13 Fakta Pure

 

You are what you eat. Tak  hanya untuk Anda, pepatah ini berlaku juga untuk bayi Anda. Bagaimana kondisi si kecil, adalah 'hasil' dari makanan yang dikonsumsinya. Selesai masa ASI eksklusif, saatnya ia mendapat makanan pendamping ASI (MPASI). Sebagai ibu, kita mutlak paham perihal bahan makanan yang diberikan pada bayi, serta cara mengolah dan menyajikannya agar manfaatnya optimal. 
 
Apa itu pure?
Pure artinya bahan makanan yang dilembutkan. Jenis makanan ini paling banyak disajikan di awal pemberian makanan padat pertama bagi bayi. Hampir semua bahan makanan dapat dibuat pure dan aman untuk bayi. Yang penting, pengolahannya harus benar agar kandungan nutrisi dan citarasanya tetap terjaga.
 
Kapan sebaiknya diberikan dan seberapa porsinya?
Diberikan setelah masa pemberian ASI eksklusif selesai, yakni setelah bayi berusia 6 bulan. Karena selain ASI, kini ia butuh MPASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Pemberian MPASI ini sebaiknya bertahap, disesuaikan perkembangan keterampilan makan bayi. Dimulai dengan tekstur lembut dan konsistensi cair, sampai yang kasar dan padat. Jumlah makanan pun sangat sedikit – sekitar 1-2 sendok makan - hingga satu porsi normal bagi anak.
 
Adakah urutan pemberian bahan makanan tersebut?
Mula-mula tepung beras (serelia), lalu tambahkan bahan makanan lain. Menurut American Academy of Pediatric (AAP), tidak ada urutan khusus pemberian MPASI nonserelia. Artinya, mau sayuran atau buah dulu, atau daging atau ikan dulu, boleh. Jenis bahan makanan itu sebaiknya dikenalkan satu per satu agar bayi mengenali masing-masing rasanya serta kalau terjadi reaksi alergi mudah diketahui penyebabnya. Bila perbendaharaan rasa bayi sudah cukup banyak, barulah dicampur.
 
Bagaimana acara mengolah bahan makanan yang tepat untuk dibuat pure?
Serelia. Seperti beras atau jagung harus dihaluskan menjadi tepung sebelum diolah jadi makanan bayi. Tapi ada juga yang dimasak dulu menjadi bubur baru dihaluskan.

Sayuran. Pilih sayuran yang tidak berserat banyak serta menghasilkan gas. Misalnya, daun bayam, buncis, dan wortel. Bersihkan, kupas kulitnya, serta potong menjadi beberapa bagian. Cara terbaik menyiapkannya adalah dengan mengukusnya, lalu haluskan dengan blender atau food processor sampai menghasilkan tekstur yang diinginkan.

Buah. Ada buah yang bisa diberikan langsung tanpa dimasak seperti pisang, dan ada pula yang harus dimasak seperti apel. Untuk golongan yang kedua, cuci, kupas, dan buang semua biji yang ada, lalu masukkan ke dalam panci. Beri air secukupnya sampai buah terendam dan rebus sampai lunak –biasanya sekitar 10-15 menit, tergantung jenis dan ukuran potongan buah. Setelah matang, haluskan seperti halnya sayuran.

Daging atau ikan. Pilih daging yang sedikit mengandung lemak, daging ayam tanpa kulit, atau daging ikan tanpa duri. Semua jenis daging harus dalam keadaan benar-benar matang, diberikan sedikit demi sedikit atau bertahap sesuai usia bayi, dan dicampur dengan bahan makanan lain. Mengingat, sistem pencernaan dan ginjal bayi belum berkembang sempurna. Daging juga dapat direbus, dihaluskan, dan dibekukan.
 
Apakah boleh mencampur bahan makanan manis dengan gurih?
Boleh, karena variasi ini akan membuat memori citarasa dalam otak si kecil semakin kaya. Jadi, jangan ragu mencampur apel dengan daging ikan, misalnya. tapi sebaiknya tidak mencampur terlalu banyak bahan makanan untuk satu kali pemberian makan. Kombinasikan secara bergantian agar bayi dapat mengenal rasa masing-masing bahan makanan dengan baik.
 
Bagaimana dengan anjuran: kenalkan sayuran dulu sebelum buah?
Ini terkait dengan taste development. Saat lahir, bayi sudah dibekali atau mengenal rasa manis, sementara rasa asin dan lainnya harus dipelajari. Jadi, kenalkan dulu rasa sayuran yang hambar, kemudian buah yang manis. Beberapa pakar meyakini, cara ini membuat anak kelak suka makan sayur.
 
Mengapa bayi saya menolak pure yang saya suapkan? 
Jangan buru-buru mengatakan anak tidak menyukai makanan yang Anda berikan. Saat ini ia masih dalam tahap belajar makan. Sebetulnya dia bukan melepeh atau menolak makanan tersebut, tetapi karena ia belum terampil mengunyah dan menelan makanan. Bersihkan saja mulutnya dengan lap bersih dan coba lagi menyuapinya. Jika dia masih menolak, tunda pemberian makanan yang sama untuk beberapa hari ke depan. Cobalah jenis makanan lain. Jangan putus asa, Bunda.
 
Perlukah ditambakan garam, gula, atau madu ke dalam pure?
Tidak perlu. Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa penambahan garam pada makanan bayi akan menambah beban ginjal serta meningkatkan kemungkinan mereka mengalami penyakit tekanan darah tinggi saat dewasa. Untuk gula, sebaiknya juga tidak ditambahkan karena bayi cukup puas dengan rasa manis alami bahan makanan, seperti buah. Selain itu, gula juga dapat memicu timbulnya kerusakan gigi. Sementara madu, sebaiknya dihindari sampai usia bayi 12 bulan, sebab dapat memicu penyakit botulisme, yakni keracunan makanan yang serius.

Kalau ASI atau susu formula, boleh ditambahkan ke dalam pure? Jika boleh, bagaimana agar kandungan gizinya tidak rusak?
ASI atau susu formula boleh dan bisa untuk mengencerkan pure kental. Selain mengencerkan, penambahan ASI juga memperkaya kandungan nutrisi pure. Apalagi citarasanya sudah sangat dikenali bayi sehingga dia lebih mudah menerimanya. Penambahan ASI atau susu formula pada pure dilakukan sesaat sebelum Anda sajikan pada bayi. Anda boleh menggunakan ASI perah yang pernah dibekukan. Tapi jangan lakukan penambahan ASI perah tersebut pada pure yang akan Anda bekukan. Karena, ASI perah yang sudah beku lalu dilelehkan, tidak boleh dibekukan kembali uintuk menghindari kontaminasi bakteri dan kebaikan gizinya.
 
Bayi saya lebih lahap bila makanannya ditambah santan atau mentega. Apakah penambahan tersebut tidak berbahaya?
Tidak, asalkan tak berlebihan. Misalnya, tambahan 1 sendok teh minyak, atau 1 sendok makan santan, atau 1 sendok teh mentega. Minyak, santan, dan mentega berfungsi sebagai sumber energi dan pelarut vitamin A, D, E, dan K. Bahkan minyak sayur seperti minyak jagung, zaitun, dan canola, merupakan sumber asam lemak esensial, yakni asam lemak omega 3 (asam alfa linolenat) dan asam lemak omega 6 (asam linolenat) . Di dalam tubuh, asam lemak omega 3 akan diubah jadi EPA (eikosapentaenoat) dan DHA (dokosaheksaenoat) yang berperan dalam proses tumbuh kembang otak anak. Untuk menghindari garam, pilih mentega yang rasanya tawar, untuk margarin, pilih yang tidak mengandung lemak trans.
 
Adakah hal-hal yang perlu diwaspadai dalam rangka pengenalan makanan padat pertama bagi bayi?
Ada. Antara lain:

1. Jangan sampai masa kritis pengenalan makanan padat di usia 6-9 bulan terlewati. Bila masa kritis terlewati, bayi akan mengalami kesulitan mengunyah dan menelan makanan keluarga, atau menolak makan bila diberi makanan padat. Misalnya, hanya mau makan makanan yang dihaluskan atau minum susu saja. Kebiasaan makan seperti ini tentu perlu upaya perbaikan yang serius.

2. Hindari pemberian makanan padat sebelum bayi berusia 6 bulan, karena:
- Sistem pencernaannya belum bekerja sempurna, sehingga memberatkan kerja organ pencernaan dan ginjalnya.
- Menyebabkan bayi kenyang dan malas mengisap ASI. Akibatnya selain hilang 1-2 waktu menyusu, produksi ASI pun makin berkurang.
- Meningkakan risiko timbulnya alergi atau reaksi simpang lainnya.

 
Bolehkah menambahkan bumbu dapur, seledri, atau bawang?
Boleh, jadikan bumbu dapur sebagai penambah citarasa makanan saat bayi mulai makan makanan yang sudah dicampur di usia 8 bulan. Tidak perlu terlalu banyak penambahan bumbu agar aroma atau rasanya tidak terlalu menyengat. Yang penting cuci bersih dan cincang halus sebelum dicampurkan dalam bubur atau nasi tim bayi.
 
Bagaimana kita bisa mengetahui bahan makanan  menjadi penyebab timbulnya gejala alergi atau reaksi simpang makanan lainnya?
Bila terjadi reaksi alergi –ringan maupun berat- seperti diare, kembung, muntah atau gatal-gatal, segera bawa anak ke dokter dan ceritakan riwayatnya. Untuk memastikan alergi terhadap bahan makanan tertentu, misalnya susu sapi, anak harus menjalani beberapa pemeriksaan. Antara lain pemeriksanaan darah dan tes kulit. Di bawah pengawasan dokter, orang tua juga dapat melakukan “diagnosis” dengan cara eliminasi-provokasi. Misalnya, eliminasi adalah penghindaran susu sapi dan produk makanan yang mengadung susu sapi, seperti biskuit selama 2 minggu. Bila setelah eliminasi gejala klinis membaik, maka kemungkinan anak menderita alergi susu sapi. Untuk memastikannya lakukan provokasi, yaitu memberikan kembali susu sapi. Bila gejala klinis timbul kembali, barulah diagnosisi pasti alergi susu sapi ditegakkan dokter. (ES)

 

 



Artikel Rekomendasi