Anak yang Sangat Aktif Bukan Gejala Hiperaktif

 

Fotosearch

Orangtua sering salah menilai anak yang sangat aktif dengan hiperaktif. Padahal ada perbedaan keduanya. Balita aktif selalu tahu tujuannya bergerak, sedangkan balita hiperaktif perilakunya tidak bertujuan. Anda mungkin kewalahan menghadapinya, sehingga  dan memancing emosi Anda. Jangan sampai Anda berteriak, karena teriakan Anda bisa merusak otaknya

Ini Tanda Hiperaktif
1. Mudah lupa hal-hal kecil karena atensi dan ingatan jangka pendek kurang. Misalnya ia lupa meletakkan mainannya.
2. Cenderung impulsif. Tampak saat anak tidak tahan antre atau menunggu giliran sehingga ia kerap terlihat mengiterupsi orangtua yang sedang berbicara.
3. Melakukan gerakan tak bertujuan, perhatian kurang terfokus, dipanggil tidak mendengar dan harus berkali-kali karena tidak memerhatikan apa yang terjadi di sekitarnya.
4. Rentang konsentrasi pendek. Balita normal bisa konsentrasi 5 menit, balita hiperaktif hanya 1 menit.
5. Tak bisa menandai alarm tubuh, sehingga masih sering mengompol.
6. Perkembangan motorik tidak baik sehingga ketika menyentuh anak lain balita tidak mampu mengontrol kekuatannya. Untuk gangguan pada motorik halusnya, anak lemah ketika berusaha menarik garis lurus, sulit menggunting dan mudah capek. Akibatnya rewel dan frustasi.

Kalau anak Anda yang berusia 1 tahun suka sekali memukul - apakah itu  untuk mengungkapkan rasa senang, marah, atau sekadar iseng bukan berarti ia memiliki gejala hiperaktif. 

dr. Setyo Hadryastuti, Sp.A(K) mengatakan, Anak suka memukul memang tidak baik, namun belum tentu merupakan gejala hiperaktif karena semua anak balita –apalagi laki-laki– selalu aktif karena masih dalam taraf perkembangan. Yang dapat dilakukan untuk menghentikan kebiasaannya adalah:
  1. Coba amati, apakah anak terpapar perilaku kekerasan, misalnya pengaruh televisi, game, CD, atau orang di sekelilingnya yang menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalah? Jika ada, hindari paparan tersebut karena anak sangat mudah meniru.
  2. Apakah anak sudah mengerti jika diajak bicara? Jika dia belum mengerti pembicaraan orang lain, segera konsultasi ke dokter anak karena problem interaksi/komunikasi akan menyebabkan problem tingkah laku. Sebaliknya jika anak sudah mengerti diajak bicara, Anda bisa menerapkan hal-hal di bawah ini.
  3. Bantu anak untuk mengungkapkan emosinya, karena kemampuan bicara anak 15 bulan belum optimal sehingga tidak dapat mengungkapkan emosi dengan kata-kata. Beri contoh dan latih anak untuk mengungkapkan emosi dengan ekspresi yang sesuai, seperti memeluk atau bertepuk tangan untuk rasa senang, atau menangis untuk rasa sedih. Tunjukkan ekpresi wajah seseorang jika sedang marah. Bila anak sedang marah, coba tanyakan kenapa dia marah, lalu bantu mencari penyelesaiannya.
  4. Beritahu anak bahwa memukul karena iseng itu tidak baik dan tidak boleh dia lakukan. Kalau dia masih juga melakukannya, Anda dapat memberinya hukuman seperti tidak boleh menonton acara televisi kesenangannya.
Temukan cara-cara positif untuk mengarahkan semangat hebat si kecil. Misalnya dengan melakukan kegiatan seru seperti menari layaknya penyanyi di tv, bermain petak umpet hingga turut membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Jika hal itu berhasil, terus lakukan sambil belajar mendisiplinkannya sedikit demi sedikit.

Bagi bunda yang sedang hamil, paham betul manfaat musik bagi tumbuh kembang janin.  Tapi Anda mungkin juga sering disarankan untuk tidak mendengarkan musik menggunakan headset karena bisa memicu hiperaktif pada janin yang dikandung. Betulkah? dr. Setyo mengatakan bahwa  menggunakan headset terus-menerus tidak membahayakan janin. Janin aktif bergerak bukan tanda ia kelak bakal jadi anak hiperaktif. Yang perlu mendapat perhatian adalah, gerakan janin yang terlalu aktif itu akibat tingginya aktivitas janin sebagai respons meningkatnya kebutuhan oksigen. Selain itu, jika gerakannya tiba-tiba berkurang atau hilang, bisa jadi merupakan respons tidak adanya cadangan oksigen atau kekurangan oksigen. 



 

 



Artikel Rekomendasi