Cara Mengatasi Drama Threenager Menurut Psikolog

 


Bunda yang memiliki anak usia 3-4 tahun pasti pernah mendengar lucunya fase Threenager. Istilah ini biasa digunakan untuk menggambarkan anak usia tiga tahun yang bertingkah seperti seorang remaja 13 tahun. Mereka punya mood yang cepat berubah, keras kepala, dan suka membantah.
 
Psikolog dan Professional Coach, Intan Erlita, mengatakan bahwa dalam fase golden age anak diibaratkan seperti sponge yang mudah menyerap dan meniru hal baik dan hal buruk yang ada disekitarnya, dan orang tualah yang menjadi role model utamanya.
 
Dalam mengatasi anak yang tengah memasuki fase Threenager ini, Bunda memang harus sering-sering mengelus dada. Mulai dari melotot, menaruh tangan di pinggang, tantrum berlebihan hingga mogok makan, biasanya menjadi senjata andalan anak-anak.
 
“Lakukan kontak fisik dengan memeluk si kecil, dijamin ampuh untuk menenangkan diri Anda dan menurunkan emosi si kecil. Ingat ya, jangan fokus dengan ulahnya, tetapi cermati pesan yang ingin disampaikan oleh anak Anda lewat tingkah lakunya. Misalnya ia ingin Anda berhenti bermain gadget, ia butuh perhatian, sedang sakit, dan lain-lain,” imbuhnya.
 
Belajar dari meniru
Melihat, mendengar, dan meniru, merupakan cara anak untuk belajar mengenal hal baru. Sikap membantah dan pemarah yang mungkin dimiliki saat ini merupakan hasil dari pengamatan yang ia lakukan pada orang-orang di sekelilingnya. Oleh Karena itu sebagai orang tua Anda harus sangat berhati-hati dalam bersikap ketika berada di dekat anak Anda.
 
Reward sesuai prestasinya
Ingin memanjakan buah hati Anda dengan berbagai hadiah memang sah-sah saja. Tetapi saat hadiah menjadi sebuah keharusan bagi anak, maka hal ini dapat menjadi pemicu emosi yang bisa meledak saat ia tidak bisa mendapatkan yang Anda janjikan.
 
Berikan reward yang sesuai dengan prestasi yang telah dicapai anak. Tak harus selalu berupa benda. Pujian, tepuk tangan, dan pelukan juga merupakan bentuk reward yang bisa Anda berikan sebagai bentuk apresiasi atas pencapaian yang telah ia raih.
 
Berikan penjelasan dengan alasan
“Jangan ya, Nak, nggak boleh” atau “Enak kan, jatoh! Bunda  kan bilang jangan!” Kebiasaan menegur atau melarang anak dengan metode ini harus dihilangkan. Anak butuh penjelasan atas larangan yang Anda berikan. Misalnya, “Nak jangan naik meja, nanti kamu bisa jatuh. Kalau jatuh itu sakit." Kalau anak Anda tetap naik ke atas meja, katakan dengan tegas, "Oke, kalau jatuh nggak boleh nangis. Ngerti?"
 
Menjaga intonasi bicara
Terkadang memang sulit ya, Bunda, untuk menjaga intonasi suara saat menghadapi anak  fase Threenager. Menurut Intan Erlita, berbicara pada anak dengan intonasi yang tinggi bisa menggerus kepercayaan diri anak. Maka penting bagi Anda untuk menenangkan diri terlebih dahulu sebelum berbicara dengan anak Anda. Tarik napas dalam-dalam dulu yaaa, Bun.
 
Aktivitas Pengalihan
Ini merupakan trik penting yang harus Anda ingat. Anak yang sedang dalam keadaan emosi tentu sulit untuk menerima larangan. Misalnya si kecil ingin bermain pisau misalnya, saat Bunda melarang ia malah merajuk agar Bunda menuruti keinginannya. Coba alihkan perhatian anak Anda pada mainan atau benda lain yang tidak berbahaya. Berikan spatula. Kemudian perlahan berikan penjelasan bahwa  pisau itu berbahaya karena dapat melukai.
 
Pahami karakter anak
Tidak setiap trik  berlaku pada setiap anak, karena pada dasarnya tiap anak memiliki karakter yang unik. Si kakak dan adik terkadang sulit ditaklukkan dengan metode yang sama. Ini merupakan tantangan bagi Anda untuk dapat menggali lagi karakter anak-anak Anda tanpa membandingkannya.
 
Time out
Banyak metode time out yang bisa Bunda gunakan bila si kecil telah melewati batas yang telah ditentukan. Gunakan thinking chair atau kursi merenung. Instruksikan anak untuk duduk di situ, jelaskan kesalahannya, dan biarkan ia memikirkan kesalahannya. Bila menggunakan metode ini pastikan Anda tidak menghukumnya lebih dari 5 menit ya, Bun. Karena anak kecil mudah lupa atau perhatiannya teralih pada hal lain.

Hindari hukuman fisik seperti memukul dan mengunci anak di kamar mandi, dan merampas hak bermainnya. 

Baca juga:

Kata psikolog: 3 faktor penyebab balita mulai membantah
Tak perlu menghukum anak untuk belajar benar dan salah
Konflik batin yang sering dialami anak sulung

Debbyani Nurinda

 



Artikel Rekomendasi