3 Infeksi Miss V Ini Membahayakan Janin!

 

Dok. 123RF


Kehamilan bisa membuat tubuh rentan terserang infeksi, salah satunya infeksi vagina. Infeksi vagina bisa disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Jika tidak segera diatasi, infeksi vagina bisa berbahaya bagi kehamilan. Berikut ulasannya.

Infeksi Bakteri
Jenis infeksi vagina ini paling banyak terjadi pada wanita usia subur. Sekitar 5% ibu hamil memiliki risiko terkena infeksi vagina akibat bakteri. Menurut American Pregnancy Association, 10-30% ibu hamil di Amerika Serikat terkena infeksi vagina akibat bakteri. Inilah penyebab utama keguguran dan kelahiran bayi prematur yang terjadi pada trimester ke-2 kehamilan.

Penyebab: Terjadi gangguan keseimbangan bakteri mikroflora yang hidup di vagina. Namun, penyebab gangguan keseimbangan mikroflora vagina itu sendiri belum diketahui secara pasti. Jenis-jenis bakteri yang paling sering menjadi penyebabnya adalah Gardnerella vaginitis, Chlamydia, Gonococcus, dan Treponema Pallidum.

Gejala: Keluar cairan vagina berwarna kehijauan dan bau tak sedap. Atau, cairan vagina berwarna putih keruh dan berbau amis –terutama setelah berhubungan intim– dan muncul rasa panas seperti terbakar ketika buang air kecil.

Akibat: Bayi dapat lahir prematur akibat kantung amnion pecah mendadak, jalan lahir terbuka terlalu dini, bayi lahir dengan berat badan rendah, dan meningkatkan risiko terjadi infeksi rahim setelah persalinan.

Cara mengatasi: Bersihkan vagina menggunakan cairan khusus vaginal drainage. Bila belum teratasi, dokter akan memberi antibiotik yang aman untuk ibu hamil, contohnya metronidazole dalam bentuk pil atau gel, krim clindamycin yang dioleskan pada vagina, atau tinidazole. Obat-obat tersebut bisa berbentuk tablet vagina atau supositoria. Pemberian obat antibiotik ini tidak dilakukan pada trimester pertama kehamilan karena dikhawatirkan mengganggu perkembangan janin.


Infeksi Virus
Umumnya, 2% dari ibu hamil di dunia ini terinfeksi virus herpes. American Pregnancy Association mencatat setiap tahun 30% ibu hamil menderita infeksi vagina akibat virus herpes simpleks, dan 30% ibu hamil berisiko terinfeksi human papilloma virus.

Penyebab: Jenis–jenis virus herpes simpleks, terutama HSV-2, yang dapat ditularkan ke janin. Pemicunya antara lain, panas serta gesekan pada daerah vagina, demam, stres dan haid. Sedangkan jenis virus lainnya adalah kelompok human papilloma virus (HPV).

Gejala: Bila terinfeksi virus herpes, muncul bintik-bintik berair di daerah vagina yang menyebabkan rasa sangat gatal dan sakit. Kalau pecah terasa nyeri. Seringkali disertai demam, cepat lelah, dan keluar cairan kental berlebihan dari vagina yang tidak terlalu bau. Bila terinveksi virus HPV-2, selaput lendir vagina yang terinfeksi akan membentuk kutil dengan bentuk yang beragam dan berwarna agak kemerahan.

Akibat: 25% dari kasus infeksi virus herpes pada kehamilan berisiko menembus kantung amnion dan menginfeksi janin sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin akan terganggu. Akibatnya, janin kelak akan lahir dengan kelainan bawaan, bisa juga cacat mental. Sedangkan infeksi virus HPV-2, sangat jarang yang menginfeksi janin, sehingga umumnya tidak mengganggu perkembangan janin.

Cara mengatasi: Minum obat antivirus pada saat tepat dan obat imunomodulator untuk memperkuat sistem kekebalan melawan virus herpes, serta tidak melahirkan lewat vagina untuk menghindari bayi terinfeksi. Untuk infeksi oleh virus HPV-2, dilakukan operasi pengangkatan kutil dengan teknik beku cryosurgery atau memakai salep yang mengandung asam salisilat.

Infeksi Jamur
Penyakit ini dikenal juga dengan istilah kandidiasis vagina, karena jenis jamur yang yang menjadi penyebabnya kebanyakan adalah Candida. Menurut American Pregnancy Association, infeksi jamur menyerang kurang dari 5% ibu hamil di Amerika Serikat.

Penyebab: Yang paling sering terjadi adalah jamur Candida albicans, perubahan kadar hormon yang menyebabkan perubahan mikroflora vagina, pemakaian cairan pembersih vagina, atau pemakaian antibiotika.

Gejala: Muncul rasa gatal, iritasi, terasa panas seperti terbakar, dan bibir luar vagina membengkak serta berwarna kemerahan. Keluar cairan kental berwarna putih keruh atau muncul kekuningan seperti warna keju. Muncul rasa sakit saat berhubungan intim, dan vagina terasa perih serta panas setiap kali buang air kecil.

Akibat: Tidak ada, sebab infeksi jamur tidak akan menembus kantung amnion dan tidak mengganggu proses perkembangan janin yang sedang berlangsung. Kalaupun terinfeksi pada saat bayi melewati jalan lahir, biasanya hanya akan mengenai mulutnya, dan itulah yang disebut sebagai trush.

Cara mengatasi: Mengoleskan krim pada vagina atau obat supositoria dengan dosis tunggal yang aman pada kehamilan.


(TIM AB/WIT)



Baca Juga:
5 Tes Skrining untuk Kehamilan Berisiko
3 Jenis Tes Diagnostik Saat Hamil
Pengertian Hamil Anggur

 



Artikel Rekomendasi

post4

Migrain Saat Hamil Bukan Hal Sepele

Migrain selama hamil tidak boleh dianggap enteng. Penelitian Dr.Cheryl Bushnell dari Duke University, North Carolina, AS, menemukan ada kaitan erat antara migrain dengan penyakit vascular (pembuluh da... read more