Cerita 6 Bunda Tentang Menangani Ari-ari Bayi

 

pixabay
Ternyata cara Bunda menangani ari-ari bayi berbeda-beda, lho! Yuk, simak testimoni 6 Bunda tentang cara mereka menangani ari-ari bayi:

Alice Norin
Ari-ari anak saya simpan  di stem cell  bank (bank darah tali pusat). Alasannya karena stem cell   bisa digunakan  jika satu saat, mudah-mudahan tidak, anak sakit keras. Untuk mengobatinya tinggal mengambil tabungan stem cell saja.

Arum Riddell-Carre
Ari-ari anak pertama saya  dikubur sesuai adat Jawa. Anak saya yang kedua  diolah menjadi kapsul yang bermanfaat untuk mengatasi baby blues, meningkatkan produksi ASI, meningkatkan energi dan mood, serta badan tetap segar dan tidak cape.
 
Janet Tiara
Saya meninggalkan ari-ari anak di rumah sakit karena di tempat tinggal saya tak ada lahan kosong. Saya juga  percaya, pihak rumah sakit lebih tahu apa yang harus dilakukan dengan ari-ari tersebut.

Tussie Aulika
Ari-ari anak saya dihanyutkan ke sungai Ciliwung, Jakarta. Mengikuti kepercayaan adat istiadat kami, Minangkabau, Sumatera Barat, ari-ari yang dihanyutkan melambangkan harapan, supaya kelak anak menjadi petualang.

Ernawati
Ari-ari anak saya dilarung ke Sungai Lompo Battang yang alirannya melewati Gunung Bawakaraeng menuju Laut Makassar. Harapannya kelak anak berwawasan luas dan berani merantau ke mana saja.

Ligar Pananjung
Ari-ari anak dikubur di depan halaman rumah. Saya melakukan itu karena mengikuti tradisi dari Mbah Puteri yang saat itu masih hidup.  Beliau yang membersihkan, membungkus dengan kain putih dan menguburnya.

Bagaimana dengan Anda, yuk share cerita Bunda tentang menangani ari-ari bayi mungil Anda di kolom komen?

Baca juga:

5 Masalah Plasenta yang Menganggu Janin
Plasenta Punya Beragam Manfaat

 

 



Artikel Rekomendasi