Dokter Ahli Gizi Masak Pakai Micin Tidak?

 

Ilustrasi masakan. Foto: Freepik

Micin itu tidak berbahaya bagi tubuh, asalkan tidak dikonsumsi berlebihan. Inilah yang dijelaskan oleh dokter ahli gizi klinis Prof. DR. Dr. Nurpudji A. Taslim dalam Konferensi Pers bertajuk 'Penggunaan Bumbu Penyedap Rasa Tidak Membahayakan Kesehatan Jika Digunakan dengan Bijak' di Jakarta, Rabu, 5 Februari 2020. 

Acara yang digelar PT Sasa Inti bersama Persatuan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) tersebut bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang porsi penggunaan micin atau MSG yang tepat. 

Karena selama ini, ada persepsi di kalangan awam bahwa micin dapat menyebabkan penyakit hingga gangguan kecerdasan otak. 

Sehingga kerap kita dengar istilah 'generasi micin' atau ejekan 'kamu kebanyakan micin' pada individu yang disinyalir mengalami penurunan intelegensia.

Menurut Prof. Pudji, segala sesuatu yang berlebihan tentu tidak baik. Bukan hanya micin, makanan apa pun yang melampaui takaran, akan memberikan efek negatif pada tubuh. 

Terkait penggunaan MSG, Prof. Pudji menilai bahwa masyarakat perlu tahu seberapa takaran yang tepat sehingga tidak sampai berlebihan. "Yang kami perlu edukasi adalah seberapa aman sebenarnya untuk konsumsi MSG," kata Prof. Pudji yang juga Ketua Umum PDGKI. 

 
Konferensi Pers 'Penggunaan Bumbu Penyedap Rasa dengan Bijak Tidak Berbahaya Bagi Kesehatan

Micin adalah nama informal untuk monosodium glutamat. Secara kimia, micin berbentuk seperti bubuk kristal berwarna putih yang mengandung 78 persen asam glutamat dan 22 persen sodium dan air. 

Kandungan asam glutamat ini bukan hanya terdapat pada micin tapi juga beberapa bahan makanan lain seperti keju, ekstrak kacang kedelai, tomat. 

Baca juga: Benarkah Micin Bahaya bagi Tubuh dan Otak? Dokter Ahli Gizi Menjawab

Ditambahkannya micin ke dalam makanan, bertujuan untuk menghasilkan rasa gurih yang kemudian juga berefek terhadap aromanya. Rasa gurih dari micin tersebut dinamakan rasa 'umami' atau rasa kelima setelah rasa manis, asin, pahit, dan asam. 

Umami berasal dari Bahasa Jepang yang artinya rasa menyenangkan dan gurih. Berdasarkan riset yang hasilnya dipublikasikan pada tahun 2015 melalui jurnal terbuka berjudul Flavour dan berisi berbagai artikel mengenai The Science of Taste, disebutkan bahwa rasa umami dapat memperbaiki rasa makanan rendah kalori. 

"Ada rasa kelima yaitu umami yang dalam Bahasa Indonesia biasanya diartikan gurih," kata dokter ahli gizi DR med. Dr. Maya Surjadjaja, M. Gizi, SpGK, FAAMFM yang juga hadir dalam acara tersebut.

Porsi tepat mengonsumsi micin yang dikatakan oleh dokter Pudji yaitu maksimal 10miligram per kilogram berat badan dalam sehari. Contohnya, jika Bunda memiliki berat badan 60 kilogram, maka takaran micin yang boleh dikonsumsi adalah tidak melebihi 6 gram atau sekitar satu sendok teh. 

Prof. Pudji sendiri juga mempunyai kiat penggunaan micin dalam masakannya. Ini tergantung dari jenis bahan makanan yang dimasak. 

Apabila dokter Pudji mengolah bahan makanan yang sudah mengandung asam glutamat, seperti daging, maka ia tak membubuhkan micin lagi karena rasanya sudah sedap. 

"Kalau saya pribadi, penggunaan MSG itu sangat tergantung dari apa yang akan saya hidangkan. Kalau misalnya dari makanan itu saya lihat glutamatnya tidak terlalu banyak, saya masukkan MSG," kata Prof. Pudji. 

"Tapi kalau kita lihat misalnya makanan itu mungkin sup yang dari daging, saya tidak tambahkan penyedap rasa. Karena rasanya sudah enak sekali, jadi tidak perlu ditambahkan," ujarnya.

Alika Rukhan 

 

 



Artikel Rekomendasi