Memahami Manipulasi Si Kecil saat Makan

 

Foto Pixabay


Tidak berlebihan, balita Anda sudah bisa memanipulasi, lho, Bunda. Apakah Anda menyadarinya?
 
Manipulasi? Terdengar sangat dramatis. Akan tetapi, balita Anda memang sudah bisa melakukannya terhadap Anda, dan kadang dilakukannya di jam makan.
 
Kacie Barnes, M.CN., R.D.N., L.D., ahli gizi yang berspesialisasi pada pemberian makan balita di Dallas, AS, mengatakan, “Manipulasi balita di waktu makan adalah hal yang nyata! Dan itu bisa terjadi tanpa Anda menyadarinya.”
 
Manipulasi yang dilakukan si kecil di saat makan biasanya berupa suatu penolakan atau permintaan yang bisa dengan cepat menjadi tidak terkendali.
 
Apakah Anda telah dimanipulasi?
 
Anda mungkin sudah punya bayangan tentang manipulasi yang dimaksud.  Mungkin sekarang Anda sedang mengangguk-angguk lantaran merasa pernah mengalaminya.
 
Akan tetapi, bagi Anda yang belum juga paham apa yang dimaksud dengan manipulasi, coba ingat-ingat, apakah si kecil pernah mengatakan, “Aku enggak suka itu!” saat Anda menyajikan makanan kesukannya, atau Aku enggak mau itu!”, atau bahkan, “Aku enggak mau ini, maunya itu.” Nah, rengekan dan tuntutan konstan ini adalah salah satu tanda manipulasi yang dilancarkan si kecil.
 
Coba baca skenario berikut: Anda menyajikan makan malam berupa sup ayam yang merupakan favoritnya. Akan tetapi, ia tiba-tiba berteriak, “Nggak mau, aku nggak suka ini.”
 
Hal pertama yang Anda lakukan pasti berusaha meyakinkannya bahwa ini adalah makanan kesukaannya. Akan tetapi, ia tetap kukuh bahwa ia tidak suka dan berkata, “Aku pingin roti pakai selai coklat.” Nah, ini adalah manipulasi di waktu makan terbaik dari balita Anda.
 
Jika iya, apa yang harus Anda lakukan?
 
Tetap bersikeras bahwa ia suka sup ayam dan menjelaskan bahwa selai coklat tidak cocok dimakan di malam hari atau beranjak dari meja makan Anda untuk membuatkan roti dengan selai coklat agar dia berhenti merengek.
 
Sebagai orang tua, Anda tentu benar-benar berharap bisa menghentikan rengekannya. Bahkan, tak jarang Anda melakukan beberapa upaya seperti mengganti menu makan -sambil memendam rasa putus asa- alih-alih membuat mereka berhenti mengeluh, merasa berbahagia di meja makan, dan makan sesuatu.
 
“Anda mencintai anak si kecil dan ingin mereka bahagia, dan Anda ingin waktu makan keluarga yang damai,” ujar Kacie. Menurutnya hal tersebut tidak salah. Akan tetapi, Kacie menegaskan bahwa hal terebut bisa menuntut si kecil untuk terus menerus memanipulasi Anda yang berujung pada Anda kehilangan wewenang sebagai penyedia atau provider makanan.
 
Yang terjadi bila Anda menyerah?
 
Sebelum tergiring mengikuti manipulasi si kecil, Anda bisa mencoba membayangkan dua situasi ini terlebih dahulu.
 
Pertama, bila Anda menyerah pada rengekan dan tuntutan mereka, apa yang terjadi? Baik, mereka mungkin senang karena tidak harus makan sup ayam dan bisa mendapatkan apa yang mereka minta. Akan tetapi, Anda mungkin tidak begitu bahagia karena telah menyia-nyiakan sup ayam yang sudah Anda masak. Anda juga merasa khawatir karena roti (karbo) dan selai cokelat yang banyak mengandung gula tak akan bisa menggantikan asupan sayur-sayuran, protein, dan lemak dari sup ayam Anda.
 
Kedua, ada kemungkinan si kecil tetap tidak mau makan, padahal Anda sudah membuatkannya roti dengan selai coklat. Artinya ada dua makanan yang tak tersentuh. Anda tentu semakin kesal dan semakin khawatir apakah nutrisi hariannya akan terpenuhi.
 

PAHAMI INI!
 
Apa pun kemungkinan yang terjadi, penting untuk Anda pahami bahwa jika Anda menuruti tuntutan mereka, Anda mengajar mereka cara mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dengan membuatkan mereka roti selai coklat, Anda berada pada posisi di mana Anda kehilangan wewenang dan tanggung jawab Anda sebagai penyedia makanan. Dan, si kecil bisa mempersepsi bahwa mereka dapat memanipulasi Anda untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
 
“Mereka melihat bahwa jika mereka merengek atau menangis cukup, mereka dapat makan yang berbeda,” ujar Kacie. Mereka mungkin berpikir, “Ya, aku bisa melakukan ini lagi lain kali! Bunda atau Ayah akan selalu menuruti aku bila aku menangis.”
 
Kacie menegaskan, “Mereka tidak cukup berkembang untuk memiliki proses berpikir tentang apa yang benar. Tetapi mereka belajar bagaimana berperilaku berdasarkan pada bagaimana Anda bereaksi. Dan, jika mereka mulai memperhatikan bahwa banyak tangisan atau rengekan membuat mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka akan mencobanya lagi dan lagi!”
 
Menurut Kacie, ini tentu saja tidak akan baik dalam membentuk kebiasaan makan sehat si kecil. Sebab, ia tidak akan pernah tahu bahwa makanan yang Anda sediakan sudah 'direncanakan' sedemikian rupa untuk memenuhi nutrisi hariannya. Ia juga tidak akan belajar menghargai apa yang telah Anda buat.
 
Di samping itu, ini tentu akan merepotkan ke depannya bila si kecil terbiasa untuk menolak makanan yang sudah terhidang di meja makan untuk seluruh keluarga. Lebih buruknya lagi, kebiasaan ini dapat mengarah kepada masalah pilih-pilih makanan atau picky eating.


LELA LATIFA
 
 
 
 
 
 
 

 

 



Artikel Rekomendasi