Tahapan-Tahapan Balita Belajar Sabar

 


Belajar sabar bukan perkara mudah, kenyataannya masih banyak orang dewasa yang kesulitan untuk mengelola emosi negatif mereka. Jika pada orang dewasa saja sabar masih sulit dilakukan, bagaimana dengan balita? Pada usia berapa idealnya anak mulai belajar untuk bersabar?
 
Menurut Roslina Verauli, M.psi., Psi., Psikolog Klinis Anak, Remaja, dan Keluarga, dalam Instagram Live bersama Ayahbunda bertajuk Melatih Anak Belajar Sabar, anak-anak usia 2-3 tahun ke atas sudah mulai mampu untuk mengelola emosi negatifnya.
 
“Anak penyabar adalah anak yang cerdas emosional dan cerdas secara sosial. Seorang anak bisa dikatakan mampu mengelola emosi negatifnya jika mereka mampu tetap tenang jika ditempatkan dalam situasi yang seharusnya mereka emosional, marah, bahkan tantrum,” katanya.
 
Kenalkan balita dengan berbagai macam emosi
Sebelum melatih balita untuk bersabar, pertama, Bunda harus mengenalkan mereka dengan berbagai macam kata yang melambangkan emosi. Perasaan atau emosi adalah konsep yang cukup abstrak untuk dijelaskan kepada anak-anak. Salah satu cara terbaik untuk membantu balita belajar tentang perasaan adalah dengan mendiskusikan bagaimana perasaan berbagai karakter dalam buku atau acara TV.
 
Bunda bisa berhenti sejenak untuk bertanya, "Menurutmu, bagaimana perasaannya saat ini?" Kemudian, diskusikan berbagai perasaan yang mungkin dialami karakter tersebut dan alasannya.
 
Kenalkan balita pada kata-kata mewakili emosi yang dasar seperti senang, marah, sedih, dan takut. Seiring bertambahnya usia, Bunda bisa menambahkan kosakata yang lebih luas dan lebih kompleks seperti bangga, frustrasi, kecewa, dan gugup.
 
Anak sudah bisa dilatih untuk sabar jika…
Menurut Vera, balita bisa dikatakan siap untuk dilatih bersabar adalah ketika mereka sudah memiliki kemampuan berbahasa yang memadai. Setelah mereka mengenal konsep dasar emosi, tahap selanjutnya adalah anak diharapkan mampu untuk menggunakan bahasa sebagai alat yang bisa menerjemahkan emosinya.
 
“Aku lagi marah, Bunda, aku nggak suka,” “Bunda, boleh lihat aku sebentar?” “Bunda aku mau minum susu.”
 
Untuk balita yang belum mampu mengutarakan emosi mereka menjadi sebuah kalimat, Bunda bisa membantu mereka dengan memberikan petunjuk secara verbal, agar ia mengetahui apa yang dibutuhkan dari Bundanya.
 
“Kenapa kamu marah? Kamu mau Bunda bagaimana?” “Bunda akan berikan waktu untuk kamu tenang, setelah itu kamu bisa utatakan ya, apa yang kamu inginkan.”
 
Berikan distraksi atau pengalihan
“Ambang toleransi anak sangatlah pendek, Bunda bisa memberikan mereka aktivitas lain sambil menunggu, misalnya merapikan mainan atau berhitung,” ujar Vera.
 
Anak dengan kemampuan berbahasa yang minim memiliki ambang toleransi yang lebih sedikit atau pendek. Jadi, sebelum melatih balita untuk bersabar, Anda harus memahami karakter anak terlebih dahulu. Sehingga, Bunda bisa dengan bijak memilih pengalihan atau distraksi pada anak saat mereka harus menunggu sebelum mendapatkan yang mereka inginkan.


Debbyani Nurinda

 

 



Artikel Rekomendasi