Gangguan Pencernaan Bayi

 

Kenali  gangguan sistem pencernaan pada bayi dan balita  dan cara mengatasinya.

Irritable bowel syndrome. Gangguan fungsi seluruh sistem pencernaan bayi sehingga menyebabkan sakit perut, sembelit, atau diare.  Penyebabnya belum diketahui pasti. Beberapa ahli memperkirakan berkaitan dengan kontraksi usus yang tidak normal.
Gejala: kebiasaan buang air besar (BAB) berubah,  lebih sering  jika diare dan  lebih jarang jika sembelit. Atasi dengan: Menghentikan pemberian makanan atau minuman yang memicu timbulnya gejala, seperti yang banyak bumbu, terlalu manis, asam atau asin.

Hipertrofi pilorus stenosis (Hypertrophy Pyloric Stenosis). Penyebabnya karena kelainan saluran pencernaan, ditandai penyempitan  saluran usus 12 jari akibat penebalan  otot dinding usus, yang mengakibatkan  makanan akan dimuntahkan kembali oleh bayi (refluks). Gejala:  Muntah yang  biasanya muncul saat bayi berusia 2–12 minggu. Atasi dengan: Menjalani operasi kecil pada otot-otot pilorus yang disebut pyloromyotomy. Operasi dilakukan dengan menyayat,  tidak  memotong otot pilorus  yang menebal untuk melebarkan saluran.

Sakit perut berulang. Sering dialami  anak  usia 3 tahun. Bayi  akan rewel karena belum mampu mengemukakan keluhannya. Penyebabnya bisa  gangguan psikologis, sosial, dan lingkungan yang memicu stres, seperti hari pertama sekolah. Gejala: Sakit perut berulang yang berupa serangan nyeri perut tiga kali atau lebih selama lebih dari tiga bulan dan mengakibatkan gangguan aktivitas. Atasi dengan: Mencari faktor penyebab utamanya. Bila disebabkan faktor psikis, konsultasikan kepada psikolog anak.

Diare karena alergi. Penyebabnya alergi terhadap protein susu sapi. Gejala:  Diare berlendir dan terkadang terdapat darah, kulit gatal kemerahan dan batuk berdahak. Atasi dengan: Menghentikan pemberian susu sapi kepada bayi dan menggantinya dengan susu kedelai atau susu khusus yang proteinnya telah diproses. Hindari produk makanan yang mengandung susu sapi.

Radang usus buntu. Dalam istilah medis disebut Appendicitis atau peradangan pada appendiks (usus buntu).  Penyebabnya  karena ada sebagian kotoran di usus atau sisa makanan terperangkap di dalamnya. Apendiks yang radang akan  menyebabkan nyeri dan membuat usus rentan pecah. Gejala: Sakit perut, terutama dimulai di sekitar pusar dan bergerak ke samping kanan bawah, nafsu makan menurun, mual dan muntah, diare dam  demam. Atasi dengan: Dilakukan operasi dengan membuka dinding perut untuk memotong dan membuang apendiks atau usus buntu yang meradang tersebut

Usus terlipat. Ini terjadi bila satu bagian usus masuk ke dalam usus yang terletak di atasnya dan terjadi secara spontan. Banyak dialami bayi  usia  5-10 bulan.  Penyebabnya belum diketahui. Gejala: Bayi menangis, muntah berupa  cairan  hijau, diare berdarah, dan bila ususnya sudah tersumbat total,  bayi tidak dapat buang angin dan buang air besar. Atasi dengan: Memberi cairan kontras untuk mengetahui bagian usus yang terlipat  atau dilakukan tindakan pembedahan.

Perdarahan saluran cerna atas. Bayi mengeluarkan cairan muntah disertai bercak darah segar atau darah yang berwarna kehitaman seperti kopi,  akibat darah yang mengalami denaturasi oleh asam lambung. Penyebabnya karena ada luka tukak dan  duodenum (pada usus 12 jari) atau ada varises pada kerongkongan yang pecah. Gejala: Muntah darah, dan kotoran (feses) yang dikeluarkan saat buang air besar berwarna hitam. Atasi dengan: Membawa bayi ke dokter atau rumah sakit terdekat.

Atresia bilier. Gangguan sistem pencernaan yang kerap dialami bayi di minggu pertama lahir. Gangguannya berupa penyumbatan total aliran empedu akibat saluran empedu hilang sebagian atau seluruhnya. Penyebabnya belum diketahui secara pasti. Namun diduga  berkaitan dengan infeksi oleh virus Sitomegalo Rubella, Rotavirus, dan Reovirus tipe 3. Gejala: Bayi kuning sejak lahir, buang air kecil berwarna coklat dan  buang air besar berwarna putih seperti dempul. Atasi dengan: Membawa bayi  ke dokter, karena biasanya diatasi dengan tindakan operasi,  tidak cukup dengan menjemur bayi  yang kuning  selama 2-3 minggu. (me)

Baca juga:
 
  • Kolik infantile. Dialami sekitar 20% bayi usia 2 minggu sampai 4 bulan.
  • Intoleransi laktosa. Banyak ditemukan pada bayi dan dapat hilang setelah anak berumur 3-4 tahun. 
  • Sembelit. Lebih sering ditemukan pada anak prasekolah dan anak sekolah. 
  • Kembung. Pada bayi umumnya karena sistem pencernaannya belum berkembang dan berfungsi dengan baik. 
  • Cegukan. Cegukan banyak dialami bayi karena belum “pandai” makan dan minum. 

 

 



Artikel Rekomendasi

post4

Sendawa Pada Bayi

Sendawa terjadi karena di ujung akhir saluran pencernaan terdapat otot yang mengatur agar isi perut tidak mengalir keluar kembali. ... read more

post4

Bayi Muntah atau Gumoh?

Setelah kenyang, bayi sering mengeluarkan ASI yang sudah ditelannya. Itu muntah atau gumoh? Anda bisa membedakannya dengan mudah.... read more