3 Aturan Jika Bunda dan Ayah Beda Pendapat soal Pengasuhan Anak

 

Foto: Ilustrasi Pixabay


Setiap orang tua ingin menerapkan pola asuh terbaik bagi anaknya. Namun, ada kalanya Bunda dan Ayah berhadapan dengan perbedaan pendapat. Bunda maunya anak perlu masuk PAUD di usia tiga tahun, sedangkan Ayah menilai PAUD itu tak perlu.

Perbedaan pendapat antara pasangan boleh-boleh saja, malah sering kali tak terhindarkan. Bagi sebagian orang, berselisih paham dengan suami atau istri bahkan bisa bikin frustasi. Akan tetapi, itu tak perlu terjadi jika Bunda dan Ayah mengetahui kiat mudah menangani perbedaan pendapat. 

Mengutip dari situs Essential Baby, tiga aturan ini bisa dibicarakan dengan suami di rumah. Jika memang Bunda dan Ayah sedang beda pendapat tentang pengasuhan anak, perlu terapkan:

Hindari adu mulut di depan anak
Ayah dan Bunda boleh beda pendapat, silakan berargumen, namun hindari di depan anak. Buat kesepakatan dengan pasangan terkait aturan ini. Jika di suatu waktu antara Ayah dan Bunda perlu mengutarakan pandangan tentang hal penting, dan di situ sedang ada anak, salah satu harus mengalah, dan yang lainnya memegang kendali.

Dengan demikian, anak tak perlu menghadapi dilema siapa di antara Ayah dan Bunda yang menjadi 'protagonis' dan 'antagonis'. 

Fokus pada hasil yang diinginkan
Di balik niat Bunda yang ingin anak masuk PAUD dan Ayah yang tetap berpandangan itu tak perlu, bisa jadi memiliki tujuan yang sama yaitu demi kebaikan anak.

Bicarakan dari hati ke hati bersama pasangan apakah hasil yang diharapkan dengan menerapkan suatu pola pengasuhan pada anak. Dengan memahami sudut pandangnya, akan lebih mudah untuk mengerti mengapa ia mengambil keputusan tersebut. 

Libatkan anak
Anak-anak kecil yang saat ini Bunda asuh dan jaga, suatu hari nanti akan menjadi pembuat keputusan independen. Jadi, sejauh anak-anak dapat diajak berkomunikasi, kenapa tidak Anda melibatkan mereka dalam rencana-rencana yang Anda siapkan? 

Bunda dapat mengajak anak bicara sesuai tahap usianya, dan beri ia kesempatan untuk berkomitmen. Dengan begitu, anak dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis serta rasa tanggung jawab terhadap pilihan yang ia ambil.

(Alika Rukhan)

 



Artikel Rekomendasi