Mitos atau Fakta, Bayi Lahir Tanpa Tempurung Lutut

 

Foto: shutterstock
 

Bunda tak perlu cemas kelak kalau bayi belajar merangkak. Lututnya akan tetap aman.

 

Kekhawatiran yang wajar bila bunda mengkhawatirkan kondisi lutut bayi yang lucu itu. Dia akan belajar merangkak, di mana seluruh bobot tubuhnya ditopang oleh kedua lutut dan dua lengan, bergerak kian kemari. Lalu saat bayi mulai belajar berjalan, dia akan sering jatuh. 

 

Bunda, lutut bayi itu lentur, tidak sekeras anak-anak besar dan orang dewasa. Sampai usia 6 tahun, lutut anak masih berupa tulang rawan. Apa lagi yang perlu bunda ketahui?

 

Pada dasarnya bayi lahir sudah ada tempurung di lututnya tapi sepenuhnya berupa tulang rawan sehingga disebut tempurung lutut tulang rawan. Demikian penjelasan Dr. Chris Airey dari Ireland, UK dan Dr. Pierrette Mimi Poinsett konsultan medis di momlovebest.com. 

 

Tulang rawan adalah substansi yang lentur dan fleksibel yang melindungi sendi dari gesekan. Jadi masuk akal bila kita lihat kegiatan bayi yang merangkak kian kemari, jatuh bangun saat belajar berjalan, mereka memiliki tempurung lutut terbuat dari tulang rawan. Ini juga untuk mempermudah bayi melewati jalan lahir. Demikian penjelasan Dr. Airey. 

 

Kapan tempurung lututnya mengeras?

Proses patela berubah dari tulang rawan menjadi keras disebut proses pengerasan, yang akan berakhir ketika anak sudah sekolah di sekolah dasar. Dr. Poinsett menyebut, proses pengerasan ini terjadi pada usia 2 sampai 6 tahun. Prosesnya lambat, yang dimulai di bagian tengah lalu ke bagian tepi. Karena sendi lutut fleksibel, beberapa tulang rawan masih digunakan. Yaitu titik antara femur (tulang kaki) dengan patela (tulang lutut) dilapisi dengan tulang rawan artikular. Ini membantu lutut dan kaki bergerak bersama dengan mulus dan melindungi lutut dari cedera. 

 

Masalah yang mungkin timbul

Tidak ada yang perlu dikhawatirkan pada lutut bayi. Tempurung lutut bayi tidak lebih rentan dibanding anak-anak yang lebih besar. Tapi dalam masa transisi dari tempurung tulang rawan menjadi tulang keras, ada potensi gangguan yang mungkin saja terjadi, yaitu patela bipartit. Apa itu?

 

Tempurung lutut terbentuk dalam potongan-potongan yang menyatu. Patela bipartit terjadi apabila potonga-potongan itu belum menyatu sepenuhnya lalu menghasilkan semacam tempurung ganda yang terbelah. Demikian penjelasan dr. Airey. Bahayakah?

 

Kata dr. Airey terkadang dapat ‘selesai dengan sendirinya’ atau bisa diatasi denan fisioterapi. Dr. Airey menyarankan agar para ibu memerhatikan area lutut anak, apabila anak mengeluh sakit dan terjadi pembengkakan di area lutut. Ini bisa merupakan indikator radang sendi, atau cedera pada tendon atau ligamen. 

 

Cedera lutut yang biasa dialami anak

Anak-anak yang aktif bergerak, atau kalau sudah besar aktif berolah raga rentan mengalami cedera. Tapi bunda tidak perlu khawatir karena bukan termpurung lutut yang terluka. Nyeri lutut pada anak lebih karena kesleo atau cedera pada ligamen. Cedera pada lutut tidak umum terjadi. 

 

Cedera lutut yang sering terjadi adalah karena penggunaan yang berlebihan, sehingga terplintir tiba-tiba dan benturan pada lutut dan persendian. Cedera masa kanak-kanak yang umum terjadi pada lutut menurut Children’s Health Care of Atlanta:

- Fraktur

- Tendonitis

- Dislokasi

- Cedera pada ligamen cruciatum anterior

- Robekan tulang rawan meniscal

- Radang kandung lendir

- Sindroma stres

- Cedera tulang rawan artikular

 

Ini tanda-tanda anak mengalami cedera lutut dan harus segera dibawa ke dokter:

- Terjadi pembengkakan di lokasi lutut

- Mengeluh nyeri di area lutut

- Kaku, tidak dapat menekuk lutut

 

Mengasuh bayi memang membuat bunda lebih sering merasa khawatir. Bagaimana kalau bayi bolak balik jatuh saat belajar berjalan? Untungnya, lulut bayi masih berupa tulang rawan.

(IR 31/05/22)

Baca juga:
Telanjang Kaki Penting Untuk Balita

Fakta Tentang Kaki Bayi

 



Artikel Rekomendasi

post4

Hati-Hati Bayi Terkilir

Hati-hati, kurang lembut menangani tubuh bayi, bisa membuatnya terkilir! Pada kasus parah, dapat mengakibatkan robeknya ligamen. ... read more