Kebiasaan BAK dan BAB Bayi Baru Lahir

 


Foto: Pixabay

Selain keinginan menyusu yang tidak ada habisnya, bayi baru lahir juga menghabiskan sebagian besar waktunya untuk BAK (buang air kecil) dan BAB (buang air besar). Baru sebentar popoknya diganti ternyata sudah basah lagi. Jika diamati sebenarnya ada pola yang dimiliki oleh bayi-bayi tersebut. Berikut penjelasannya…

Pola BAK
Seperti tertulis dalam laman www.healthychildren.org, pada bayi sehat, urine akan berwarna jernih, kuning terang, hingga kuning tua. Semakin gelap warnanya, artinya semakin terkonsentrasi urine si kecil akibat kurang asupan cairan. Dalam sehari bayi BAK setiap 1 – 3 jam sekali, atau sebanyak 4 – 6 kali sehari. Jika si kecil sakit atau demam maupun ketika cuaca sangat panas, jumlah urine yang biasanya keluar akan turun setengahnya. Anda tidak perlu khawatir karena hal ini normal. BAK pun seharusnya tidak menyakitkan.
 
Kadang-kadang Anda juga akan melihat noda merah muda pada popok yang sering dikira darah. Noda ini pertanda urine yang sangat pekat Selama si kecil mengompol setidaknya empat kali sehari, maka tidak ada alasan untuk khawatir. Namun, jika warna merah muda ini terus berlanjut, segeralah berkonsultasi dengan dokter anak. Jika melihat tanda-tanda si kecil kesusahan saat BAK, Anda juga wajib memberi tahu dokter anak karena ini bisa menjadi tanda infeksi atau masalah lain di saluran kemih.
 
Adanya darah dalam urine atau bercak darah pada popok bukanlah kondisi normal, untuk itu dokter anak Anda harus mengetahuinya. Jika pendarahan ini disertai dengan gejala lain, seperti sakit perut atau pendarahan di area lain, segera cari pertolongan medis untuk si kecil.
 
Pola BAB
Dimulai dari hari pertama kehidupan dan berlangsung selama beberapa hari, bayi akan mengalami BAB pertamanya, yang sering disebut sebagai mekonium. Zat hitam tebal atau hijau gelap ini mengisi ususnya sebelum lahir, dan begitu mekonium keluar, tinja akan berubah menjadi kuning kehijauan. Bayi yang disusui akan memiliki feses menyerupai sawi muda dengan campuran partikel seperti biji. Sampai si kecil mulai mengonsumsi makanan padat, tinja dapat bertekstur sangat lunak hingga encer dan berair. Jika ia diberi susu formula, tinjanya akan berwarna cokelat atau kuning. Teksturnya akan lebih padat dibanding pup bayi ASI, tetapi tidak sepadat selai kacang.
 
Tinja yang keras atau sangat kering pada bayi ASI atau sufor kemungkinan besar karena tidak mendapatkan cukup cairan, atau justru kehilangan terlalu banyak cairan akibat sakit, demam, atau kepanasan. Begitu bayi mengonsumsi makanan padat, feses yang keras menjadi indikasi ia terlalu banyak mengonsumsi makanan yang menyebabkan sembelit, misalnya biskuit atau susu sapi, sementara sistem pencernaannya belum bisa mengatasi. FYI, susu sapi murni tidak dianjurkan untuk bayi di bawah dua belas bulan.
 
Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu diingat tentang BAB:
1. Variasi warna dan konsistensi feses adalah hal yang normal. Misalnya, jika si kecil mengonsumsi makanan yang membuat saluran pencernaan bekerja ekstra biasanya membuat tinja menjadi kehijauan, sementara jika bayi mendapat tambahan zat besi maka tinja bisa berubah menjadi cokelat tua. Jika ada iritasi ringan pada anus, bercak darah dapat muncul di bagian luar tinja. Namun, jika ada banyak darah, lendir, atau air dalam tinja, segera hubungi dokter anak. Gejala-gejala ini menunjukkan kondisi usus memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.


2. Berhubung tinja bayi biasanya lunak dan sedikit berair, cukup sulit untuk mengetahui kapan si kecil mengalami diare ringan. Namun, tanda yang pasti adalah peningkatan frekuensi BAB yang tiba-tiba, misalnya lebih dari satu kali BAB sehabis makan, atau kadar cairan yang sangat tinggi di dalam tinja. Diare bisa jadi adanya infeksi usus atau akibat perubahan pola makan. Jika si kecil masih ASI, maka ia dapat mengalami diare karena perubahan pola makan ibu.

3. Saat diare ada kemungkinan bayi mengalami dehidrasi. Segera hubungi dokter anak jika bayi berusia kurang dari dua bulan mengalami diare sekaligus demam. Jika demamnya berlangsung lebih dari sehari, periksa urine dan suhu duburnya, kemudian laporkan temuan Anda kepada dokter. Pastikan si kecil terus menyusu, ya Bun.

Frekuensi BAB bervariasi antara bayi satu  dengan bayi lainnya. Banyak yang BAB segera setelah makan berkat refleks gastrokolik (aktifnya sistem pencernaan setiap kali perut diisi makanan). Pada usia 3 – 6 minggu, beberapa bayi ASI hanya satu kali BAB selama seminggu dan ini masih normal. Ini terjadi karena ASI hanya mengandung sedikit limbah padat untuk dihilangkan dari sistem pencernaan si kecil. Dengan demikian, feses yang jarang keluar bukan merupakan tanda sembelit dan bukan masalah serius selama tinja lunak (tidak sepadat selai kacang). Bayi Anda dinyatakan normal jika berat badan terus meningkat dan masih menyusu secara teratur.
 
Jika bayi Anda diberi susu formula, setidaknya ia harus BAB satu kali sehari. Jika jarang melakukannya dan terlihat kesulitan saat BAB akibat tinja yang keras mungkin bayi mengalami konstipasi. Konsultasikan dengan dokter anak agar dapat segera ditangani.
 

PRIMA SOERATNO

Baca juga:
Perutnya Kembung
Tip Tambah Berat Badan 12 Bulan Pertama Bayi

 



Artikel Rekomendasi