Kelola Keuangan Setelah Bayi Lahir

 

Mengelola keuangan penting, terutama ketika bayi sudah lahir dalam keluarga. Biaya ekstra pasti tidak terelakkan lagi. Suami istri harus memiliki strategi mengelola keuangan keluarga setelah bayi lahir.

Senangnya, bayi sudah hadir di tengah–tengah Anda dan pasangan. Pasti banyak yang sudah dipersiapkan. Siap mental, siap fisik dan juga siap dalam hal financial. Semua itu harus dipersiapkan dengan matang. Kehadiran bayi sebagai anggota baru di tengah keluarga pastilah menambah pengeluaran rutin kita.

Pengeluaran rumah tangga untuk keperluan bayi bisa untuk membeli toilleteries bayi, diapers, imunisasi, pakaian, konsultasi dokter dan lain sebagainya. Bila budget pengeluaran tidak disiapkan secara tepat, bisa-bisa  mengganggu cash flow rutin sehari-hari. Tentu saja situasi ini bisa membuat posisi keuangan keluarga, di satu tahun pertama menjadi kacau.

Satukan pendapatan.  Pastinya terdapat perbedaan pengelolaan keuangan ketika belum menikah dan setelah menikah (apalagi dengan kehadiran bayi). Ada tips dari Ahli perencanaan keuangan, Dr. Adler Haymans Manurung, yang juga Direktur Pengelolaan Investasi di salah satu perusahaan sekuritas. Menurut Adler, bila sudah punya anak, jumlah pengeluaran meningkat sehingga, mau tidak mau, sekitar 60–70 % dari pendapatan digunakan untuk pengeluaran rutin bulanan keluarga.

Adler menyarankan, meski jumlah pengeluaran meningkat jangan sampai mengabaikan diri tidak menabung.  “Justru 30-40% dari pendapatan itu harus  disisihkan untuk ditabung. Ini memerlukan disiplin dan konsisten suami dan istri,” urai Adler. Hal ini berlaku pula bagi suami-istri dengan single income, yaitu hanya salah satu pihak yang mendapatkan pendapatan. “Tetap konsisten dan disiplin mengelola keuangan. Jangan mengganggu uang untuk tabungan,” tegas Adler.

Pengeluaran membengkak. Ketika bayi hadir di tengah kehidupan rumah tangga, selain konsisten dan disiplin, suami istri juga harus semakin cermat mengelola keuangan mereka. “Hadirnya momongan, mengakibatkan pengeluaran mengalami perubahan cukup menyolok terutama saat usia anak di bawah 1 tahun karena butuh banyak uang untuk keperluan belanja,seperti membeli susu, popok, baju dan lain sebagainya." Bersyukurlah bila istri bisa memberikan ASI Eksklusif pada buah hatinya, sehingga ayah dan ibu baru ini bisa ‘terbebas’ dari pengeluaran rutin membeli beberapa kaleng susu formula untuk bayi dalam satu bulan.

Tak jarang orang tua muda ini menghabiskan pengeluaran cukup besar dalam sebulan untuk membeli susu formula bayinya,” tambah Adler .  Sesungguhnya pengeluaran yang membengkak ini dapat ditekan dengan berbagai cara. Berikut tips menekan pengeluaran rutin setelah bayi lahir:

Beli yang terjangkau.  “Sesuaikanlah kebutuhan anak dengan kemampuan keuangan orang tua. Misalnya saja, orang tua bisa cermat memilih susu formula yang  harganya terjangkau dengan kandungan gizi yang tak kalah baik dengan susu formula berharga mahal. Anda harus pintar memilah-milah pengeluaran," ucap Adler.
   
Yakin ada rezeki. Selain itu Adler menambahkan bahwa para orang tua muda ini haruslah punya keyakinan mengenai rezeki yang akan mereka terima. “Tak perlu takut uang Anda habis karena ada anak. Percaya bahwa Tuhan senantiasa memberi rezeki. Tinggal bagaimana cara Anda memilah-milah pengeluaran dan konsisten terhadap pengelolaan keuangan keluarga ini,” tutur Adler.
   
Hilangkan yang tidak penting. Adler menyarankan sebaiknya pasangan muda meniadakan penggunaan kartu kredit. “Bila gaji Anda masih terasa pas-pasan, ada baiknya menghilangkan penggunaan kartu kredit karena menjadikan Anda  penghutang. Tetapi bila gaji Anda besar, tak apa-apa menggunakan kartu kredit ini karena Anda bisa ‘memainkannya’. Selain itu, bagi keluarga, dengan pendapatan yang terasa pas-pasan atau kurang, ada baiknya mencari penghasilan tambahan,” tandas Adler.

 



Artikel Rekomendasi