Tak Perlu Malu Jika Anak Berteriak

 

Saat Anda mengajak anak ke supermarket, tiba-tiba ia berteriak sehingga semua mata tertuju padanya, dan juga Anda. Duh, malunya!

Anda sudah siap “melipat” wajah Anda karena malu, ketika perhatian orang di supermarket tertuju kepada Anda. Ini gara-gara anak tak henti berteriak minta es krim seperti yang dia lihat iklannya di TV. Padahal Anda tahu persis, sejak malam ia sudah menunjukkan gejala pilek. Mau buru-buru pergi, tidak mungkin karena kegiatan belanja baru saja mulai. Troley Anda masih kosong. Tapi, teriakan anak semakin memekakkan telinga.  

Sabar Bunda. Hobi meninggikan volume suara itu bukan untuk membuat Anda kesal maupun malu. Buah hati Anda gemar berteriak karena:
  • Sadar bahwa suara yang dia keluarkan dapat diubah-ubah volumenya sesuka hatinya. Dia sedang melakukan eksplorasi dan memuaskan rasa ingin tahu terhadap suaranya. Tak heran bila segala sesuatu ia ungkapkan dengan cara berteriak. Bahkan, ekspresi luapan kegembiraan pun, dia ungkapkan dalam bentuk teriakan.
  • Teriakan juga suatu cerminan dari keberanian dan kemampuan anak untuk berbicara.
  • Kebiasaan anak usia ini untuk berteriak juga terpicu oleh keterbatasan kosa kata yang dikenalnya untuk berkomunikasi dan mengungkapkan perasaannya. Karena anak umur 2 tahun umumnya baru dapat merangkai kalimat yang terdiri dari 2 sampai 4 kata.
Namun, memang ada anak yang senang berteriak untuk mendapatkan perhatian dari orangtuanya. Dia mau mengatakan, “Hey, lihat aku!” Atau, mereka menginginkan sesuatu yang dilarang, “Pokoknya, aku mau itu! Sekarang juga!” Yang pasti, fase senang berteriak ini akan segera berlalu. Jadi, tenang saja jika anak berteriak karena dia takjub, terkejut, atau merasa sangat gembira ketika menemukan atau melihat sesuatu yang baru.

 



Artikel Rekomendasi