Bayi Anencephaly

 

Semua sempurna kecuali tempurung kepala - mulai alis mata ke atas - tidak ada.  Meski kebanyakan berakhir fatal,  dengan bekal informasi yang cukup, calon orangtua dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik.
Anencephaly adalah suatu keadaan dimana sebagian besar tulang tengkorak dan otak bayi tidak terbentuk. Sisa jaringan otak - biasanya bagian dari batang otak - terlindung oleh selaput yang tipis saja.  
Kondisi ini merupakan bagian dari Neural Tube Deffect (NTD) atau cacat tabung saraf. Selain anencephaly atau cacat otak, yang termasuk NTD adalah spina bifida atau cacat tulang belakang. Meski kasusnya jarang, sekitar 1 setiap 1.000 kehamilan, anencephaly adalah kelainan bayi yang paling serius bila dibandingkan dengan NTD jenis yang lain. Kemungkinan yang bisa dialami bayi penderita anencephaly adalah cacat fisik seperti buta, tuli, dan tidak memiliki pergerakan refleks.   
Sampai kini, tidak ada perawatan atau penyembuhan bagi bayi anencephaly, dengan keseluruhan kelahiran berakhir dengan kematian bayi. Bila bisa lahir dalam keadaan hidup, biasanya akan meninggal dalam hitungan beberapa jam atau hari.     
 

Anencephaly bisa terdeteksi melalui pemeriksaan menggunakan alat ultrasonografi  atau  USG pada usia kehamilan sekitar 12 minggu. Dulu pernah dianjurkan deteksi dengan cara melakukan triple blood test pada usia kehamilan 15 minggu. Dengan teknologi yang jauh lebih baik, sekarang anencephaly dapat dideteksi dengan cukup akurat melalui pemeriksaan USG sejak usia kehamilan dini saat kehamilan 18 minggu.  

Bila seandainya tidak terdeteksi dini,  salah satu ciri khas dari kehamilan dengan bayi anencephaly adalah terjadi post maturitas atau persalinan lewat waktu.  Misalnya, belum ada tanda-tanda persalinan padahal usia kandungan sudah 42 minggu. Penyebabnya adalah, karena tidak adanya refleks dari otak bayi  untuk memicu terjadinya proses persalinan. Selain itu, perlu juga dicurigai  hasil pemeriksaan fisik yang menyebutkan  adanya kelainan letak pada bayi, misalnya sungsang atau melintang.

Lahir Normal 

Tidak ada yang bisa dilakukan oleh dokter untuk membantu bayi anencephaly. Sehingga,  jika kasus ini ditemukan pada kehamilan, calon ibu akan disarankan untuk menghentikan kehamilannya - terminasi atau pengguguran kandungan, dengan alasan medis.
Pertimbangan lainnya dari dokter untuk segera mengeluarkan bayi anencephaly tanpa menunggu usianya lebih besar, adalah:
  • Agar proses pengeluaran bayi lebih mudah, karena bila bayi sudah besar, tidak adanya tempurung kepala bayi untuk membuka jalan lahir, atau karena posisi yang misalnya sungsang,  berisiko membuat bayi tersangkut di jalan lahir.  
  • Akan ada risiko tambahan bagi ibu pada proses persalinan  bayi anencephaly,  yaitu  terjadinya robekan-robekan pada jalan lahir karena tulang rahang bayi yang tajam. Tidak jarang proses persalinan bayi anencephaly bersifat traumatik bagi ibu. 
  • Sekitar 25% wanita yang mengandung bayi anencephaly, terancam mengalami polyhydramnios atau kelebihan air ketuban yang menimbulkan perasaan tidak nyaman bagi sang ibu.  

Walau demikian, cukup banyak orangtua dalam kasus anencephaly di Indonesia,  tetap memilih untuk memertahankan kehamilan sampai cukup bulankarena ingin anaknya tetap mendapatkan kasih sayang, apapun yang terjadi. 
Persalinan bayi anencephaly  umumnya dilakukan per vaginam. Tindakan operasi hanya berlaku bila ada indikasi gawat pada ibu. Berhubung bayi tidak memiliki tempurung kepala, maka leher rahim diupayakan untuk bisa membuka dengan tekanan air ketuban.  


Salah satu penyebab anencephaly yang paling mungkin diatasi adalah defisiensi asam folat. Untuk itu,  ibu hamil harus memenuhi kebutuhan tubuh akan asam folat,  sekitar 30-100 mcg per hari, bahkan sejak sebelum merencanakan kehamilan. 
Penyebab lain anencephaly  adalah adanya suhu lingkungan yang tinggi atau hyperthermia.  Suhu tinggi diduga bisa memengaruhi proses peleburan sperma dan sel telur, dan mengganggu proses pembelahan sel. Untuk itu, ibu hamil dianjurkan untuk memperkecil risiko terpapar lingkungan bertemperatur tinggi, misalnya, dengan  mengurangi frekuensi berjemur atau berendam air panas. 
Penyakit diabetes yang diderita ibu,  juga dikaitkan dengan risiko  mengandung bayi anencephaly. Itu sebabnya, untuk memperkecil risiko terjadinya bayi anencephaly pada pengidap diabetes,  calon ibu dianjurkan untuk mengontrol dulu penyakitnya sebelum berusaha hamil. 


 



Artikel Rekomendasi

post4

Migrain Saat Hamil Bukan Hal Sepele

Migrain selama hamil tidak boleh dianggap enteng. Penelitian Dr.Cheryl Bushnell dari Duke University, North Carolina, AS, menemukan ada kaitan erat antara migrain dengan penyakit vascular (pembuluh da... read more