Lost Generation, Ancaman COVID-19 pada Anak-Anak

 

Foto: Shutterstock



Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Aman B. Pulungan, Sp.A(K) mengatakan bahwa pada saat ini dokter anak di seluruh dunia sedang memikirkan risiko buruk dari pandemic COVID-19, yakni lost generation. “Seluruh dokter anak berusaha memikirnya, bahkan seluruh dunia.”

Risiko Kelahiran di Masa Pandemi

Melahirkan di situasi pandemi tentu tidak mudah. Risiko tertular di RS saat bersalin tinggi. Di samping itu, membawa anak kembali ke RS untuk vaksin juga menjadi hal yang menakutkan bagi orang tua.

“Perlu diingat, (angka) kelahiran kita hampir lima juta per tahun. Berapa bayi yang sudah positif? Ini hal yang tidak simpel,” ujar dr. Aman. Ia berpendapat, “Kalau sampai akhir tahun, bisa dibayangkan tiga juta kelahiran, ini bisa jadi lost generation.”

Masalah Tumbuh-Kembang Anak-anak

Yang dikhawatirkan dr. Aman tentu tidak berlebihan. Ia mencemaskan bahwa bila pandemi tidak kunjung bisa ditangani, tumbuh kembang anak-anak Indonesia akan terancam. 

Hal ini bisa jadi merupakan dampak dari semakin banyaknya masyarakat yang mengalami masalah finansial akibat kehilangan pekerjaan atau pemasukan sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi anak-anaknya. “Ini untuk SDGs 2030, saya tidak yakin. Bagaimana angka stunting kita. Sementara PR kesehatan saya masih banyak sekali,” tuturnya. 

Kesulitan Akses Imunisasi 

Tak hanya itu, pemantauan tumbuh kembang dan imunisasi juga terancam tidak bisa berjalan. ”Saya terima kabar posyandu dan puskesmas belum bisa berjalan karena mereka kesulitan membedakan anak sakit dan sehat,” ujarnya. Sebab, di masa pandemi ini, sangat penting bagi fasilitas kesehatan untuk membedakan antara pasien sehat dan sakit.

Tak hanya itu, kemandegan posyandu dan puskesmas tentu juga dikarenakan kekurangan APD bagi para kader. Padahal, imunisasi ini adalah salah satu hal penting yang dibutuhkan untuk membentuk imunitas pada anak-anak. 

Bagi orang-orang dengan kemampuan ekonomi yang cukup, mungkin akan lebih mudah mengakses imunisasi dengan berkunjung ke RS atau klinik yang hanya menerima anak sehat atau ke tempat yang khusus hanya menerima imunisasi. Akan tetapi, bagi keluarga yang tidak memiliki cukup dana untuk melakukannya, puskesmas bisa dibilang menjadi satu-satunya tujuan. “Imunisasi sebulan pertama tidak boleh dilewatkan, imunisasi polio 0 harus terjadi. Ini kan, banyak yang stop,” keluhnya. 

Masalah Psikologi Anak-anak

Terminologi lost generation sendiri pada awalnya digunakan untuk menyebut kelompok sosial yang mengalami kebingungan serta kehilangan arah pada periode awal pasca Perang Dunia I. Pandemi yang tak kunjung usai membuat anak-anak berisiko mengalami beberapa masalah psikologi. “Bagaimana traumanya anak-anak kita nanti puluhan tahun ke depan dengan keadaaan yg kita alami sekarang: anak yang diisolasi, anak kehilangan orang tua, anak yang ketika orang tuanya sakit dititipkan ke tetangga,” ujarnya menambahkan.

“Saya bukan orang yang pesimistis, tapi saya tidak melihat ini akan selesai cepat,” tutur dr. Aman menyampaikan kecemasannya. Ia sendiri meminta agar pemerintah betul-betul berkomitmen dan sungguh-sungguh melakukan tes yang sebanyak-banyaknya dan secepatnya agar segera terdeteksi, pelacakan atau tracing, mekanisme isolasi dan karantina, dan menegaskan aturan physical distancing.

Untuk Orang Tua

Dokter Aman berharap agar para orang tua dan seluruh warga masyarakat benar-benar menjalankan protokol kesehatan yang ada. Selain itu, tetap perhatikan tumbuh kembang anak-anak. “Timbang sendiri dan ukur tinggi atau panjang badan. Lalu diplot di aplikasi yang sudah dibuat oleh IDAI, Primaku. Selain itu, imunisasi tolong harus selalu dikontrol,” pesannya.

 

(Lela Latifa)

 


Topic

#corona #coronavirus #viruscorona #covid19 #dirumahsaja #dirumahaja #belajardirumah #workfromhome



Artikel Rekomendasi