Keguguran Akibatkan PTSD

 

 
Foto: shutterstock

Apapun penyebab keguguran, pasti menimbulkan perasaan sedih berkepanjangan. Kesedihan ini tak dapat diukur dari lamanya kehamilan. Walau kehamilan baru berusia beberapa minggu misalnya, rasa kehilangan bisa berlarut-larut.

Banyak orang mengira, keguguran tidak mengakibatkan kesedihan. Bukan berarti karena anak belum hidup, lantas Anda tidak punya ikatan dengannya. Begitu Anda hamil, Anda sudah membuat rencana masa depan, sehingga ketika kehamilan itu batal, rasanya menyakitkan.

Seorang ibu di Inggris, Kellie menderita PTSD (post traumatic stress disorder) setelah mengalami keguguran dan belum sembuh setelah lima tahun. Di Inggris, 10 dari 1000 ibu mengalami PTSD pascakeguguran. 

Kondisi ini memang alamiah dan normal terjadi pada calon ibu yang mengalami keguguran. Yang tadinya berbahagia karena positif hamil, membayangkan anak lahir, wajahnya yang mirip bunda atau ayah, tapi tiba-tiba keguguran. Ikatan batin yang terlanjur terbentuk inilah yang membuat kesedihan calon ibu seakan tak berujung.

Setiap tahun di Inggris terjadi 250.000 keguguran, yang biasanya terjadi di trimester pertama usia kehamilan. Sayangnya di Inggris tingkat keguguran tidak dipantau secara resmi - juga di negara-negara di seluruh dunia sehingga sulit mengetahui dampak psikologis yang mengikutinya.

Gejala PTSD:
- Pikiran terganggu oleh peristiwa yang dialami.
- Gelisah dan wasada terus menerus, mudah kesal dan mudah marah.
- Menyangkal perasaan atau ingatan tentang keguguran.
- Menyalahkan diri sendiri sendiri dan merasa tidak aman. 

Untuk mengatasi, para calon ibu perlu menerima kehilangan ini dengan ikhlas sebagaimana adanya. Antara lain dengan memahami proses terjadinya keguguran, penyebabnya dan akibatnya jika tidak sampai gugur. Semisal, jika calon ibu tahu bahwa kehamilan yang dijalaninya adalah kehamilan ektopik yang tak mungkin bisa berkembang karena janin tidak berada di rahim, tempat yang seharusnya. Karenanya, perlu dimengerti bahwa keguguran itu merupakan jalan keluar terbaik bagi janin dan calon ibu, sebelum janin tersebut bertambah besar.

Kesedihan yang dirasakan tersebut, juga tidak dialami sendirian. Banyak calon ibu lain yang juga mengalami hal serupa seperti dirinya. Sehingga calon ibu tidak merasa sendirian dalam menghadapi cobaan ini.

Jika calon ibu tidak merasa sedih, bukan berarti ia tidak normal. Setiap orang mempunyai respon yang berbeda terhadap apa yang dialami. Ada ibu hamil yang merasa teramat sedih, ada yang menyesal, tetapi ada yang merasa lega karena telah melewati waktu sulit selama proses kehamilan yang tidak menentu.


Direvisi 11/4/22

 



Artikel Rekomendasi