Melatih Kemampuan Bicara Anak

 

Usia antara 1-2 tahun adalah saat di mana anak sedang senang belajar bicara. Mereka menggunakan sekitar 10-20 kosa kata yang sudah dikenalnya. Menurut psikolog Dra. Mayke S. Tedjasaputra, M.Si. dalam bukunya “Tumbuh Kembang Batita,” di rentang usia 1-2 tahun, anak sudah mampu mengucapkan kalimat-kalimat sederhana dan pendek dengan menggunakan kosa kata yang sudah diketahuinya. Namun, beberapa kendala seperti kalimat yang tersendat, suku kata yang terbalik dan kalimat yang terbalik-balik membuat Anda kebingungan. Ini dia kiat-kiat yang dapat Anda lakukan untuk meningkatkan kemampuan bicara balita Anda.

Bicaralah dengan Jelas Disertai Bahasa Tubuh

Pada saat Anda mengajak anak untuk melompat, katakan kepadanya sambil tunjukkan juga seperti apa gerakan melompat. Begitu juga saat Anda mengatakan kepada dia betapa Anda sangat menyayanginya, sertai pula dengan memeluk tubuh balita Anda dengan erat. Menurut Marilyn Shatz, psikolog dan penulis buku “A Toddler’s Life”, ketika berbicara dengan anak, gerakan tubuh orangtua memiliki peran penting dalam menjalin interaksi dengan anak. Ajarkan pula ia untuk mengutarakan keinginannya dengan disertai bahasa tubuh. Misalnya, ketika dia mengatakan sakit, mintalah dia menunjukkan bagian tubuhnya yang terasa sakit sehingga memudahkan Anda untuk membantu mengatasinya.

Tunjukkan Ekspresi Saat Berbicara dan Berilah Intonasi yang Berbeda Pada Kata Penting

Sebagai contoh, pada saat Anda ingin mengajarkan rutinitas sebelum tidur, berilah intonasi yang lebih kuat ketika mengucapkan kata-kata berupa kegiatan yang harus dilakukannya. Misalnya, “Sudah malam, ayo sikat gigi, lalu tidur!” Ucapkan kalimat ini setiap malam menjelang dia tidur. Ini akan memudahkannya mengingat dan mengenal kapan kegiatan itu harus dilakukan, yaitu menyikat gigi, sebelum tidur di malam hari. Jika kalilmat tersebut sudah cukup sering diucapkan, Anda bisa gantian menanyakan tentang rutinitas ini kepadanya. “Ayo, sebelum tidur, kamu harus apa dulu?” Bukan tidak mungkin kalau suatu kali dia yang akan mengajak Anda untuk menemaninya sikat gigi sebelum tidur.

Gunakan Bahasa Sederhana

Karena perbendaharaan kata yang dikenal balita masih terbatas jumlahnya, gunakan kata dan istilah yang sudah sering didengar dia setiap kali Anda mengajaknya berbicara. Hindari menggunakan istilah-istilah baru, apalagi yang bersifat asing bagi telinga anak. Ketika Anda ingin membangun sebuah komunikasi dua arah dengan anak, pastikan untuk menggunakan bahasa sederhana yang mudah dimengerti anak. Ketika Anda menjelaskan manfaat makan kepadanya, misalnya, cukup katakan kepadanya, “Kalau kamu tidak makan, nanti kamu sakit perut.” Kalimat tersebut lebih mudah dicerna anak dibandingkan dengan bila Anda mengatakan, “Kamu harus makan supaya badanmu sehat.” Sebab, anak belum sepenuhnya mengerti makna dari kata “sehat.”  

Gunakan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

Ketika berbicara dengan anak, selalu gunakan kata-kata dan istilah yang sudah biasa didengar si kecil dan mudah dipahami. Contohnya, sewaktu Anda menyuruh dia minum susu, gunakan kata “minum” dan bukan “mimik.” Juga, gunakan kata “susu” bukan “cucu”. Mungkin ada istilah-istilah yang lebih mudah diucapkan anak dalam menyebutkan sesuatu, seperti “guguk” untuk anjing atau “pus” untuk kucing.  Namun, tetaplah membiasakan untuk menggunakan kata “anjing” dan “kucing” setiap kali berbicara dengannya. Dengan demikian anak akan terbiasa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta istilah-istilah yang tepat.

Ajukan Pertanyaan dengan Jelas dan Singkat

Apabila Anda tidak memahami maksud dari ucapan balita Anda, berilah dia kesempatan untuk mengatakan keinginannya. Tapi, apabila Anda masih juga belum mengerti dan terus menebak-nebak maksud ucapannya, sampai dia kesal, Anda dapat membantunya dengan bertanya. Misalnya, ketika ia mau makan dan tiba-tiba menangis, tanyakan kepadanya, “Kamu mau makan atau minum dulu?” Anak akan lebih mudah merespon bila Anda membantunya dengan memberikan pilihan. Atau, Anda juga dapat bertanya kepadanya, “Kamu mau makan yang mana? Mau buah atau biskuit?” Biarkan anak menentukan pilihannya. Ketika memilih, mintalah dia untuk menyebutkan pilihannya.

Jelaskan yang Sedang Anda Lakukan

Menurut psikolog Linda Sonna dalam bukunya “The Everything Toddler Book”, orangtua perlu menjelaskan kepada anak tentang berbagai kegiatan yang dilakukan, serta hal-hal yang sedang terjadi sekitarnya. Caranya dapat dilakukan melalui obrolan ketika melakukan kegiatan sehari-hari. Misalnya, ketika sedang mandi, ajaklah anak mengobrol. “Ayo, sekarang Bunda ambil air, dan Bunda akan siramkan ke badan kamu. Giliran kamu, menggosok-gosok kedua tangan dan bersihkan kakimu.” Setelah selesai, tanyakan kepadanya, “Segar, kan? Tubuh kamu jadi segar sekarang. Tapi, kalau kamu tidak mandi, segar nggak?” Lewat obrolan sederhana seperti itu anak akan belajar memahami alasan mengapa dia harus mandi.

Berilah Pujian

Pemahaman anak terhadap sesuatu yang Anda ajarkan, dapat dipantau melalui ketepatannya dalam memberikan reaksi atau respon. Bila anak sudah memperlihatkan kemajuan dalam upaya untuk mengutarakan isi hatinya secara lebih jelas, jangan lupa untuk memberinya pujian. Begitu juga, ketika dia tidak lagi cepat menangis sebelum menyelesaikan seluruh kalimat yang diucapkannya. Pujilah dia ketika berhasil menyelesaikan sebuah kalimat sederhana yang jelas dan tidak membuat Anda bingung untuk memahaminya. Pujian yang Anda berikan kepada anak bisa berupa pelukan erat, ciuman, kata-kata pujian, atau berupa acungan jempol. Semua bentuk pujian itu dapat membangkitkan rasa percaya dirinya.

Dan tahukah Bunda bahwa tekstur makanan pun ikut berperan? Kenyataannya, keterampilan bicara anak dipengaruhi juga oleh tekstur makanan yang dikonsumsinya. Itu sebabnya, anak perlu diberi makanan dengan tekstur yang sesuai usianya.

Pada usia 6 bulan, berilah anak makanan bertekstur lembut. Ini sesuai untuk melatih keterampilannya mengunyah dan menelan, serta melatih lidah dan mulut bayi untuk belajar bicara. Di usia 9 bulan, berilah anak makanan bertekstur lebih kasar. Selanjutnya, pada usia di atas 1 tahun, anak sudah harus diberikan makanan bertekstur padat dengan ukuran potongan lebih besar. Ini bermanfaat mengasah kemampuannya menggunakan gigi untuk menggigit dan melumatkan makanan. Apabila keterampilan makan si kecil tidak dilatih sesuai usianya, dia dapat mengalami keterlambatan dalam kemampuan berbicara.




 



Artikel Rekomendasi