Jantung Anda Bisa Lebih Sehat!

 

Pixabay


Memasuki usia 30, jantung merupakan organ tubuh yang harus mendapatkan perhatian lebih dari Anda. Pasalnya penelitian Annual Scientific Meeting of Indonesian Heart Association (ASMIHA) menunjukkan bahwa tingkat kematian  di Indonesia tahun 2000-2012 pada orang berusia 30-70 tahun meningkat, dan 40% diantaranya disebabkan oleh penyakit kardiovaskular.

Dalam penyelenggaraan ASMIHA yang ke-27 di Jakarta, dr. Dafsah A. Juzar, Sp.JP(K), FIHA, selaku ketua Committee ASMIHA 2018 menegaskan, “Salah satu yang menjadi tantangan di dunia kardiologi adalah sarana untuk dapat mendeteksi penyakit kardiovaskular yang dapat mencegah dan mengurangi angka penderita penyakit kardiovaskular juga kematian karenanya. Namun kini telah ada pengembangan baru dalam teknologi pencitraan kardiovaskular.”

Jika dahulu pencitraan hanya mampu memvisualisasikan perubahan struktur dan anatomi, maka dengan ditemukannya teknologi baru pencitraan telah berperan lebih jauh lagi, yaitu berfungsi dalam diagnosis biologis, fungsional, hemodinamik dan beberapa proses patofisiologi.

Bahkan saat ini trend pencitraan sudah ada yang bersifat non invasif (tidak memasukan alat ke dalam tubuh). Beberpa yang mugkin sering Anda temui ketika mengecek kondisi jantung Anda adalah echocardiography, CT Scan, MRI, dan radio nuclear imaging.

Lalu jenis pencitraan mana yang dibutuhkan jika Anda sedang menjalani treatment jantung? Umumnya tindakan pertama yang dilakukan adalah echocardiography yang membantu dokter melihat struktur dan fungsi jantung dengan akurat dengan memanfaatkan gelombang suara ultrasonic. Hasil pencitraan echocardiography akan menunjukan bagian mana yang terganggu dan pencitraan mana yang tepat untuk meninjau lebih dalam daerah tersebut.

Dr. Oktavia Lilyasari, Sp.JP(K), FIHA, menjelaskan “Terkadang ada pasien yang takut terkena banyak paparan radiasi karena efeknya, jadi dia suka request ingin menggunakan pencitraan mana. Tapi dalam prakteknya tidak bisa begitu, karena kami bukan hanya harus memperbaiki tapi juga mencegah terjadinya kerusakan di bagian lain.”

Penyakit jantung bersifat degeneratif (tidak dapat dihilangkan), jadi dibutuhkan pencitraan yang tepat untuk mengobati dan mengontrol keluhan-keluhan lain yang akan muncul. “Pasien yang datang dengan keluhan nyeri dada, kemungkinannya ada dua. Terjadi serangan jantung atau terdapat robekan di pembuluh darah. Terapi untuk dua masalah penyebab nyeri dada tersebut pun berlawanan.  Jika pasien dengan robekan di pembuluh darah diberikan terapi serangan jantung, yang akan mencairkan dan melancarkan aliran darah, bisa jadi sobekannya malah membesar. Di sinilah pentingnya pencitraan digunakan dalam upaya mencegah, mendiagnosa dan memutuskan terapi yang tepat bagi pasien,” tutup dr. Oktavia. (Wita Nurfitri)



Baca juga:

Tidur, Kunci Masa Depan Lebih Berkualitas!
Cara Baru Penanganan Wasir 
Ibu Hamil Tidak Disarankan Olahraga Ini

 



Artikel Rekomendasi