Aturan Menjenguk Bayi Baru Lahir

 

Mendapat kabar persalinan seorang teman, kerabat,  atau kolega, tentu membuat Anda ikut bahagia. Niat mulia untuk menjenguknya pun terbersit. Sebelum berangkat untuk menjenguk, ada baiknya memahami manners mengunjungi ibu dan bayi baru, agar Anda menjadi tamu yang beretika.

Aturan 1: Harus sehat  saat menjenguk

Ini aturan paling penting. Tunda rencana menjenguk jika Anda sedang kurang sehat, meski hanya sakit flu atau batuk ringan sekali pun. Bahkan, datang dengan mengenakan masker pun jangan. Ini karena, ibu baru bersalin masih dalam kondisi kurang fit akibat tubuhnya dalam masa pemulihan. Selain itu, ia  sedang beradaptasi merawat bayi dan menyusui eksklusif, sehingga kemungkinan  kurang istirahat  yang menyebabkan daya tahan tubuhnya menurun. Tak hanya ibu, bayi baru lahir pun masih beradaptasi dengan dunia baru. Sebaiknya minimalkan ia dari  paparan kuman penyakit.  Jadi,  Anda jangan menjadi tamu “pembawa” kuman, ya.  Cukup menelepon ibu atau mengirim kartu ucapan dan kado jika tetap ingin menunjukkan perhatian.


Aturan 2: Buat janji dulu

Ibu baru melahirkan adalah wanita paling berbahagia sekaligus paling sibuk sedunia!  Itu karena, ia punya jadwal ketat menyusui, “dikejar-kejar”  bayi yang butuh perhatian, mungkin punya jadwal kunjungan perawatan nifas ke rumah, dan di sela-sela itu harus mengatur “aliran” tamu yang datang sekaligus “mencuri” waktu untuk mandi, makan dan istirahat. Jadi, bayangkan betapa mengejutkan jika Anda tiba-tiba datang tanpa membuat janji.   Sebelum menjenguk, tanyakan kapan waktu yang tepat untuk berkunjung dan patuhi jadwal yang diberikan –Anda mengikuti jadwal ibu, bukan sebaliknya!

Ada ibu baru yang tidak ingin dikunjungi ketika masih di rumah sakit. Sedangkan beberapa ibu lainnya lebih nyaman jika Anda berkunjung beberapa minggu setelah waktu melahirkan.

Aturan 3: Semua ibu baru suka buah tangan

Menjenguk ibu baru dan bayinya memang sudah menunjukkan kepedulian Anda. Namun, menambahnya dengan sedikit hadiah, adalah lebih baik. Percayalah, sesederhana apa pun hadiah yang Anda berikan, itu akan menambah rasa bahagia dalam diri orangtua baru. Jika selama ini kebanyakan orang fokus untuk mencari hadiah untuk bayi, bagaimana jika Anda juga memberi hadiah untuk bundanya? Ibu baru yang sedang lelah tentu berterimakasih jika Anda memberinya kejutan kecil berupa sabun mandi beraroma mewah, cd relaksasi, atau voucher spa perawatan nifas.

Jika punya dana lebih, tak ada salahnya juga memberi kado untuk sang ayah, seperti tas diaper elegan yang akan membantunya menjadi ayah siaga.


Aturan 4: Batasi jumlah orang dan waktu berkunjung

Datang secara rombongan selain membuat ruangan terasa pengap, juga membuat ibu baru sulit fokus terhadap tamu-tamu yang datang. Di rumah sakit, untuk alasan kesehatan dan kenyamanan pasien, aturan besuk membatasi jumlah tamu per kedatangan. Dengan begitu, kalau memang Anda datang beramai-ramai,  bagilah dalam kelompok-kelompok kecil, dan masuk bergantian. Jika tidak semua pengunjung kebagian masuk, tak perlu protes, tulis pesan untuk ibu sehingga ia tetap tahu Anda mengunjunginya.

Jika Anda mengunjungi ibu di rumahnya, jumlah tamu bisa lebih fleksibel. Namun sebisanya batasi maksimal 3 orang per kedatangan  agar ibu mudah fokus, tak kebingungan berinteraksi dengan Anda, dan rumahnya tidak terlalu hingar bingar oleh suara tamu.  Selain itu, batasi lamanya waktu berkunjung. Ibu dan bayi baru butuh banyak istirahat, kunjungan terlalu lama bisa mencuri jatah istirahat mereka.

Aturan 5: Jangan bawa orang asing

Biasanya, ketika menjenguk Anda akan meminta orang lain untuk menemani Anda. Pastikan teman Anda itu bukan orang asing bagi ibu baru. Mengapa? Sebab  kondisi dan perasaan ibu baru biasanya tidak siap untuk menerima tamu tak dikenal. Mungkin karena ibu sedang merasa sedang kurang cantik, belum pulih, masih rapuh, masih enggan berbasa-basi, bahkan matanya masih sembab dan puting payudaranya terasa perih dan menyiksa.  Secara emosional, menerima tamu orang asing adalah hal terakhir yang ia harapkan.  Kualitas obrolan pun biasanya menjadi tidak bebas sebab ia merasa ada orang asing yang ikut mendengar.

Sebaiknya jangan mengajak anak balita menjenguk bayi baru lahir. Rasa ingin tahu yang besar dari seorang anak, bisa membuatnya mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak ingin didengar orangtua baru atau Anda. Belum lagi jika tangannya sentuh sana sentuh sini!

Aturan 6: Cuci tangan sebelumnya

Cuci tangan sebelumnya dan mintalah izin untuk menyentuh bayi. Tidak peduli Anda baru cuci tangan di rumah atau merasa tidak memegang sesuatu yang kotor sebelumnya, tetap saja Anda wajib cuci tangan begitu menjenguk bayi baru. Bayangkan, sebelum Anda tiba di hadapan bayi mungil itu, mungkin Anda baru menyetir mobil, memegang gagang pintu  atau berbicara di smartphone.  Benda-benda yang Anda sentuh itu mengandung banyak kuman, lho.  Jadi, pastikan tangan Anda bersih sebelum memegang tangan atau kaki mungil bayi, ya.

Sudah yakin tangan bebas kuman sekali pun, bukan berarti Anda bisa menyentuh bayi dengan bebas. Minta izin dulu kepada orangtuanya, apakah mereka mengizinkan Anda memegang bayinya atau tidak. Jika gestur tubuh atau ekspresi wajah mereka menyiratkan penolakan, sebaiknya hargai keinginan mereka.

Jangan cium bayi baru lahir sebab sistem imun tubuhnya masih berkembang dan saat ini belum terbentuk maksimal untuk menghadapi terlalu banyak mikrooragnisme dari lingkungan. Kebanyakan orangtua bayi tak rela bayinya dicium tamu!

Aturan 7: Jangan posting di media sosial

Ingin menjadi pembawa berita pertama yang menyebarkan ke teman-teman lain mengenai si A telah menjadi ibu atau betapa mungilnya bayi si B, Anda pun mengambil foto anak, lalu mem-posting di social media. Coba tahan dulu nafsu Anda! Tak semua orangtua ingin wajah anaknya disebarluaskan di laman media sosial karena alasan privasi dan keamanan. Hargai ini. Minta izin terlebih dahulu untuk memotret bayi, lupakan niat mengambil foto secara sembunyi-sembunyi, dan jangan posting.

Aturan 8:  Jangan tebar nasihat

Saat seorang ibu baru melahirkan, selain sering mendengar tangisan bayi, hal lain yang akan sering ia dengar adalah saran atau nasihat dari banyak orang. Rasanya semua orang punya wejangan untuknya, dan bentuk perhatian ini lama-lama akan terasa menyebalkan! Jadi, belajarlah menahan keinginan untuk memberi saran, tips, apalagi dengan gaya atau gestur seolah-olah Anda adalah orang yang paling paham. Lain halnya jika ibu baru memang bertanya pada Anda, meminta tip atau sharing pengalaman Anda sebagai sesama ibu.

(Fibra T. Amukti/BDH/ERN)

Baca Juga:
Etika Menjenguk Bayi
10 Perawatan yang Benar untuk Bayi Baru Lahir
Bayi Baru Lahir: Menangis Terus

 



Artikel Rekomendasi