Tsunami Covid-19, Indonesia Perlu Belajar dari India

 

Foto ilustrasi (Freepik)

Kasus Covid-19 di India mengundang perhatian sekaligus prihatin dari banyak pihak. Jika Bunda mengikuti berita internasional belakangan ini, pasti Bunda mengetahui pembakaran mayat besar-besaran di India yang merupakan korban infeksi virus corona. 

Menurut laporan dw.com, India mencatatkan kasus Covid-19 yang sangat tinggi hanya dalam waktu 24 jam. Pada Kamis, 22 April 2021, pemerintah India melaporkan 314.835 kasus baru infeksi virus corona dengan angka kematian sebanyak 2.624. Kejadian luar biasa tersebut bahkan disebut sebagai 'tsunami' Covid-19, yang diikuti dengan kremasi massal di Tanah Hindustan. 

Sebelumnya, pada akhir tahun 2020, kasus Covid-19 di India sempat melandai dari 90 ribu kasus menjadi 9 ribu tanpa vaksin. Namun kali ini kasus melonjak naik hingga 30 kali lipat. 

Mantan direktur penyakit menular WHO Asia Tenggara Tjandra Yoga Adhitama, seperti dilaporkan Kompas.tv, menilai bahwa lonjakan kasus Covid-19 di India salah satunya disebabkan oleh masyarakat yang lengah dan abai terhadap protokol kesehatan. 

India juga sempat menggelar acara-acara besar di tengah pandemi, seperti Pilkada dan event kebudayaan dimana ribuan orang positif Covid-19 mandi secara massal di sungai Gangga.

Selain itu, penyebab kenaikan kasus Covid-19 juga disinyalir karena mutasi virus corona di India dan kelompok orang yang telah divaksin merasa percaya diri berlebihan sehingga tidak menerapkan protokol kesehatan. 

Belajar dari India
Mengganasnya Covid-19 di India, bisa kita jadikan pelajaran bersama untuk lebih berhati-hati dan tidak lengah dalam menjalankan protokol kesehatan. Ini juga sekaligus mengingatkan kita semua bahwa pandemi belum usai, Bun. 

 
Webinar Pentingnya Jaga Imunitas Tubuh Meski Sudah Divaksin, Kamis, 22 April 2021. 


Seperti disampaikan Spesialis Paru, Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K), dalam acara Webinar Pentingnya Imunitas Tubuh, Meski Sudah Divaksinasi yang digelar oleh Imboost, Selasa, 28 April 2021. "Ini (kasus Covid-19 di India) terjadi karena masyarakat abai dengan protokol kesehatan dan karena mereka merasa sudah divaksin. Belajar dari India, vaksin bukan segala-galanya. Kalau sudah divaksin, jangan eforia dan abai dengan prokes," katanya.

Kasus harian tetap ada. Bahkan, sudah mulai 6.000-an lagi per harinya. Dan, ini cukup mengkhawatirkan. Indonesia, kasusnya sudah di atas 1,6 juta, dengan kematian lebih dari 44 ribu. Saat ini, Indonesia di peringkat ke-18 di dunia, dari sisi jumlah kasus Covid-19. Indonesia masih perlu waspada, karena  baru melakukan vaksinasi sekitar 2%  dari target jumlah orang yang divaksin.

"Harus diingatkan menjalankan 5M  dan juga menjaga imunitas tubuh  adalah sesuatu yang penting, agar pencegahan bisa benar-benar dilaksanakan. Kita sudah sangat menderita, karena pandemi tidak kunjung selesai,” ujar dokter dari Divisi Infeksi Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Vaksin Tak Dapat Melindungi 100%
Pada kesempatan yang sama, Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Alergi Immunologi, Dr. dr. Gatot Soegiarto, Sp.PD-KAI, FINASIM menegaskan tidak ada perlindungan yang sifatnya seratus persen dari vaksin. 

Orang yang sudah divaksin, masih berisiko terinfeksi Covid-19. Hanya saja, kemungkinan infeksi Covid-19 pada orang yang sudah divaksin, lebih kecil ketimbang kelompok yang tidak divaksin. 

Karenanya, meski sudah divaksin, tetap harus melindungi diri agar tidak terinfeksi Covid-19. Upaya yang bisa dilakukan adalah dengan makan makanan bergizi, tidur yang cukup, olahraga teratur, menghindari stres, memperkuat ibadah, dan menjaga imunitas tubuh dengan mengonsumsi suplemen. 

Suplemen yang terbukti secara klinis dapat memodulasi sistem daya tahan tubuh dan mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut adalah yang mengandung ekstrak Echinacea pupurea dan zinc picolinate. Kedua kandungan tersebut berfungsi sebagai immunomodulator, yakni substansi yang dapat memodulasi fungsi dan aktivitas sistem imun. 

"Penggunaan immunomodulator seperti Echinacea purpurea ternyata bisa meningkatkan titer antibodi terhadap vaksinasi. Respon tubuh menjadi lebih baik," jelas Gatot.

Kelompok usia yang disarankan mengonsumsi immunomodulator seperti Echinace purpurea yaitu lansia. "Lansia itu mengalami penurunan fungsi imun. Lansia kalau mengonsumsi immunomodulator seperti echinace purpurea, maka pemberian itu bagus. Artinya, dalam kondisi yang kurang, maka lansia harus dibantu atau dirangsang dengan immunomodulator seperti Echinacea purpurea," kata Gatot. 

Hal yang sama dikemukakan Dr. Erlina. Masyarakat yang sudah mendapat vaksin Covid pun tetap butuh suplemen seperti immunomodulator.

"Sebenarnya, suplemen atau vitamin itu ada di makanan, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. Tapi, tidak semua orang suka sayur dan buah. Jadi, menurut saya, harus ada beberapa ikhtiar untuk menghindari terjadinya infeksi Covid-19 ini. Selain vaksinasi, juga bisa menjalankan 5M, termasuk juga dengan meningkatkan imunitas tubuh, salah satunya dengan mengonsumsi immunomodulator," kata Dr. Erlina.


ALI



 

 



Artikel Rekomendasi