Mengenal Clean Label, Kejujuran dalam Produk Makanan

 

Foto ilustrasi (Freepik)
Apakah yang Bunda lakukan sebelum membeli sebuah produk makanan atau minuman dalam kemasan? Umumnya orang-orang akan memeriksa tanggal kedaluarsa, komposisi, dan fakta nutrisi (nutrition fact) yang biasanya tertera pada sisi samping maupun belakang kemasan. Dengan pemeriksaan tersebut, konsumen dapat memeroleh informasi terkait bahan-bahan dan nilai nutrisi serta jumlah kalori berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG).

Namun seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menjalankan gaya hidup sehat, tren memeriksa fakta nutrisi tampaknya akan bergeser menjadi sesuatu yang lebih konkret. Belakangan ini, produk-produk makanan dan minuman dengan konsep clean label  mulai hadir di pasaran. 

Menurut Institute for Food Technologists, clean label berarti membuat produk dengan menggunakan bahan-bahan sesedikit mungkin dan memastikan bahan-bahan tersebut dikenali dan dianggap oleh konsumen sebagai produk yang sehat. 

Sederhananya, clean label adalah jaminan kejujuran dan transparansi dalam suatu produk. Dengan clean label, konsumen tahu bahan-bahan apa saja yang digunakan untuk mengolah produk tersebut, tanpa ada yang disembunyikan atau ditutup-tutupi. 

Clean label juga berarti tidak mengandung bahan kimia sintetis atau perasa buatan. Produk-produk clean label harus murni, bahkan tidak boleh terkontaminasi dari proses produksi di industri dan lingkungan. 

Di Indonesia, clean label mungkin belum cukup populer. Namun dalam skala global, sepertinya prinsip clean label akan semakin meluas di masa depan. Situs newfoodmagazine.com pada Agustus 2019 menyebutkan bahwa pasar untuk produk clean label diharapkan bernilai USD 51,14 miliar pada tahun 2024 untuk memenuhi permintaan konsumen yang terus meningkat.

Minat masyarakat terhadap produk-produk clean label kemungkinan didorong oleh kekhawatiran terhadap bahan-bahan yang tidak disebutkan dalam kemasan, atau kontaminasi zat tertentu dalam makanan. Misalnya, seperti yang dirilis oleh Clean Label Project dari Amerika Serikat, ditemukan kontaminan industri dan lingkungan (termasuk logam berat, residu pestisida, dan plasticizer) pada produk bayi dan balita. Hal serupa juga ditemukan pada wine

 
Foto dok. Re.juve


Pelopor clean label di Indonesia
Karena konsep clean label belum familiar di Indonesia, untuk menemukan produk-produk clean label pun belum terbilang mudah. Namun produsen jus PT Sewu Segar Primatama atau yang dikenal dengan merek dagang Re.juve telah menerapkan konsep ini. Bahkan, Re.juve mengklaim menjadi pelopor clean label di Tanah Air. 

“Re.juve adalah merek cold-pressed juice pertama di Indonesia yang mengadopsi prinsip clean label dan satu-satunya yang secara konsisten menjalankannya karena ini merupakan core value Re.juve," kata CEO dan Presiden Direktur Re.juve Richard Anthony di acara webinar 'Protecting Your Family with Natural Nutrients from Clean Label Products', Kamis 25 Februari 2021. 

Prinsip clean label yang diterapkan oleh Re.juve, dikatakan Richard, terwujud dalam proses produksi mulai dari penggunaan 100 persen sayuran organik dan buah-buahan segar, bebas pestisida, dan bebas lilin yang mayoritas di ambil dari perkebunan lokal. 

Sebagai bagian dari penerapan nilai transparansi, Re.juve memastikan bahwa konsumen dapat mengetahui seluruh informasi kandungan bahan dan nutrisi tertera pada makanan. 

"Apa saja bahan yang Re.juve tulis di setiap botol, itulah yang konsumen dapatkan. Karena untuk kami, what you see is what you get. Tidak ada satu pun bahan yang kami tutupi atau sembunyikan," ujar Richard. 

Untuk membuktikan komitmennya dengan konsep clean label yang transparan, Re.juve membuka akses kepada masyarakat untuk dapat melihat semua proses pembuatan melalui program factory visit sebelum pandemi Covid-19. Namun saat ini kegiatan tersebut dapat dilihat melalui kanal YouTube. 


ALI


 

 



Artikel Rekomendasi