Ibu Hamil Sering Pipis

 

Foto: shutterstock


Semakin besar janin di dalam perut, semakin sering ibu buang air kecil sampai sulit ditahan. 

 

Hilangnya kontrol kandung kemih yang membuat penderitanya tidak dapat menahan pipis, disebut inkontinensia. Kondisi ini biasanya terjadi pada ibu hamil, wanita baru melahirkan normal, dan lansia.

 

Bila terjadi pada ibu hamil, ini penyebabnya:

- Janin besar. Semakin besar janin, semakin berisiko kandung kemih tertekan.

- Kandung kemih tertekan, bukan saja karena janin besar tetapi juga karena tekanan kuat lainnya yaitu saat ibu hamil tertawa terbahak-bahak, batuk, bersin atau mengangkat barang yang berat.

- Melahirkan normal, karena persalinan normal berisiko menimbulkan kerusakan pada jaringan panggul yaitu saat kontraksi hebat. Saat kepala bayi melewati jalan ahir, ligamen yang menunjang otot-otot pendukung panggul ke tulang panggul juga bisa robek secara normal atau episiotomi. Robekan ini yang kemudian menyebabkan risiko inkontinensia.

 

Gejala dan jenisnya

- Stress, yaitu ketika Anda pipis tiba-tiba ketika kandung kemih tertekan saat tertawa, batuk, bersin atau mengangkat benda berat.

- Dorongan mendesak, yaitu ketika Anda mendadak ingin buang air kecil dan tidak dapat menahannya. Ini dapat disebabkan oleh kondisi minor seperti infeksi atau kondisi yang lebih parah seperti kelainan neurologis atau diabetes. 

- Overflow yaitu sering buang air kecil karena kandung kemih tidak kosong sepenuhnya.

- Fungsional, yaittu kerusakan atau gangguan fisik yang tidak memungkinkan Anda untuk sampai ke toilet tepat waktu.

- Campuran, yaitu mengalami lebih dari satu jenis. 

 

Bisa dicegah, caranya:

- Kegel, yaitu latihan untuk membantu memperkuat otot vagina dan otot panggul. 

- Kontraksi alami. Caranya setelah serviks membesar secara penuh minta ibu mendorong bayi ke jalan lahir. Ini dapat mengurangi risiko ceddera pada saraf dan otot panggul.

- Mencegah episiotomi. Hampir semua persalinan normal mengalami episiotomi. Ini sebaiknya dihindari karena dapat mengakibatkan kerusakan otot dubur. Biarkan kepala bayi keluar secara normal. Caranya, saat kepala bayi turun, lakukan pijatan di area antara vagina dan rectum - yang disebut perineum - untuk membantu meregangkan dan melemaskan kulit dan otot di bagian itu dan mencegah robekan. 

- Posisi menentukan prestasi. Posisi ibu harus tepat agar proses persalinan berjalan lancar dan bayi keluar tanpa melukai jaringan dan otot. Posisi melahirkan yang paling baik adalah posisi yang paling nyaman bagi si ibu. Namun, posisi yang ideal adalah posisi setengah duduk.

- Cegah penggunaan forsep. Forsep adalah alat logam berbentuk sendok yang dimasukkan ke dalam vagina ibu dan diletakkan di sekitar kepala bayi saat proses persalinan. Saat dokter menarik tang forset, otot dan jaringan lunak di panggul terdorong. Forsep yang terbuat dari logam memperbesar risiko peregangan dan merobek vagina dan jaringan pendukung panggul. 

- Sesar. Jika dihadapkan pada bayi besar, tulang panggul sempit, posisi kepala bayi salah atau lainnya, biasanya dokter menyarankan untuk melahirkan lewat sesar. 

 

Bisa sembuh

Dalam kebanyakan kasus, inkontinensia urin bisa sembuh dengan sendirinya usai persalinan, terutama pada jenis inkontinensia stress. 

 

Kerusakan akibat persalinan akan memperbaikidirinya sendiri seiring berjalannya waktu. Hampir setengah dari semua wanita yang melakukan persalinan pervaginaam menunjukkan pemulihan segera (saraf mampu membawa pesan ke otot-otot panggul, di mana 60 persennya akan sembuh total setelah dua bulan. 

 

Namun pada beberapa wanita yang mengalami kerusakan pada otot dan ligamennya tidak pulih 100 persen. Dan seiring berjalannya waktu sesrta penuaan, inkontinensia semakin tak terhindarkan. Untuk mengetahui seberapa parah kerusakan otot atau saraf, hingga kini belum ada cara yang lebih mudah - selain MRI - untuk mengeceknya. (ab)

Baca juga:
- 16 Tanda Kehamilan yang Ibu Harus Tahu
- 6 Hal Positif yang Anda Alami Selama Hamil
- Momnesia, Pikun Sementara Saat Hamil

 



Artikel Rekomendasi