Super Food Lokal Murah, Mudah Didapat

 

 

Sejak tahun 2016 Indonesia digempur bahan pangan impor. Sayur, buah, ikan, dan beras impor, merupakan bahan pangan yang  banyak dijumpai di supermarket.
 
Hutan Indonesia yang seluas 4,25 juta Ha (1990) menyimpan banyak sumber kehidupan. Madu, sayuran, buah, dan kayu adalah hasil hutan yang dapat menopang hidup kita.
 
Hutan  Indonesia  merupakan hutan tropis  nomor 3 terbesar di dunia setelah Brasil dan Kongo (Zaire). Di  Kalimantan Tengah saja terdapat 42 jenis sayur lokal yang tumbuh di hutan, pinggir sungai, bahkan di pinggir jalan.
 
Yuk, intip rak sayur di supermarket. Ada daun pakis, okra, daun labu, leeks (semacam daun bawang berbatang besar), daun poh-pohan, dan masih banyak lagi. Itu semua tumbuh di bumi Indonesia yang bisa tumbuh liar tanpa perawatan.
 
Para pendaki gunung saja mengenal 35 lebih jenis daun, bunga, dan buah hutan yang aman untuk dimakan, dan itu semua tumbuh liar.  Mari kita gali lagi sumber pangan lokal demi kebaikan: Baik untuk bumi, baik untuk kesehatan, dan baik untuk dompet kita.
 
Horenzo
Ada banyak jenis bayam di dunia ini. Yang tumbuh di Jepang bernama horenzo, di Korea ada bayam Namul, di Amerika tengah ada bayam merah  (amaranthus hibridus), dan  di Amerika utara ada bayam raksasa yang besar dan lebar - yang bisa dibuat keripik (amaranthus  cruentus). Bayam merah dan bayam raksasa mudah tumbuh di Indonesia.
 
Ganti dengan bayam (amaranthus sp) hijau atau merah (amaranthus hibridus). Bayam merupakan sumber kalsium, vitamin A, E, dan C. Bayam mengandung zat besi yang tinggi untuk mencegah dan mengatasi anemia.
 
Dalam 100 gr bayam mengandung 166 mg kalsium, 3,5 mg zat besi, 41 mg vitamin C. Kandungan lainnya adalah protein, lemak, karbohidrat, dan kalori. Secara keseluruhan, bayam memiliki kandungan gizi yang tidak jauh berbeda. Dibanding horenzo yang agak pahit rasanya, bayam lokal lebih mudah diterima lidah anak-anak. Untuk balita, bayam dapat dimasak menjadi sup, sayur bening, tumis, dan frittata.
 
Kentang
Kentang adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.  Dalam setiap 100 gram kentang mengandung energi sebesar 83 kilokalori, protein, karbohidrat, lemak, kalsium, fosfor, dan zat besi.  Selain itu di dalam kentang juga terkandung vitamin A, B1  dan C. Kentang impor dari Jepang banyak di supermarket.
  
Ganti dengan  sukun (altocalpus altilis). Sukun merupakan sumber karbohidrat. Teksturnya yang lembut seperti roti, layak bila buah ini disebut breadfruit. Mengandung serat yang tinggi, sukun memiliki glikemik indeks yang rendah. Itu sebabnya mengonsumsi sukun tidak khawatir menderita diabetes.
 
Mengandung omega 3 dan omega 6, sukun  baik untuk menjaga kesehatan hati dan otak. Untuk balita, sukun dapat diolah menjadi pure sebagai makanan pendamping ASI (MPASI).  (klik www.ayahbunda.co.id/resep/pure-sukun-kacang-merah)
 
Zukini (curcubita pepo L)
Zukini adalah batang yang membesar. Pembesaran batang ini mirip buah labu.  Zukini merupakan tanaman khas Prancis, courgette. Sayur ini baru dikenal di Indonesia pada paruh kedua abad 20.
 
Beberapa spesiesnya sudah dibudidayakan di Indonesia. Buah impor ini biasa dipanen muda, karena bila terlalu tua dagingnya keras dan banyak serat. Zukini mengandung vitamin A, B1, B2, dan C. Mengandung mineral kalium, fosfor, kalsium, dan magnesium.
 
Ganti dengan Oyong (Luffa acutangula). Oyong mengandung vitamin A, B, dan C, kalsium, fosfor dan zat besi. Riset lain ada yang menyebut, oyong mengandung AHA/DHA. Biji oyong mengandung senyawa curcubitasin yang saat ini sedang dikembangkan menjadi obat diabetes (riset Dr. Ketut Adnyana).
 
Oyong juga bersifat laksatif yang mampu merangsang ASI. Orang Indonesia sudah sejak lama mengolah oyong muda sebagai campuran sup atau sayur bening yang dicampur dengan bayam, juga tumisan. Oyong yang sudah tua memiliki serat yang sangat kuat, biasa digunakan sebagai penggosok tubuh atau untuk mencuci perkakas rumah tangga.
 

 



Artikel Rekomendasi