Hamil di Bawah Usia 20 Tahun Berisiko Tinggi

 

123rf

Bila Anda memutuskan untuk hamil di usia kurang dari dari 20 tahun dan awal 20-an, menurut Dr. Sherman Silber, spesialis kebidanan dan kandungan yang menjabat sebagai Direktur Infertility Center of St. Louis di St. Luke’s Hospital, Missouri, AS, Anda memiliki kemungkinan untuk hamil sebesar 25% pada setiap masa subur Anda. Jadi, dalam setahun Anda memiliki peluang sebanyak 98% untuk hamil!

Kegagalan untuk hamil karena masalah gangguan kesuburan yang dialami oleh Anda yang berusia antara 20-30 tahun, sangat kecil! Kurang dari 6%. Memang tampaknya keberhasilan untuk hamil mendekati 100% alias sangat kecil kemungkinannya untuk gagal. Tapi, di lain pihak, ada sederet risiko bahaya yang ‘mengintai.’

Menurut Dr. dr. Ali Sungkar, SpOG, spesialis kandungan dan kebidanan dari Bagian Fetomaternal, FKUI – RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta, mereka yang hamil di usia kurang dari 20 tahun atau awal 20 tahun, sangat berisiko  mengalami preeklampsia serta pertumbuhan janin di rahim tidak sebagaimana yang seharusnya.

Atau dalam istilah kedokteran disebut Intrauterine Growth Restriction (IUGR). Penyebabnya adalah asupan gizi ibu yang buruk selama masa kehamilan, terutama mikronutrien yang dibutuhkan untuk perkembangan janin.  

Selain itu, hamil di bawah usia 20 tahun dan di awal 20 tahun, sangat berisiko  mengalami keguguran! Kemungkinannya 3 kali lebih tinggi dibandingkan mereka yang hamil pada usia 30 tahun. Luka serius yang mungkin timbul saat melahirkan, juga mengancam mereka 4 kali lebih tinggi.

Hamil di usia muda tidak ditunjang organ-organ reproduksi secara optimal. Sebab, mereka belum ‘matang’ sehingga belum siap berfungsi untuk menunjang sebuah proses kehamilan, baik menunjang tubuh ibu maupun janin. Selain itu, siklus haid yang kadang tidak teratur, juga membuat kehamilan di usia muda kerap tidak disadari dan tidak terdeteksi sejak dini.

Karena kehamilannya tidak disadari, si ibu tetap melakukan kebiasaan-kebiasaan kurang sehat yang dapat mengganggu dan mempengaruhi proses kehamilan dan pertumbuhan janinnya. Contohnya, pola makan yang tidak sehat sehingga asupan nutrisinya kurang, merokok serta minum minuman beralkohol. Ini menjadi pemicu bayinya lahir prematur atau lahir dengan berat badan rendah (BBLR).

Hamil di usia muda juga berisiko lebih besar mengalami tekanan darah tinggi. Sebab, tubuh si ibu belum kuat ‘menanggung’ proses kehamilan sehingga ketika kehamilan terjadi, metabolisme tubuhnya menjadi terganggu. Gejala tekanan darah tinggi pada umumnya belum terdeteksi pada awal masa kehamilan.

Namun, di tengah masa kehamilan, si ibu bisa tiba-tiba saja mengalami kejang-kejang, perdarahan, dan bahkan dapat berkembang menjadi eklampsia yang mengancam jiwa ibu dan janinnya. Bahkan, setelah lahir pun, bayinya memiliki risiko meninggal pada rentang satu tahun pertama kehidupannya. Bukan hanya itu.

Kanker leher rahim juga mengancam mereka. Wanita berhubungan seksual pertama kali pada usia di bawah 20 tahun, memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena infeksi virus yang menyerang organ-organ reproduksinya.

Juga, serangan penyakit kelamin seksual. Jenis penyakit infeksi ini di antaranya Chlamydia yang dapat menyebabkan infeksi mata dan pneumonia pada bayi baru lahir, penyakit sifilis yang bisa mengakibatkan kebutaan pada bayi, dan bahkan kematian ibu mau pun bayinya.

Baca juga: 
10 Fakta Keguguran yang Wajib Anda Waspadai

Hamil di usia muda juga sering disertai anemia yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin. Akibatnya, selain janin berisiko tidak berkembang dengan baik, juga memiliki kemungkinan lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

Ini pula alasan yang menurut Dr. dr. Ali Sungkar, SpOG, mengapa mereka yang hamil di usia muda sangat disarankan untuk melakukan tes darah yang mengarah untuk mendeteksi anemia, dan tes penapisan yang mengarah ke thalassemia.

Dengan beragam risiko tersebut,  hamil di usia muda, khususnya kurang dari 20 tahun atau awal 20 tahun tidak dianjurkan. Maka sebaiknya, tundalah rencana untuk hamil di usia muda, sampai semua organ reproduksi benar-benar matang sehingga dapat berfungsi  optimal menunjang proses kehamilan yang prima.

 

 



Artikel Rekomendasi