5 Ketakutan Ibu Dalam Mengasuh Anak

 

Foto: shutterstock

Apa yang ditakutkan bunda dalam membesarkan anak? Ternyata ibu-ibu di Indonesia punya ketakutan yang sama dengan ibu lain di belahan bumi lainnya. Apa saja?
 
1. Takut penculik anak alias predator. Berita tentang penculikan dan child trafficking, sangat merisaukan hampir setiap ibu di dunia. Kehilangan anak yang sangat dicintai, adalah mimpi terburuk yang – amit-amit – jangan sampai dialami.  Sebab predator tidak pandang bulu. Anak laki-laki dan perempuan bisa jadi korban.
 
Data POLRI tahun 2019 menyebut, sebanyak 2.303 kasus penculikan anak di bawah umur terjadi di Indonesia. Yang tertinggi terjadi pada 2016 yaitu sebanyak 2.885.
Lindungi anak:

 -Jangan biarkan keluar rumah sendirian. Ini termasuk tidak menitipkan anak pada orang lain di supermarket meski Anda sedang kerepotan dengan belanjaan dan ingin ke toilet.

- Pendidikan seksualitas diberikan sedini mungkin. Bekali anak untuk tidak mau disentuh orang lain.

- Ingatkan selalu; ‘jangan pernah bicara dengan orang yang tidak dikenal.’ Bila terpisah di mal, ajarkan anak untuk minta bantuan pada petugas keamanan yang berseragam.
 
2. Kecelakaan dan terluka. Terjepit pintu mobil atau pintu rumah, menggelinding dari tangga, tersiram air panas kamar mandi, terpeleset di kamar mandi, terkena api kompor, terlindas mobil saat ayah atau bunda memundurkan mobil, dan tertelan obat orang dewasa, adalah kecelakaan di dalam rumah yang dapat dialami oleh balita.
Lindungi anak:

- Pastikan anak selalu dalam pengawasan. Sampai usia 3 tahun anak tidak boleh lepas dari pengawasan orang dewasa.

- Ajarkan anak tentang bahaya, tanpa maksud menakut-nakuti.

- Pasang alat pengaman di tempat-tempat yang mungkin dijangkau anak.

- Letakkan bahan kimia di tempat yang tidak mungkin dijangkau anak.
 
3. Tumbuh kembang anak. Berat badan susah naik, tinggi badan kurang, makan sedikit dan susah makan. Di bidang perkembangan, orang tua merisaukan skill yang belum dicapai oleh anak.
Lakukan:

- Cek kesehatan rutin termasuk pemberian vaksinasi ke dokter anak setidaknya sebulan sekali sampai anak berusia 5 tahun. Ini penting untuk memantau tumbuh kembangnya.

- Stop membandingkan anak dengan anak lain apakah itu soal berat badannya atau perkembangannya.
 
4. Gagal masuk sekolah favorit. Harapan yang tinggi terhadap anak adalah salah satu sumber ketakutan orang tua dalam membesarkan anak. Jujur saja Bunda, siapa yang tidak bangga bila anaknya menjadi yang nomor satu. Sekolah unggulan menjadi incaran untuk menjadikan anak kebanggaan orang tua. Kecemasan lain yang mengikuti adalah ‘akan sanggupkah aku membayar biaya sekolahnya?’
Lakukan:


- Pahami bakat anak. Kehebatan anak bukan hanya pada prestasi akademik. Kecerdasan lain seperti kinestetik, naturalistic, social, musical dan yang lainnya harus dioptimalkan. Anak yang berbahagia adalah anak yang tumbuh nyaman dan bisa menjadi diri sendiri.

- Down to earth. Kerja keras untuk biaya sekolah anak sah saja. Tapi kalau sekolah favorit sulit dijangkau karena lokasi jauh dari rumah, sekolah di dekat rumah akan membuat anak lebih banyak punya waktu luang untuk melakukan hobinya dan mengembangkan potensi lainnya.
 
5. Menjadi korban bullying. Anak yang dengan susah payah kita rawat dan kita cintai. Anak yang kita yakin punya rasa percaya diri untuk dilepas di sekolah, ternyata menjadi korban bullying dan tidak mampu bertahan. Diolok-olok, tidak diajak main atau berteman, dianggap cupu. Duh, sedihnya  hati Bunda.
 
Banyak ahli perkembangan menyatakan bahwa anak-anak korban bullying memiliki dampak jangka panjang pada kesehatan mentalnya. Anak-anak korban bullying cenderung akan menjadi pelaku  (bila ia tidak memutuskan untuk bunuh diri) – bisa kelak ketika sudah agak besar, atau di usia dewasa ketika ia memasuki dunia kerja dengan membully rekan kerja atau bawahannya.
Lakukan:

- Jangan mendidik anak untuk menjadi patuh tanpa syarat. Kalau anak membantah, itu adalah caranya untuk mendapatkan kemandiriannya.

- Jangan lakukan kekerasan pada anak, karena ini berpotensi membuat anak jadi pelaku.

- Bangun rasa percaya diri anak dengan cara yang sehat. Membangun rasa percaya diri bukan dengan cara mempermalukannya di hadapan banyak orang. Cara ini justru menjatuhkan harga dirinya.

- Bangun kemandiriannya. Anak yang mandiri merasa lebih berbahagia karena punya perasaan mampu, tidak harus mencari orang dewasa untuk ditolong.
 
Imma Rachmani

 
 

 



Artikel Rekomendasi

post4

Manfaat Perawatan Metode Kangguru

Mirip dengan kangguru, perawatan metode kangguru (PMK) membuat bayi nyaman di dada ibunya. Selain mudah minum ASI, kontak kulit antara bayi dan bunda juga mempererat hubungan antara mereka. ... read more

post4

Cara Tepat Bergawai pada Anak

Data riset brand smartphone Huawei tahun ini, 87% orang tua Indonesia memberi gawai ke anak. Dan anak-anak usia 5 hingga 8 tahun di negeri ini, sudah memakai gawai. ... read more