Macam-macam Penyebab Alergi, Termasuk Susu Sapi

 



Salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada anak adalah alergi. Alergi adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi secara tidak normal terhadap zat asing. Ketika tubuh anak melakukan kontak terhadap zat asing tersebut, sistem imunnya menganggap itu berbahaya, sehingga timbul gejala-gejala alergi seperti ruam di kulit, sesak napas, diare.

Seperti dijelaskan konsultan alergi dan imunologi anak, Prof. DR. Budi Setiabudiawan, dr. Sp.A(K), M.Kes., "Alergi adalah suatu respons sistem imun yang tidak normal, yang berlebihan, dalam hal mengenali suatu zat yang sebenarnya tidak berbahaya bagi orang lain," kata Prof. Budi di acara Webinar Tanggap Alergi di Masa Pandemi untuk Generasi Maju oleh SGM Eksplore Advance+ Soya, Senin, 29 Juni 2020.

"Contohnya, misalkan anak dikasih udang. Sebenarnya udang ini adalah makanan yang mengandung protein yang sangat bagus untuk tumbuh kembang anak. Tetapi, pada anak-anak yang alergi, respons imunnya terhadap udang tersebut berlebihan. Sehingga dapat menimbulkan gejala-gejala alergi," imbuh Prof. Budi.

Pencetus atau penyebab alergi, bisa bermacam-macam. Menurut Prof. Budi, di antaranya yaitu kelompok makanan dan minuman tertentu, dan sesuatu yang terhirup. Mereka inilah yang disebut alergen. Dengan kata lain, alergen adalah pencetus atau penyebab alergi.  

Dari kelompok makanan, Prof. Budi menyebutkan beberapa alergen: Makanan laut (udang, kepiting, udang karang), kacang tanah, tree nuts (kacang pohon seperti hazelnut, kacang mede, kacang almond), gandum, telur, ikan, dan susu sapi. 

"Ini adalah beberapa contoh makanan yang paling sering menyebabkan alergi," kata Prof. Budi. 

Sedangkan alergen dari kelompok zat yang terhirup, di antaranya: Tungau debu rumah, serbuk sari tanaman, kecoak, serpihan kulit binatang, jamur kapang. Namun yang kerap ditemukan pada jenis alergi ini adalah disebabkan oleh tungau.

"Berdasarkan penelitian di Indonesia, bahan terhirup yang paling sering menyebabkan alergi adalah tungau debu rumah, yaitu binatang kecil yang tidak terlihat oleh mata," kata Prof. Budi. 

Selain itu, di masa-masa awal kehidupan anak, alergi yang paling sering ditemukan adalah alergi susu sapi. 

Apa sajakah yang perlu dilakukan oleh orang tua apabila menemukan reaksi alergi pada anak? 

Menurut Prof. Budi, orang tua dapat menerapkan pedoman 3K, yaitu Kenali, Konsultasikan, dan Kendalikan. 

Kenali
Orang tua harus mengenali tanda-tanda atau gejala anak mengalami alergi yang biasanya terlihat dari tiga organ tubuh, yaitu saluran cerna (diare, mulas), kulit (biduran, ruam), saluran napas (sesak atau asma). 

Konsultasikan
Orang tua jangan sampai terlambat mengonsultasikan ke dokter ahli apabila menemukan gejala-gejala alergi pada anak. Hindari juga mengira-ngira atau mendiagnosa sendiri. Hal ini selain menyebabkan lambatnya tata laksana, juga merupakan tindakan yang kurang bijak. 

Kendalikan
Jika sudah dikonsultasikan ke dokter ahli, selanjutnya akan ditegakkan diagnosa apakah gejala yang dialami anak tersebut, benar karena alergi atau bukan. Setelah itu, dokter dapat menentukan tata laksana yang sesuai. 

Khusus untuk anak yang alergi susu sapi, biasanya dokter akan merekomendasikan formula lain sehingga anak tetap dapat memperoleh asupan protein. 

"Untuk Bunda yang susah memperoleh formula protein terhidrolisa ekstensif, itu dapat diganti dengan formula isolat protein soya. Jadi formula soya bisa menggantikan formula protein hidrolisa ekstensif, karena soya bisa diberikan pada anak-anak atau si kecil dengan gejala alergi ringan sampai sedang," kata Prof. Budi. 

ALI

 



Artikel Rekomendasi