Penting, Anak Bisa Berempati

 

Foto: envato

Berita soal kejahatan yang banyak dilakukan anak-anak, membuat hati para orang tua dag dig dug. Kecurigaan sekarang bukan hanya pada orang dewasa asing, tapi teman-teman anak pun bisa jadi sasaran kecurigaan kita sebagai ibu. Mulai perilaku bully, perkosaan, hingga penusukan. Cegah dari dalam keluarga, ajarkan anak berempati. 

 

Empati

Satu kata yang sangat mudah diucapkan, tapi mengandung makna yang begitu mendalam. Empati, adalah sebuah skill atau keterampilan. Sebagai keterampilan, berarti empati haruslah dilatih atau diajarkan. Empati adalah suatu kemampuan:

- Mengasihi atau menyayangi

- Memahami pengalaman orang lain

- Menggunakan sudut pandang orang lain

 

Kemampuan untuk bersikap empati adalah ketrampilan hidup yang dapat diajarkan di setiap usia anak, dan hasilnya sangat bermanfaat. Seperti, tidak menjadi pelaku bully baik di sekolah maupun di tempat kerja. 

 

Riset membuktikan bahwa para pemimpin di dunia kerja yang punya sikap empati - memahami kesulitan bawahannya - akan lebih sukses. Sebaliknya, ketidakmampuan untuk berempati akan menghambat kesuksesan di dunia kerja.  

 

Ciptakan budaya empati

Kemampuan berempati dibutuhkan dalam banyak situasi. Apakah Anda seorang pengusaha makanan, misalnya. “Gunakan pemanis buatan akan menambah keuntungan untuk daganganku.” Ketika Anda membayangkan bahwa kue jualan itu akan diberikan kepada anak-anak dan Anda membayangkan anak Anda ikut menikmatinya, Anda akan mengurungkan niat menggunakan pemanis buatan. Ini juga berarti Anda punya niat yang baik ikut memikirkan kesehatan anak-anak lain. 

 

Kata kunci yang penting dalam berempati adalah “bagaimana kalau aku” atau “bagaimana kalau itu dialami oleh anakku..” Bukan “yang penting bukan anakku” atau “yang penting bukan aku” yang mengalami. 

 

Ketika Bunda berniat membuang mainan anak yang sudah terlalu banyak, lalu Anda mengingat anak-anak lain yang tidak punya mainan, ini adalah moment terbaik mengajarkan anak berempati. Berbuat sedikit tapi memberi hasil yang luar biasa. 

 

5 Cara mengajar empati yang dikemukakan Caroline Maguire, M.Ed seperti yang dia tulis di situs mindbodygreen.com  ini bisa menginspirasi Bunda:

Manfaatkan kesempatan mengajar

Ketika bunda melihat sebuah situasi yang menyentuh hati, misalnya dari media sosial, ajak anak ikut melihat. Lalu bicarakan dengan anak apa yang dia lihat di gambar itu. Lanjutkan ke percakapan lebih mendalam, apa yang dirasakan oleh orang-orang yang sedang berada pada situasi itu. Kemudian, tanyakan padanya apa yang dapat kita lakukan. 

 

Tunjukkan model kebaikan pada anak

Letakkan apa saja yang sedang Bunda lakukan, beri perhatian penuh pada apa yang dikatakan oleh anak pada Anda. Sesederhana, “Bunda, lihat, gambarku bagus kan?” Jangan menjawab sambil lalu untuk menyenangkan hati anak. Anak tahu, lho, kalau Bunda cuma basa basi. Untuk urusan perasaan anak, misalnya ia sedang sedih, Anda juga harus memberi perhatian pada curhatannya.  Ini cara mengajarkan empati pada anak yang paling mudah.

 

Tunjukkan perilaku kasar dan tidak sopan, segera ketika anak melakukannya. Misalnya saja saat ia membentak neneknya. Jelaskan pada anak dampak dari perilakunya membuat nenek ‘merasa sesuatu’. Dorong anak untuk menafsirkan ‘merasa sesuatu’ itu. Apakah merasa sedih, merasa malu, atau merasa marah, dilihat dari ekspresi yang dihasilkan oleh nenek. Tanyakan juga kepada anak, bagaimana perasaannya ketika Bunda mengoreksi perilakunya. 


Memberi teladan. Anda adalah tontonan buat anak Anda. Setelah menonton dia akan meniru. Mengajar empati jangan hanya teori, tapi tunjukkan caranya. Yang paling dekat dengan keseharianlah yang akan menjadi tontonan anak. Misalnya ketika ART minta izin tidak bekerja karena sakit, ketika Anda memberi uang untuk berobat, atau sebaliknya Anda memberi izin untuk tidak bekerja tapi setelahnya ngomel. Kebaikan yang Anda lakukan akan diinternalisasi oleh anak menjadi perilakunya sendiri.
 

Memandu, bukan ceramah. Anak tidak dapat menangkap pesan dari omongan yang panjang lebar. Terutama balita, yang dia butuhkan hanya contoh perilaku dan kalimat pendek sesuai kemampuan berpikirnya. Anak usia di bawah lima tahun tidak mampu membuat gambaran di otaknya tentang apa yang Anda bicarakan. Banyak konsep yang belum dia pahami.

(IR
11/02/22)

Baca juga
Anak Sensitif Lebih Mudah Berempati

 



Artikel Rekomendasi