahkan bisa sampai mengharuskan Anda untuk menyediakan makanan tambahan untuk teman khayalannya.
 

2. Tingkatkan bonding!
Jadikan apa yang ia ceritakan dan ekspresikan tentang teman khayalannya kepada Anda sebagai evaluasi terhadap gaya pengasuhan Anda. Karena perilaku seperti itu bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti bentuk pelarian dari rasa cemas, kesepian atau ketakutan dan rasa tidak nyaman lainnya yang ia rasakan. 
 
Jika Anda orang tua yang sibuk, lihatlah seberapa berkualitasnya waktu yang Anda luangkan bersamanya. Umumnya balita sangat tertarik dengan siapapun yang ‘asyik’ untuk diajak bermain dan bercengkrama.  Ia juga membutuhkan keterlibatan Anda saat bersamanya, bukan hanya keberadaan Anda secara fisik.
 
Saat eksplorasi dan kemampuan berkembang dan ia butuh ‘ditemani’ namun tak dapat Anda atau pengasuh penuhi, maka terciptalah teman khayalan sebagai bentuk ideal untuk menemaninya.
 
Membangun keakraban dengan si kecil merupakan solusi agar ia tidak berlebihan menyikapi keberadaan teman khayalan tersebut dan semakin peka mambaca kebutuhan anak.
 

3. Kenalkan dengan berbagai kegiatan
Rancanglah kegiatan yang menarik bersama teman sekolahnya atau tetangga dekat dan playdate bersama kerabat, baik di rumah atau di mana pun. Dengan begitu, dirinya dapat merasakan kesenangan yang nyata dan perlahan pikirannya akan bergeser dari si teman khayalannya.
 
Sehingga keterampilan sosial, kognitif dan emosionalnya pun semakin berkembang dan bermanfaat sebagai bekal untuk bersosialisasi atau menjalin pertemanan yang lebih baik di kemudian hari.
 

4. Bijak mengajarkan tanggung jawab
Anda patut cemas ketikaia mulai memperlakukan teman khayalan sebagai kambing hitam atas segala kesalahan yang ia lakukan. Misalnya saat ia menumpahkan susu di meja makan, lalu berkata, “Bukan aku yang menumpahkan susu itu, tapi si Reno (nama teman khayalannya).”
 
Saat itu terjadi, katakan dengan lugas, misalnya, “Tadi bunda lihat kamu yang tanpa sengaja menyenggol gelas susu hingga tumpah, sayang. Karena Reno tak dapat membersihkan susu yang tumpah, lebih baik bantu bunda membersihkannya, yuk.” Pilihlah kata-kata yang tidak membuatnya tersinggung, namun tetap mengajarkannya bertanggung jawab.
 
Kapan anak perlu melepaskan teman khayalan?
Normalnya, perilaku seperti ini akan menghilang di usia 5 tahun. Namun Anda harus waspada, apabila kondisi ini berlanjut hingga usia lebih dari itu. Apalagi, jika ia terus mempertahankan teman khayalannya serta selalu menghindari berinteraksi dengan teman sungguhan.
 
Hal ini menandakan adanya perasaan atau tekanan psikologis tertentu yang benar-benar membuat dia tidak merasa aman dan nyaman. Bila perlu, konsultasikan hal ini dengan ahli tumbuh kembang anak.

 

 

 



Artikel Rekomendasi

post4

Balita Suka Mengkhayal

Balita usia 2-3 tahun mulai mengaktifkan daya imajinasinya. Ditambah dengan makin akrabnya dia dengan lingkungan sekitar, membuat dia mulai berkhayal.... read more

post4

Sahabat Imajiner Balita

Imajinasi yang berkembang pesat di usia 2 tahun ini membuat balita punya imaginary friend atau yang sering disebut sahabat khayalan.... read more