Waspadai Mirror Syndrome pada Kehamilan

 


Foto: Pixabay


Kehamilan memang sulit diprediksi. Ada ibu hamil yang lancar hingga melahirkan, ada pula yang tersiksa sejak awal kehamilan sehingga fisik drop dan pada akhrinya memengaruhi kondisi bayi di dalam perut. Kasus terbaru adalah mirror syndrome yang dialami oleh Irish Bella hingga artis cantik ini harus kehilangan bayi kembarnya saat kehamilan berusia 6 bulan. Apa sebenarnya mirror syndrome? Berikut beberapa fakta mengenai mirror syndrome yang dikumpulkan dari berbagai artikel dan berkonsultasi dengan dr. Ali Sungkar, Sp.OG.

Penyebab mirror syndrome
Ballantyne Syndrome atau triple edema dikenal sebagai mirror syndrome. Komplikasi kehamilan ini adalah sebuah kondisi yang terjadi ketika janin di dalam kandungan mengalami pembengkakan karena kelebihan cairan tubuh, lalu di saat yang sama sang ibu juga mengalami pembengkakan karena mengalami gejala preeklamsia. Akibat kemiripan gejala tersebut maka dikenal juga sebagai mirror syndrome.
 
Gejala mirror syndrome
Secara umum gejalanya sangat mirip dengan preeklamsia, yakni pembengkakan pada tubuh ibu, tekanan darah tinggi, dan ditemukannya protein pada analisa urine. Namun, yang membedakan adalah pada mirror syndrome tubuh janin juga mengalami pembengkakan karena kelebihan cairan tubuh, akibat sebuah kondisi yang dikenal dengan hidrops fetalis.

Bayi bisa mengalami hidrops fetalis atau kelebihan cairan tubuh karena beragam hal, mulai dari penyakit atau kelainan yang diderita janin atau ibunya, hingga komplikasi dari kehamilan kembar, seperti twin-to-twin transfusion syndrome (TTTS) yaitu sebuah kondisi yang terjadi karena janin kembar identik harus berbagi aliran darah dari satu plasenta, sehingga aliran darah di antara kedua janin menjadi tidak sama. Salah satunya jadi kekurangan, sementara yang lainnya jadi berlebihan dan ujung-ujungnya menjadi kondisi hidrops fetalis.

Menurut artikel UPMC atau University of Pittsburgh Medical Center, hidrops fetalis juga disebabkan oleh masalah jantung, gangguan metabolisme, anemia, infeksi, sindrom genetik. Mirror syndrome seharusnya terlihat dan terdiagnosis selama USG. Kelebihan cairan tersebut biasanya menumpuk di bawah kulit, perut, sekitar paru-paru, atau sekitar jantung.
 
Dilansir dari Verwellfamily.com gejala yang bisa dicermati sejak dini pada ibu hamil yaitu, bengkak pada tubuh signifikan, tekanan darah yang tinggi, kandungan protein dalam urine, penambahan berat badan berlebihan dalam waktu singkat, atau munculnya hemodilusi (kondisi lebih banyak plasma dibanding sel darah merah) saat dilakukan tes darah.

Kenali mirror syndrome sedini mungkin
Kondisi mirror syndrome jarang terjadi dan gejalanya yang sangat mirip dengan preeklamsia sehingga cukup sulit untuk dikenali. Sejauh ini belum ada pemeriksaan spesifik yang dapat mendiagnosis mirror syndrome. Untuk mendiagnosisnya bisa diketahui lewat USG kehamilan, nanti akan terlihat bayinya mengalami edema (membengkak) di dua kompartemen atau lebih, misalnya di bawah kulit, rongga perut, rongga dada, kantong scrotum, atau selaput jantung, sementara ibunya mengalami gejala-gejala preeklamsia.

Perawatan dan pengobatan mirror syndrome bergantung pada penyebabnya—seberapa banyak cairan yang masuk ke dalam janin atau tingkat keparahan preeklamsia ibu hamil. Yang jelas membutuhkan penanganan khusus dari tim ahli dan di sarana kesehatan yang memadai. 
 
Pada tahap awal, mungkin penanganan akan difokuskan untuk mengatasi hidrops fetalis pada janin dengan harapan gejala pada ibunya nanti akan ikut teratasi. Tetapi pada kondisi lain, mungkin juga janin harus sesegera mungkin dilahirkan dan dilarikan ke NICU untuk segera mendapat penanganan intensif, tindakan ini juga dilakukan untuk menyelamatkan nyawa sang ibu dari komplikasi yang lebih berat.

Oleh karena itu, ibu hamil wajib memberitahu dokter keluhan maupun kondisi tertentu yang membuat Anda tidak nyaman agar mirror syndrome dapat terdeteksi. Pasalnya penanganan kondisi ini sangat berpacu dengan waktu serta berbeda-beda pada tiap kehamilan. Jika sama sekali tidak terdeteksi, maka bukan hanya berisiko mengalami keguguran, tapi juga bisa berakibat fatal pada sang ibu. Mirror syndrome patut diwaspadai. 
 
Untuk itulah pemeriksaan kehamilan penting dilakukan secara berkala, sesuai anjuran dokter. Jadi kondisi janin dalam kandungan dapat selalu dipantau, begitu pula dengan kondisi ibunya. Dengan demikian, ibu hamil dan calon ayah bisa lebih paham dan waspada tentang kehamilannya, serta lebih siap menghadapi komplikasi yang mungkin terjadi.


 

 
 
ALICE LARASATI

 
Baca juga:
Awas, Plasenta Janin Lepas!
Ketika Calon Bunda Harus Bedrest
7 Kondisi Janin yang Berbahaya

 

 



Artikel Rekomendasi

post4

Migrain Saat Hamil Bukan Hal Sepele

Migrain selama hamil tidak boleh dianggap enteng. Penelitian Dr.Cheryl Bushnell dari Duke University, North Carolina, AS, menemukan ada kaitan erat antara migrain dengan penyakit vascular (pembuluh da... read more