Teknik Memuji Anak

 

Pujian yang dinyatakan dengan kata-kata, pelukan, dan acungan jempol, bisa menjadi cara ampuh untuk membentuk perilaku yang baik dan memotivasi anak untuk melakukan hal yang baik. Bagi anak, pujian itu penting karena memberi penegasan, apa yang dilakukan berkenan di hati Anda.
 
Jenis Pujian
Ada dua jenis pujian, yaitu:
  1. Pujian terhadap diri anak, karena Anda mencintainya. Setiap saat Anda menyebutnya “si cantik”, “anak pintar”, apapun kondisi anak.
  2. Pujian terhadap sesuatu yang dilakukan oleh anak, yaitu pujian yang diberikan kepada anak melakukan sesuatu yang baik.Misalnya, "kamu pintar karena menyimpan mainanmu kembali setelah selesai bermain."
 
Sebelum Memuji
Sebelum mengucapkan pujian, ada langkah-langkah penting yang patut dilakukan, yaitu:
  1. Pusatkan perhatian pada anak.
  2. Senyum, karena setiap orang senang melihat wajah riang.
  3. Dekati anak karena pujian terasa nyaman bila dilakukan di dekat anak.
  4. Lakukan kontak mata dengan anak, duduk atau berjongkok sama tinggi dengan anak.
  5. Sentuh lembut anak untuk menjalin komunikasi yang hangat.
  6. Ganti pelukan dengan kata-kata yang baik bila anak tak mau dipeluk.
 
Memuji sesuai Tujuan
Pujian adalah motivator eksternal. Tujuan mendisiplin adalah membangkitkan motivasi internal. Karenanya, memberi pujian tidak semudah membuka mulut.
 
Cara memuji yang tepat agar anak terbangun motivasi internal adalah:
  1. Puji perilaku anak bukan si anak. Pujian seperti “anak baik”, akan disalahartikan oleh anak. Bagi anak, pujian “anak baik” terasa berat, karena bila ia tidak berperilaku baik, berarti ia anak jelek. “Hari ini kamu bangun tidur tidak nangis. Bagus itu.” Pujian ini membuat anak akan mengulangi perilakunya. Besok kalau bangun tidur tidak usah menangis, apalagi berteriak-teriak memanggil Bunda. Pujian ini megirim pesan pada anak, ia diperhatikan.
  2. Gunakan pujian untuk perilaku yang ingin Anda ubah. Misalnya, berhenti merenggek. Ketika anak bisa tidak merengek, beri ia pujian. “Kamu tidak merengek. Bagus. Kamu sekarang punya mulut yang bagus untuk ngomong yang baik.”
  3. Puji anak dengan tulus. Pujian kehilangan kekuatannya bila Anda bertepuk tangan untuk perilaku yang biasa. Misalnya, anak bisa makan sendiri di usia 3 tahun adalah wajar, jadi tak harus bertepuk tangan karena itu. Bila anak bertanggung jawab atas perbuatannya, misalnya menyapu ceceran gula yang ditumpahkannya, Anda boleh memujinya dengan tulus; “Bagus kamu bertangung jawab pada perbuatanmu.” Atau, di usia 3 tahun anak berhasil makan tanpa berantakan, Anda boleh memujinya; “Kamu pintar, makan tidak berantakan.”
  4. Gunakan standar yang nyata, misalnya “Kamu akan lebih bagus pakai pita kuning itu daripada yang ungu karena bajumu ada warna kuningnya.” Bukannya, “Pita kuning akan membuatmu lebih cantik. Kalau pakai pita ungu itu kamu jadi enggak cantik.” Dijamin, anak selamanya akan mengindari warna ungu karena merasa tidak cantik dengan warna itu.
  5. Puji anak untuk sesuatu yang harus dia lakukan, bukan sesuatu yang ia suka lakukan. Misalnya, memberesi mainan sudah seharusnya dia lakukan. Bila anak mau melakukannya, beri pujian, “Bagus, kamu bertanggung jawab pada mainanmu.” Bila anak mau memberesi mainannya hanya sebagian, jangan langsung dipuji. Katakan, “Lebih bagus lagi kalau kamu beresi semuanya.”
  6. Pakailah seni memuji. Biasakan anak untuk merasa nyaman memuji orang lain dan dipuji. Misalnya, “Ih, kamu ganteng, loh.” Atau, “Cantiknya kamu pakai baju princess itu.” Anak-anak dengan harga diri yang lemah sulit menerima pujian dan memuji orang lain. Bahasa tubuh dan kontak mata saat Anda mengucapkan pujian ini memperkuat ucapan Anda. Pastikan Anda tulus mengucapkannya. Bila Anda mendengar anak-anak saling memuji, pujilah diri Anda sendiri karena berhasil memberi contoh.
  7. Hindari memberi pujian dengan maksud tersembunyi. Misalnya, Anda membelikan baju untuk si kecil tanpa persetujuannya dan ia tak suka memakainya. Hindari memuji dengan harapan ia mau memakai baju pilihan Anda. “Kamu pasti lebih cantik dengan baju ini.” Pujian Anda akan terdengar tidak tulus.
  8. Pujian untuk membentuk perilaku yang baik tidak untuk membandingkan dengan anak lain. “Kami pintar, loh, lebih pintar dari Mira di umur kamu sekarang.” Pujian ini mendorong anak untuk bersaing secara tidak sehat. Kalau pujian dimaksdukan untuk membandingkan, bandingkanlah anak dengan dirinya sendiri. “Sekarang banyak yang sudah kamu bisa, apa-apa bisa sendiri. Semakin besar, kamu akan tambah lagi kepintaranmu.”
 
Pujian yang Salah
Lalu bagaimana pujian yang salah kepada anak? Ini Anda perlu berhati-hati, misalnya:


Bila Anda memuji anak karena kemampuannya.
- Anak akan fokus pada yang ‘tampak bagus’, bukan pada proses belajarnya.
- Anak yang dipuji karena kemampuannya cenderung menghindari tantangan. Ia akan memilih hal-hal yang mudah dilakukan karena hasilnya akan segera tampak dan mendapat pujian.
- Anak yang dipuji karena kemampuannya akan melihat kegagalan sebagai kebodohan. Anak yang dipuji karena usahanya akan termotivasi mencoba sesuatu yang baru dan menantang.
Bila Anda memuji anak karena kecerdasannya. Anak melihat kegagalannya sama dengan kecerdasan yang rendah.
Bila Anda memberi pujian yang berlebihan.
- Sama dengan kritik pedas yang berlebihan, pujian lebay menghasilkan kepribadian narsistis.
- Memberi pesan pada anak bahwa ketaatan dan perilaku baik adalah pilihan –boleh dilakukan, boleh tidak.
- Menumbuhkan rasa overconfident, merasa bisa melakukan apa saja.
- Tidak realistis menilai diri sendiri.
- Sombong, merasa diri paling hebat.
- Kecanduan pujian, mengharapkan pujian setiap saat. Anak-anak gelisah saat tidak dipuji karena ia tidak memeroleh sesuatu yang bisa membuatnya merasa nyaman.
 
Untuk membandingkan dengan anak lain. (ES)

 



Artikel Rekomendasi