Balita Mimpi Buruk

 











 
Foto: shutterstock



Bermimpi dialami semua orang, termasuk anak-anak. Walau begitu, ketika anak sering bermimpi buruk dan terganggu tidurnya, Anda harus waspada.
 
Takut tidur lagi. Beberapa ahli neuroscience menengarai adanya kaitan erat antara mimpi dengan memori dan proses kognitif di otak. Di usia 3 tahun anak  mengalami perkembangan otak yang pesat terutama pada bagian yang memroses memori sehingga anak usia ini biasanya banyak bermimpi, baik saat tidur siang maupun malam. Tak hanya mimpi yang menyenangkan tapi juga yang menakutkan.

Imajinasi dan realita. Ciri khusus lain, balita 3 tahun biasanya sering tertukar antara apa yang terjadi dalam realita dengan imajinasinya. Ini karena, anak-anak usia 3 tahunan memang sangat imajinatif. Apa yang dilihatnya dalam keseharian nyata diproses kembali dalam otak untuk menjadi sebuah cerita khayal. Oleh karenanya, di usia ini, bisa saja anak menceritakan pengalamannya di teman bermain yang belum tentu terjadi.
 
Ketika anak tertidur, otak tidak tidur. Kesadaran (consiousness) bisa saja tidak aktif, tetapi alam bawah sadarnya aktif. Apa yang dialaminya dalam keseharian dan terekam dalam ingatan, bisa jadi menyembul keluar dan muncul sebagai mimpi. Ketika mimpi buruk terjadi, biasanya si 3 tahun  menangis bahkan ada juga yang histeris dan takut tidur lagi.

Tapi mimpi buruk bagi balita, kadang tidak serumit yang kita pikirkan. Bagi anak usia 2 sampai 3 tahun, mimpi kehilangan mainannya atau mimpi digigit kucing, bisa membuatnya terbangun dari tidur lalu menangis. 

 
Menghadapi mimpi buruk balita. Para ahli mengingatkan orang tua untuk tak terlalu panik menghadapi mimpi buruk anaknya. Berbagai penelitian menunjukkan semakin banyak dan kompleks pengalaman anak, semakin sering ia bermimpi, termasuk bermimpi buruk.
  • Tenangkan. Dekap dan peluk ia untuk memberi rasa aman sambil menjelaskan apa yang muncul dalam mimpinya bukanlah sesuatu yang nyata. Tanyakan apa yang membuat anak menangis, dan sekali lagi jelaskan itu adalah mimpi.
  • Beri penjelasan. Kalau dia bilang bertemu monster atau hantu, Anda perlu meluruskan pemahamannya tentang keberadaan makhluk-makhluk ini. Di sela kesehariannya, Anda bisa menjelaskan yang sering ia dengar dan lihat di televisi adalah rekaan untuk kepentingan hiburan. Sebisa mungkin minimalkan paparan anak dari tontonan bernuansa horor yang akhir-akhir ini kerap ditayangkan. Sebagai ganti, carilah buku cerita anak yang memotivasi balita berani melawan monster. Atau film anak-anak yang menggambarkan monster sebagai sosok yang lucu, seperti film Walt Disney  Monster Inc. 
Walau semua itu sudah Anda lakukan, para ahli menyarankan pula agar orang tua waspada karena mimpi buruk berulang menunjukkan stres terpendam. Stres pada anak bisa terjadi apabila ada perubahan drastis, seperti pindah rumah, atau sekolah, atau pengalaman.

Baca juga:
Bayi BisaTerbuai Mimpi

 



Artikel Rekomendasi