Cerita Psikolog Tangani Anak 4 Tahun yang Terpapar Pornografi

 

Foto ilustrasi (Freepik)


Kehadiran teknologi internet telah membawa perubahan yang signifikan terhadap bagaimana anak memperoleh informasi. Dengan adanya gadget dan internet, anak-anak zaman sekarang, bahkan seusia balita, bisa mendapatkan beragam tayangan semudah ketukan jari. 

Tentu ini bukan hal yang negatif, karena anak-anak pun banyak belajar dan memperoleh konten edukasi dari gawai dan internet. Namun seperti kita pahami bersama bahwa kehadiran teknologi internet juga membawa efek samping yang perlu diwaspadai. Misalnya, kemungkinan anak terpapar dengan konten dewasa. 

Psikolog anak dan remaja Novita Tandry, bercerita bahwa ia memiliki pengalaman menangani anak usia lima tahun yang terpapar pornografi. Novita yang juga kepala lembaga pendidikan anak usia dini NTO International ini mengatakan saat wawancara Instagram Live bersama Parenting Indonesia, Rabu, 28 Mei 2020, dengan tema Seni Berkomunikasi dengan Anak Praremaja. 
 


"Dulu, namanya pornografi, saya ingat banget, kenal saat sudah SMA, mau intip pornografi itu belinya jauh banget ke Amerika atau bahkan Belanda, dimasukkan ke koper di antara tumpukan baju atau diam-diam. Begitu pun masih (zamannya) stensilan. Dan, mereka (menngenal materi pornografi) di usia SMA, dalam arti sudah benar-benar remaja, 15 atau 16 tahun," kata Novita. 

"Nah sekarang, anak di dalam ruang konseling saya, usia 5 tahun sudah terpapar pornografi. Itu usia 5 tahun sudah setahun terpaparnya. Berarti semuda 4 tahun sudah mulai terpapar pornografi," tambahnya. 

Menurut Novita, fenomena tersebut merupakan salah satu tantangan yang dihadapi orang tua di zaman teknologi informasi seperti sekarang ini. Karenanya, Novi berpendapat bahwa gaya pengasuhan di era modern pun harus menyesuaikan. Orang tua tidak bisa pakai cara-cara lama, melainkan perlu melakukan shifting dalam parenting style atau melakukan perubahan gaya mengasuh anak.

"Dulu kita (tumbuh dewasa) dicicil sesuai dengan (tahapan) tumbuh kembang. Sekarang semua (informasi) masuk memborbardir sekaligus tanpa mengenal usia, tidak mengenal lagi tahapan tumbuh kembang. Jadi, kalau kita masih menganggap parenting style tidak shifting, masih pakai pola asuh yang lama, memang ada hal-hal yang prinsip kita bisa terapkan, tapi harus juga berpikir bahwa cara berpikir mereka (anak-anak zaman now) berbeda banget dengan cara berpikir di zaman kita dulu sebelum teknologi internet dan WiFi ini hadir," ujar Novi. 

Anda dapat menyaksikan tayangan ulang sesi wawancara selengkapnya di Instagram @parentingindonesia. 

ALI

 



Artikel Rekomendasi