Ruang Laktasi Dongkrak Kreativitas Ibu Bekerja

 

Foto: 123rf


Data Kementerian Kesehatan RI (2017) mengungkap bahwa baru 64,8% saja perkantoran di Indonesia yang menyediakan ruang laktasi untuk mendukung program ASI eksklusif.

Kenyataan ini menjadi tantangan bagi 80% ibu menyusui di Indonesia yang merupakan perempuan pekerja. Padahal pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan pertama di kehidupan seorang anak memberikan manfaat seumur hidup, di antaranya imunitas tubuh yang kuat dan perlindungan terhadap infeksi.

“Ketiadaan ruang laktasi layak membuat karyawan perempuan terpaksa memerah ASI di kamar mandi yang meningkatkan risiko kontaminasi air susu dengan kuman karena tidak higienis. Ruang laktasi yang ada pun seringkali hanya menggunakan ruang seadanya yang tidak layak,” ungkap Nur Aini, Koordinator Divisi Advokasi SINDIKASI ( Serikat Pekerja Media dan Industri Kreatif untuk Demokrasi), di Festival Work Life Balance, Sabtu (27/1) di Gedung Joang’45, Jakarta.

Cempaka, salah satu peserta diskusi mengingat perjuangannya untuk memberikan ASI eksklusif untuk putrinya, Bumi, saat masih menjadi pekerja di salah satu perusahaan media mingguan di Jakarta. Absennya ruang laktasi sangat mengganggu produktivitas kerjanya.

“Waktu bekerja saya banyak hilang karena harus mencari ruangan yang kosong dan nyaman untuk memerah ASI. Lemari pendingan yang harusnya dikhususkan untuk ASI tercemari bahan makanan lain. ASI bisa terkontaminasi. Akhirnya saya harus mengeluarkan ongkos lebih untuk membayar kurir ASI yang akan mengatarkan botol-botol ASI ke rumah,” kisah wanita yang kini memilih untuk bekerja sebagai penulis lepas supaya bisa fokus pada tumbuh kembang putri pertamanya ini.

 

 



Artikel Rekomendasi