Cara Meredam Egonya

 

Pixabay

Bicara soal ego anak, pasti Bunda pernah mengalami si sulung yang masih balita cemburu pada adik barunya yang selalu digendong Bunda atau Ayah. Sang kakak merasa tak lagi dipedulikan oleh Ayah dan Bundanya. Ia menganggap adik bayi telah mencuri perhatian Ayah dan Bunda yang dulu hanya tercurah padanya.

Pengalaman cemburu lainnya juga mungkin terjadi saat adik kecil mendapat banyak kado kelahiran dari kerabat yang menjenguknya, sedangkan tidak ada seorang pun yang memberi kado pada sang kakak. Ia bisa merasa kecewa dan patah hati dan merasa semua orang telah berpaling darinya semenjak kelahiran adik bayi.

Menjengkelkan memang, tapi hal itu wajar terjadi Bunda karena pada saat itu  balita sedang dalam masa egosentrisnya. Anak belum mampu berpikir dan melihat suatu hal dari sudut pandang lain, ia cenderung mementingkan dirinya sendiri. 

Sebenarnya wajar saja hal itu terjadi, karena pada masa tersebut kakak balita sedang berada di masa egosentrisnya. Berpikir egosentris adalah ketidakmampuan anak untuk melihat sudut pandang lain dalam melihat suatu masalah dan mementingkan diri sendiri. Pemikiran seperti ini biasa terjadi pada anak usia prasekolah, antara2 hingga 5 tahun. Ia akan melihat segalanya dari satu sudut pandang dan menganggap orang yang berada di sekitarnya memiliki sudut pandang yang sama dengannya.

Jangan dulu terpancing emosi Bunda, Anda bisa menanganinya dengan cara berikut:


Jelaskan perasaan orang lain

Saat sedang cemburu, anak bisa saja melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan pada orang yang ducemburuinya atau pada orang yang ingin ia tarik perhatiannya, seperti memukul, mengatakan tidak sayang, tidak mau jadi anak Ayah dan Bunda lagi atau hal-hal lain yang membuat sedih perasaan Anda.

Tarik napas dan pahami kondisinya, kemudian ajaklah ia bicara. Jelaskan bahwa orang lain akan merasa sedih dengan sikapnya yang demikian. Gunakan pula perumpamaan, bagaimana perasaannya jika ada orang lain yang bersikap sama padanya, pasti akan sama sedihnya.

Jelaskan pula alasannya mengapa waktu dan perhatian Anda kini lebih banyak diberikan untuk adik bayi atau mengapa orang-orang yang datang hanya memberi kado untuk adiknya. Ceritakan pula jika ia dulu pernah ada di posisi yang sama, tapi sayangnya ia sudah tidak ingat. Bukalah album foto masa kecilnya untuk menunjukkan bukti bahwa ia pernah seperti adiknya dulu.

Gunakan bahasa yang lembut dan bicaralah penuh kasih sayang. Ini akan membuatnya mengerti jika ia tidak akan kehilangan kasih sayang Anda meski sudah ada adik bayi. Cara ini akan menumbuhkan rasa empati dalam dirinya.

Lewat bermain

Selain mengenal emosi orang lain dengan menceritakan dampak dari sikapnya, Anda juga bisa mengajaknya bermain peran. Misalnya, Anda berperan sebagai anak yang tidak mau mandi dan balita berperan sebagai Anda. Lihat bagaimana ia memilih kata dan mengambil sikap. Anda bisa terpingkal-pingkal melihat caranya “memotret” Anda saat menyuruhnya mandi. Ini akan membuatnya mengerti bagaimana kesalnya Anda ketika ia tak mau mandi.

Anda juga bisa membuat skenario bersama balita dan mengajak dia bermain mengenakan kostum lucu. Skenario bisa berupa situasi di luar keseharian Anda, seperti saat putri raja kehilangan mahkota kesayangan, atau saat pangeran kecil mendapatkan seekor anjing kecil. Cara ini efektif untuk mengajarinya melihat dari sudut pandang lain.

Seru sekaligus mengajak balita belajar empati! (Wita Nurfitri)


Baca juga:
Rambu-rambu Anak Bermain Games
Memupuk Keinginan Membaca Balita
Asyiknya Bermain Squishy!



 

 



Artikel Rekomendasi