Lakukan 4 Persiapan Mental Ini Sebelum Hamil

 

123rf

Proses kehamilan, menurut Glade B. Curtis, MD, OB/GYN dalam bukunya Pregnancy Week by Week bukan hanya berlangsung selama 9 bulan. Tapi, proses ‘perubahan’  pada diri seorang wanita tersebut akan terus berlanjut, paling tidak hingga 12 bulan.

Sebab, fisik ibu akan terus melakukan adaptasi setelah bayinya lahir. Secara psikologis, juga akan terjadi proses perubahan yang luar biasa, ketika seorang wanita menjadi seorang ibu saat bayinya lahir.

Keputusan untuk hamil dan menjadi orang tua di usia muda harus dipersiapkan oleh kedua belah pihak. Inilah beberapa persiapan psikologis yang perlu Anda lakukan:

 
- Kenali ‘panggilan menjadi orang tua'. Psikolog David J. Diamond, PhD, dari University of South Florida, AS mengatakan, kenali salah satu tanda kesiapan menjadi orang tua, yang dia sebut dengan istilah ‘panggilan menjadi orangtua’.

Cara mengenalinya antara lain dengan mendiskusikan bersama pasangan tentang bagaimana orang tua masing-masing membesarkan mereka sejak masa kanak-kanak. Dari situ mereka berdua akan mendapat gambaran serta pandangan tentang cara mereka kelak dalam membesarkan anak-anak.  

Diharapkan dari diskusi tersebut masing-masing pihak dapat mengenali dirinya, apakah dia sudah siap untuk menjadi orang tua bagi bayi yang akan dilahirkan.

Baca juga:
30 Hal Penting Sebelum Bayi Lahir
 

- Kuatkan ikatan batin dengan pasangan. Proses kehamilan dan menjadi orang tua membutuhkan saling pengertian dengan pasangan. Karena selama menjalani proses kehamilan serta menjadi orang tua akan penuh dengan gejolak emosi. Kehamilan akan membuat emosi calon ibu turun-naik dengan cepat serta menjadi lebih peka.

Hal itu masih terus berlanjut ketika harus mengurus dan merawat bayi mereka yang baru lahir, hingga bulan-bulan pertama berlalu. Semua tahapan dalam kehidupan itu akan dapat dilalui dengan bekal ikatan batin yang kuat dengan pasangan.

- Pertahankan kondisi mental yang sehat. Serangkaian perubahan dalam hidup Anda berdua sejak masa kehamilan akan membuat emosi Anda bergejolak dan naik-turun dengan cepat. Ini adalah akibat dari perubahan kadar hormon di dalam di dalam tubuh Anda yang terjadi untuk sementara saja.

Sadarilah hal ini, sehingga Anda berdua dapat mencari upaya untuk menjaga agar kondisi mental masing-masing cukup stabil. Ini akan membuat Anda dan pasangan tidak mudah terjebak dalam kesalahpahaman serta permainan emosi sesaat yang terjadi karena proses transisi yang sedang dialami oleh Anda berdua. Jagalah untuk tetap berpikiran positif.

- Rencanakan kehidupan baru yang seimbang. Bicarakanlah dengan pasangan tentang kehidupan baru yang akan dijalani sejak Anda dinyatakan hamil, serta setelah buah hati Anda lahir. Rencanakan kehidupan baru yang menyenangkan yang akan memperat hubungan Anda berdua dengan kehadiran bayi.

Diskusikan pula hal-hal yang akan menjadi prioritas Anda ketika si kecil lahir, sehingga pasangan Anda tidak merasa terabaikan atau dikucilkan. Mintalah dia untuk ikut andil sebanyak mungkin dalam perawatan si kecil kelak sehingga dia akan merasa menjadi bagian dari kehidupan Anda yang baru bersama si kecil.

- Persiapkan diri Anda dengan peran baru. Belajarlan dari teman, kenalan, kerabat, pakar, dan berbagai sumber informasi lainnya tentang kiat menjalani peran baru Anda setelah si bayi lahir. Pelajari cara mereka membagi waktu dalam menjalani peran sebagai ibu dan juga sebagai istri.

Sebab, seringkali setelah bayi lahir, ibu menjadi lebih banyak memberikan perhatian kepada bayinya sehingga pasangannya menjadi merasa diabaikan. Berusahalah untuk tetap meluangkan waktu berduaan bersama pasangan untuk menjaga kemesraan di antara Anda berdua.

 



Artikel Rekomendasi

post4

Tak Kunjung Hamil

Ketika lama tak punya buah hati, wanita kerap ’dituduh’ menjadi penyebabnya. Bagaimana sebenarnya?... read more