Mengapa Susu Sapi A2 Lebih Sehat?

 

Foto ilustrasi (Freepik)

Susu sapi merupakan susu yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat di seluruh dunia. Beragam produk susu - baik untuk anak-anak maupun dewasa - mayoritas terbuat dari susu sapi. 

Umumnya masyarakat awam mungkin menganggap bahwa semua susu sapi sama saja. Sama-sama berwarna putih, sama-sama cair, dan dihasilkan oleh kelenjar susu sapi. Anda dan saya pun bisa jadi berpikir begitu. Namun ilmuwan dari Selandia Baru, Keith Woodford, Profesor Kehormatan Sistem Agri-Food Lincoln University mengungkap bahwa ternyata tidak semua susu sapi sama. 

Semua berawal dari mutasi genetika sapi yang menyebabkan perbedaan pada beta-kasein dalam susu. Beta-kasein adalah protein penting di dalam susu semua mamalia. Dari perubahan genetika sapi tersebut, kemudian ditemukan beta-kasein A1 dan beta-kasein A2. 

Pada mulanya, semua susu sapi mengandung beta-kasein A2. Namun menurut Keith, beberapa ribu tahun lalu, mutasi beta-kasein muncul di dalam susu dari sekelompok kecil sapi Eropa. 

"Entah bagaimana bisa terpilih, mungkin secara tidak sengaja. Akibatnya, banyak sapi dengan genetika Eropa sekarang memproduksi susu yang mengandung beta-kasien A1," ujar Keith dalam diskusi virtual PDGKI* yang bertema “A Closer Look in Malnutrition and Malabsorption: The Acknowledgment of Beta-Casein A2’s Benefit, Sabtu, 27 Februari 2021.


 

Foto ilustrasi (Freepik)

Karena susu merupakan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar susu mamalia, sapi bukan satu-satunya penghasil susu. Makhluk mamalia lain juga memproduksi susu secara alami, seperti spesies ruminansia (hewan pemamah biak), di antaranya domba, kambing, dan kerbau. Manusia pun menghasilkan susu berupa ASI atau air susu ibu. 

Susu yang dihasilkan oleh spesies ruminansia dan manusia, semuanya berjenis A2. 

Perbedaan Susu A1 dan A2
Keith Woodfrod menjelaskan, beta-kasein A1 dan beta-kasein A2 dicerna secara berbeda oleh tubuh. Beta-kasein A1 melepaskan fragmen yang disebut sebagai beta-casomorphin7 (BCM-7). 

BCM-7 dapat menimbulkan efek yang tidak bersahabat bagi tubuh manusia. Di antaranya, menyebabkan peradangan pada sistem pencernaan, memperlambat jalannya makanan sehingga meningkatkan kemungkinan fermentasi laktosa (gula susu), yang juga menyebabkan gejala intoleransi laktosa. 

"Beta-kasein A1 saat ini dikaitkan dengan masalah pencernaan, diabetes tipe 1, penyakit jantung, masalah pernapasan, masalah psikologis, perkembangan anak dan bahkan sindrom kematian bayi mendadak," ujar Keith.

Berikut ini penjelasan dan bukti ilmiah terkait risiko masalah kesehatan dari susu sapi A1:

Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 adalah kondisi yang ditandai dengan tingginya kadar gula atau glukosa dalam darah. 

Dalam jurnal US National Library of Medicine yang dipublikasikan pada 15 Mei 2017, dijelaskan bahwa protein susu sapi beta-kasein A1 terbukti menjadi pemicu utama diabetes tipe 1 pada individu dengan faktor risiko genetik. 

Penelitian lainnya dilaporkan Healthline, 14 Maret 2019, berdasarkan sejumlah studi, konsumsi susu A1 di usia anak-anak meningkatkan risiko diabetes tipe 1, pada mereka yang berisiko tinggi. 

Penyakit jantung
Konsumsi susu sapi A1 disebut dapat menimbulkan efek jangka panjang berupa penyakit jantung.

Healthline menyebutkan, dalam pengujian beta-kasein A1 dan A2 pada kelinci, diperoleh hasil beta-kasein pada A1 meningkatkan penumpukan lemak pada pembuluh darah kelinci yang terluka. Penumpukan ini jauh lebih rendah ketika kelinci mengonsumsi beta-kasein A2. 

Kondisi penumpukan lemak berpotensi menyumbat pembuluh darah, yang pada akhirnya menyebabkan penyakit jantung. 

Bukti lain dipublikasikan National Library of Medicine, 24 Januari 2003, yang mengemukakan kesimpulan dari studi: "Pasokan per kapita beta-kasein A1 dalam bentuk susu maupun krim, berhubungan dengan IHD (penyakit jantung iskemik) di 20 negara makmur".

Masalah pernapasan dan sindrom kematian bayi mendadak
Sindrom kematian bayi mendadak merupakan kasus yang banyak terjadi pada bayi di bawah usia 12 bulan. 

Peneliti berasumsi bahwa BCM-7 yang dihasilkan susu sapi A1 memiliki kaitan dengan kasus sindrom kematian bayi mendadak. Karena kadar BCM-7 yang tinggi dalam darah bayi dapat menyebabkan bayi berhenti bernapas saat tidur. Kondisi ini disebut juga dengan sleep apnea, yang pada akhirnya meningkatkan risiko sindrom kematian bayi mendadak. 

Gangguan mental dan perkembangan anak
Penelitian menemukan tingginya kadar BCM-7 pada bayi yang diberikan susu sapi biasa dibandingkan dengan bayi yang hanya diberikan ASI. 

Tingginya kadar BCM-7 sangat terkait dengan gangguan kemampuan untuk merencanakan dan melakukan tindakan pada anak (psikomotorik).

Studi lain menunjukkan bahwa minum susu sapi A1 dapat memperburuk gejala perilaku pada anak autis. 

Selain sejumlah efek jangka panjang di atas, Keith Woodford juga menyebutkan susu sapi A1 dapat menyebabkan peradangan di dalam sistem pencernaan manusia, sehingga mengakibatkan kembung, sakit perut, mual, dan rasa tak nyaman pada perut atau biasa dikenal dengan intoleransi laktosa. 

Diwarnai Kontroversi
Meski ilmuwan telah melakukan sejumlah penelitian terkait susu sapi A1 dan A2, di kalangan masyarakat awam hal ini belum banyak dipahami. Khususnya di Indonesia, masyarakat masih menganggap bahwa minum susu sapi merupakan tradisi baik yang menyehatkan tubuh -  terlepas dari apakah mengandung beta-kasein A1 atau A2. 

Dulunya, penemuan tentang dampak buruk beta-kasein A1 terhadap tubuh manusia, sempat dinilai sebagai kontroversi. Gagasan untuk memproduksi dan mengembangkan peternakan sapi A2, banyak diwarnai dengan perdebatan. 

Namun kini, perusahaan susu global di dunia telah mengambil langkah untuk memproduksi susu sapi A2, mengingat banyak manfaatnya bagi kesehatan manusia, dan lebih minim risiko. 

“Ilmu pengetahuan baru selalu menjadi perdebatan, oleh karena itu awalnya susu sapi A2 merupakan sesuatu yang kontroversial. Penemuan ini membuat industri susu menjadi khawatir dan mereka berupaya  untuk menyangkal hal ini. Namun, seiring waktu berjalan, industri susu mulai mengakui kebenaran temuan ini dan kini beberapa perusahaan susu global sudah mulai memproduksi produk susu sapi A2,” kata Keith.


 

Foto ilustrasi (Freepik)



Manfaat Susu Sapi A2
Kebaikan susu tak perlu diragukan lagi. Susu merupakan sumber gizi yang berperan penting untuk menyehatkan tubuh anak-anak maupun orang dewasa. 

Namun setelah mengetahui sejumlah efek buruk jangka panjang dari susu yang dihasilkan oleh sapi dengan beta-kasein A1, tentunya anggapan minum susu selalu menyehatkan, tak sepenuhnya benar. Karena faktanya ada sejumlah risiko kesehatan yang bisa ditimbulkan oleh susu sapi A1.

Untuk menekan dan menghindari risiko kesehatan tersebut, Keith memberikan rekomendasi. Caranya adalah dengan mengurangi konsumsi susu sapi A1, dan beralih kepada susu sapi A2. 

“Solusi untuk mengurangi risiko terhadap permasalahan kesehatan ini adalah dengan mengurangi konsumsi susu sapi biasa (A1) 100%," kata Keith. 

Susu sapi A2, Keith menjelaskan, hanya memiliki kandungan beta-kasein A2 sehingga lebih mudah dicerna oleh tubuh manusia. Saat tubuh mengonsumsi susu sapi A2 dan mencerna beta-kasein A2, tidak akan terbentuk senyawa BCM-7 sehingga tidak akan menimbulkan efek pada kesehatan manusia, seperti rasa tidak nyaman pada perut ataupun risiko penyakit serius lainnya.

Susu sapi A2 juga memiliki kebaikan untuk kekebalan tubuh manusia karena konsentrat protein yang diproduksi secara alami terbukti meningkatkan glutathione intraseluler yang merupakan pilihan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. 

Pada manusia, Air Susu Ibu (ASI) juga hanya mengandung 100% beta-kasein A2 tanpa ada kandungan beta-kasein A1, sehingga tidak menimbulkan masalah pada bayi dan meningkatkan imunitas tubuh bayi. 

 

Profesor Keith Woodford saat presentasi produksi susu sapi A2, Sabtu 27 Februari 2021. 


Cara Mengenali Produk Susu Sapi A2
Secara kasat mata, sulit untuk membedakan apakah suatu produk susu sapi mengandung beta-kasein A1 atau A2. Karena pada dasarnya yang membedakan antara keduanya adalah rantai asam amino - hanya para ilmuwan yang bisa mengujinya di laboratorium. 

Tapi karena sekarang produsen susu global telah memproduksi susu sapi A2, maka kita bisa mengenalinya dari kemasan. Perusahaan yang berkomitmen menyediakan susu sapi A2 bagi masyarakat, mencantumkan keterangan pada kemasan bahwa produk susu maupun olahannya dibuat dari susu sapi A2. 

Tentunya penyematan label susu sapi A2 tersebut tidak asal-asalan, melainkan perusahaan tersebut telah mengembangkan peternakan sapi A2, dan menguji sapi-sapi secara genetika.

Pemimpin global yang menggerakkan susu A2 adalah "The A2 Milk Company", yang berkantor pusat di Selandia Baru. Salah satu produknya yang cukup populer di Indonesia adalah susu sapi segar dengan merek KIN Dairy. Di botolnya terdapat keterangan "A2 Cows" yang berarti sapi A2.

Kini, langkah The A2 Milk Company dalam memproduksi susu sapi A2, telah banyak diikuti oleh produsen besar di dunia, termasuk Nestle, Danone, Johnson and Johnson, Fonterra, dan lainnya. 


*) Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinis Indonesia



ALI


 

 



Artikel Rekomendasi