Melahirkan Lancar Tanpa Kehadiran Pasangan

 

Pixabay


Menanti kelahiran bayi memang merupakan salah satu momen spesial dalam hidup. Gembira dan harap-harap cemas berbaur jadi satu. Namun bagaimana kalau suami tak dapat mendampingi Anda melewati saat istimewa ini karena harus bertugas di luar kota atau luar negeri untuk sementara waktu? Jangan khawatir, semua masalah pasti ada solusinya !
 
Bekali diri Anda dengan pengetahuan. Cari buku dan majalah panduan tentang kehamilan dan bayi baru lahir. Bila Anda tahu apa yang akan menanti, maka Anda akan lebih percaya diri.
 
Kenali kondisi kehamilan Anda. Tanyakanlah pada dokter kandungan, apakah Anda berpotensi mengalami kehamilan berisiko tinggi ? Misalnya karena riwayat kondisi kesehatan atau Anda pernah memiliki masalah medis pada kehamilan sebelumnya.  
 
Buat daftar berisi hal-hal yang perlu dipersiapkan. Window shopping tak hanya perlu untuk mempersiapkan berbagai perlengkapan bayi, namun juga untuk memilih tempat persalinan. Pilih yang paling ideal untuk kondisi Anda, terutama dari sisi lokasi dan biaya. Cari dokter kandungan dan tempat persalinan yang mendukung ASI eksklusif, dan kondisi lain yang Anda inginkan seperti rawat gabung dan IMD (Inisiasi Meyusu Dini).
 
Mendekati perkiraan tanggal kelahiran, bagikan catatan informasi alamat dan nomor telepon dokter kandungan serta tempat persalinan Anda kepada keluarga dekat. Bila kehamilan berisiko tinggi, ajak salah satu anggota keluarga untuk tinggal bersama Anda, menggantikan posisi suami siaga (siap antar jaga).   
 
Bila perlu, minta keluarga dekat untuk tinggal di rumah selama hari-hari pertama kehadiran bayi. Atau sebaliknya, Anda dan bayi yang tinggal di rumah orang tua, mertua, atau kakak Anda. Bukan tak mungkin Anda mengalami baby blues (perasaan tak menentu seperti sedih, cemas, takut yang dirasakan ibu baru akibat perubahan hormon). Kehadiran keluarga dekat bisa sangat membantu.   
 
Mandiri, tapi tetap berbagi. Oke, persiapan telah dibuat sebaik mungkin. Anda rencanakan segalanya dan bersikap mandiri. Tapi ingatlah, Anda tidak sendirian menghadapi semuanya.  
 
Tetap berbagi dengan suami. Bukan tidak mungkin, suami pun sama sedihnya dengan Anda karena tak dapat menyaksikan langsung momen indah ini. Walau suami jauh, Anda toh tetap bisa berhubungan melalui telepon atau internet. Ceritakan keseharian Anda, bagaimana Anda merasakan si kecil menendang dan bergerak seolah tak sabar ingin bertemu ibunya. Kirimkan foto Anda dengan perut yang membesar, juga foto USG si bayi.   
 
Terima bantuan dari keluarga dan teman. Dengan absennya suami, dalam banyak hal Anda akan menjadi pemegang keputusan tunggal. Tetapi bukan berarti Anda harus mengerjakan segalanya sendiri. Jangan berusaha menjadi superwoman. Mempersiapkan kehadiran bayi memang butuh banyak usaha serta waktu, dan uluran bantuan akan sangat meringankan beban Anda.  
 
Cari dukungan. Mungkin akan ada suatu saat dimana Anda merasa gamang dengan ketidakhadiran suami. Isi kekosongan itu dan bagi kekhawatiran yang Anda rasakan. Kakak, sepupu, dan teman yang telah memiliki anak, adalah teman berbagi yang tepat.
 
Yang harus dilakukan setelah si kecil lahir adalah mendekatkan si kecil dengan sosok ayahnya. Bisa jadi, bayi baru bertemu muka dengan ayahnya dalam selang waktu yang cukup lama dari kelahirannya. Bayi berusia 6-7 bulan yang telah mengenal orang,  mungkin akan menolak ketika ayahnya ingin menggendong.

Apa yang dapat Anda lakukan ?  
- Saat bayi masih dalam kandungan, putarkan pita rekaman berisi suara ayahnya. Paling tidak Anda telah menanamkan pada ingatan bayi, bahwa suara itu pernah didengar sebelumnya.
- Bila bayi sudah agak besar, tunjukkan foto suami, ceritakan siapa ia dan  bagaimana perasaan Anda. Bayi akan mengenali rasa sayang yang Anda tunjukkan dan turut merasakan istimewanya sosok itu bagi Anda.
- Sebaliknya, kirimkan foto-foto si kecil pada ayahnya, berikut rekaman suara bila memungkinkan. Intinya adalah jangan sampai suami merasa kehilangan kesempatan menikmati momen-momen pertama dalam kehidupan anaknya.
- Saat bertemu, berikan waktu pada keduanya. Ayah sebaiknya tidak memaksa bila bayi menolak digendong. Anda juga jangan mengharapkan suami dapat langsung bertindak sebagai ayah yang luwes. Bagaimanapun, mereka butuh waktu untuk meresapi kehadiran sosok baru dalam hidup mereka. 
- Bila keduanya mulai tampak terbiasa bersama, mulailah melibatkan suami pada pengasuhan bayi, seperti memandikan dan menemaninya bermain. Berikan tugas ringan pada suami. Katakan Anda perlu bantuan suami untuk menjaga bayi sementara Anda menyiapkan makanan. Lambat laun suami akan menikmati kebersamaannya dengan bayi, demikian juga sebaliknya. (WIT)
 

 



Artikel Rekomendasi