7 Penyebab Anak Menangis Sedih

 

Fotosearch


Tidak mudah jadi balita usia 1-2 tahun. Ia bagai tinggal di dunia raksasa. Semua orang lebih besar darinya. Mereka saling mengobrol sesukanya. Segalanya melintas begitu cepat hingga amat sulit diserap anak. Akibatnya, pecah tangisnya! Apa saja yang bisa membuatnya menangis keras dan bagaimana Anda membantunya?

1. Bunda tak ada
Berpisah dengan orang terdekat sungguh menakutkan, apalagi dengan Anda, pujaan hatinya. Saking takutnya, ia kerap menangis bila ditinggal Anda.

Sebaiknya…
Anda tidak langsung meninggalkan si kecil dalam keadaan menangis. Tunggu ia tenang sembari menjelaskan alasan kepergian Anda. Bantu anak menghadapi perpisahan dengan selalu pamit padanya, tidak meninggalkan diam-diam. Jelaskan bahwa Anda akan pergi sebentar dan pasti kembali lagi.

Tinggalkan anak dengan orang yang dikenal dan sediakan mainan yang memberinya rasa nyaman. Di waktu luang, ajak anak bermain petak umpet untuk mengenalkan konsep ‘pergi-kembali’.
 
2. Bertemu orang baru
Bagi anak, teman atau kerabat Anda yang belum ia kenal adalah orang asing. Apalagi saat Anda bertamu sambil membawa si kecil. Anak merasa tak nyaman berada di tempat baru sehingga ia pun menangis.

Sebaiknya…
Bantu anak menghadapi orang-orang yang baru ditemuinya dengan berkenalan. Sebutkan nama orang tersebut dan beranikan si kecil bersalaman dan memperkenalkan diri. Bila kebetulan ada anak lain di situ, ajak si kecil bermain bersamanya.

Namun jangan paksa bila ia belum berani. Temani ia sambil terus menyemangatinya untuk mau bersosialisasi.
 
3. Tidak bisa ngomong
Perbendaharaan kata-kata balita usia 1-2 tahun masih terbatas. Pelafalannya pun belum jelas, sehingga Anda seperti bermain tebak kata dengannya. Bila Anda tak kunjung paham maksudnya, pecahlah tangis frustrasinya.

Sebaiknya…
Bicara lebih perlahan agar anak mengerti Anda dan minta ia menjelaskan keinginannya. Jika perlu, bantu anak dengan menunjukkan apa yang ia maksudkan.
 
4. Lelah dan mengantuk
Energi anak tidak sama dengan orang dewasa. Saat si kecil kelelahan, Anda mungkin masih bersemangat mengajaknya beraktivitas. Akibatnya anak jadi rewel dan menangis.

Sebaiknya…
Kenali tanda-tanda anak lelah dan mengantuk. Hindari pula mengajaknya bepergian atau beraktivitas di jam-jam ia biasa tidur, karena pada usia ini balita butuh tidur siang.
 
5. Keinginan gagal
Kadang anak tidak bisa memperoleh apa yang diinginkannya. Ia belum paham mengapa malam-malam tidak boleh bermain drum, padahal di siang hari boleh. Ia pun kesal dan menangis!

Sebaiknya…
Berikan alasan yang jelas dan mudah dipahami anak mengapa Anda melarangnya –jangan biasakan melarang tanpa menjelaskan. Walaupun masih kecil, ia akan menyerap semua perkataan Anda.
 
6. Ketika sakit
Kita tahu betapa tidak enaknya tubuh saat sakit. Bila orang dewasa masih bisa menahan diri untuk tidak mengeluh kesakitan, tidak demikian dengan balita. Ia akan menangis rewel saat sakit.

Sebaiknya…
Memang tidak banyak yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi sakit si kecil meskipun sudah dibawa ke dokter. Paling tidak, buat ia merasa sedikit nyaman, misalnya dengan memeluknya, membacakan buku, atau membuatkan makanan kegemarannya.
 
7. Rutinitas berubah
Anak belum paham konsep waktu sehingga ia suka menjalani hidupnya yang terjadwal. Namun, bila jadwal berubah atau diganti, ia akan terganggu dan rewel.

Sebaiknya…
Beri waktu lebih lama untuk menyesuaikan diri pada perubahan bila Anda harus mengganggu jadwal rutinnya, misalnya membangunkannya lebih pagi karena harus pergi. Bila akan mengubah rutinitas si kecil secara permanen, lakukan bertahap.

(Dok. FG/IRM)



Baca juga:
Mengapa Balita Suka Menangis Cari Perhatian?
Balita Tantrum, Hadapi dengan 2 Cara Ini

 

 



Artikel Rekomendasi