Kehamilan Tak Direncanakan dan Baby Boom

 

freepik

Selama masa pandemik dan dilaksanakannya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), diperkirakan terjadi 400.000 kasus kehamilan tak direncanakan di Indonesia.
 
Lonjakan angka kelahiran ini merupakan akibat dari peraturan yang memaksa warga untuk tidak keluar rumah. Kebijakan ini diterapkan dalam rangka menghindari pencegahan covid-19.
 
AFP, kantor berita di Prancis memberitakan, baby boom akan terjadi bersamaan berakhirnya pandemi covid-19 di Indonesia. Berita tersebut bersumber dari Badan Koordinasi Keluaga Berencana Nasional (BKKBN).
 
Pembatasan kelahiran, Awal Kesejahteraan
 
Merencanakan keluarga merupakan salah satu dari 10 pencapaian kesehatan masyarakat di abad ini. Kemudahan layanan keluarga berencana memungkinkan seseorang untuk membatasi jumlah anak, membuat jarak kelahiran, ukuran keluarga, dan berkontribusi bagi peningkatan kesehatan bayi, anak, perempuan, dan keluarga.
 
Yang temasuk layanan keluarga berencana adalah melayani pemasangan alat kontrasepsi, tes kehamilan dan konsultasi, kesehatan prakonsepsi, layanan ketidaksuburan dasar, layanan pencegahan penyakit menular seksual, layanan kesehatan reproduksi, papsmear dan cek payudara, skrining kanker serviks dan payudara, serta  pencegahan penyebaran dan penularan HIV.
 
Bagi seorang ibu, klinik layanan keluarga berencana adalah fasilitas penting untuk menghindari terjadinya kehamilan yang tidak direncanakan. Di Amerika, 45 persen dari 6 juta kehamilan, adalah kehamilan yang tidak direncanakan. Pada tahun 2015, 1,9 juta kehamilan tak direncanakan berhasil dicegah, 440.000 dianataranya adalah kehamilan remaja.
 
Kehamilan tak direncanakan memiliki dampak buruk bagi bayi, anak, ibu, keluarga, dan tentu saja bagi negara. Dampak buruk kehamilan yang tak direncanakan adalah:


- Ibu menunda periksa kehamilan

- Mengurangi niat ibu untuk memberikan ASI

- Meningkatkan risiko ibu mengalami depresi pascabersalin

- Meningkatkan risiko terjadinya kekerasan fisik ibu terhadap anaknya

 
Sumber Daya Manusia Buruk
Anak-anak yang lahir karena tak direncanakan cenderung memiliki kualitas fisik dan mental yang buruk, pendidikan buruk, dan memiliki masalah perilaku di masa remajanya karena diabaikan.
 
Bisa diramalkan, bila terjadi 400.000 kelahiran anak tidak direncanakan dengan orang tua yang depresi dan penghasilan kurang, Indonesia akan memiliki 400.000 sumber daya manusia dengan kualitas buruk.
 
Akibat buruk seperti itu umumnya dikaitkan dengan kehamilan remaja dan anak-anak yang mereka lahirkan. Tapi, kehamilan yang tak direncanakan pada keluarga – pasangan dewasa menikah - berarti  ibu yang tidak siap secara mental, dan ayah yang tidak siap secara finansial. Ini  meningkatkan angka kemiskinan akibat  penghasilan minim untuk menghidupi keluarga, dan selanjutnya tingkat pendidikan yang rendah.
 
Aborsi bukan solusi bagi terjadinya kehamilan yang tak direncanakan. Aborsi dilakukan bila ibu memiliki indikasi kesehatan yang berbahaya bagi ibu dan janin. Dalam kondisi seperti ini, penyesuaian – yang tentu tidak selalu mudah – harus tetap dilakukan. Siap tidak siap, anak harus mendapatkan haknya; diasuh, dirawat, dan dicintai.
 
Imma Rachmani
 
 

 

 


Topic

#corona #coronavirus #viruscorona #covid19 #dirumahsaja #dirumahaja #belajardirumah #workfromhome



Artikel Rekomendasi

post4

Keguguran Akibatkan PTSD

Apapun penyebab keguguran, pasti menimbulkan perasaan sedih berkepanjangan. Kesedihan ini tak dapat diukur dari lamanya kehamilan. Walau kehamilan baru berusia beberapa minggu misalnya, rasa kehilanga... read more