4 Cara Mengasuh yang Merusak Mental Anak

 

Foto ilustrasi (Freepik)


Setiap orang tua ingin anaknya menjadi yang terbaik. Mereka mau anak-anak mampu menjawab tantangan zaman dan memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan. Tak heran jika para orang tua berusaha memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak, bahkan menciptakan peluang agar anak memiliki kehidupan yang baik. 

Namun terkadang, dalam perjalanan membesarkan anak yang panjang, ada orang tua yang tidak menyadari bahwa pola asuh yang diterapkan kepada anak, justru menghambat potensi perkembangan anak itu sendiri. Misalnya, perilaku-perilaku orang tua yang bisa merusak mental anak. 

Padahal, mental anak seharusnya diasah agar menjadi kuat. Bila mental rusak, akan sulit untuk memperbaikinya. Seperti kata Frederick Douglass, "Lebih mudah untuk membangun anak-anak yang kuat daripada memperbaiki orang yang rusak."

Situs Thrive Global menceritakan bahwa perilaku-perilaku beracun yang dilakukan oleh orang tua, umum terjadi di berbagai negara, berbagai budaya, dan disadari atau tidak berdampak buruk terhadap mental anak.

Membandingkan anak dengan anak lain
Membandingkan anak dengan anak-anak lain adalah akar dari banyak gangguan mental pada anak-anak, yaitu rasa rendah diri. Anak yang sering dibanding-bandingkan dengan orang lain bahkan saudaranya sendiri, akan merasa dirinya tidak berharga, tidak percaya diri, tidak cukup baik, dan kurang mencintai diri sendiri. 

Hanya karena kakaknya mendapat nilai 9 untuk matematika, bukan berarti si adik tidak cukup berbakat. Bisa jadi dia ahli di bidang pelajaran yang lain. Hanya karena anak tetangga sudah berani main roller blade, sedangkan si kecil Anda suka sepeda, bukan berarti ia kalah. 

Perilaku membandingkan, tidak ada gunanya bagi anak Anda. Justru itu hanya menciptakan masalah psikologis dan emosional dalam pikiran mereka. Mari kita berhenti membandingkan anak-anak dan biarkan mereka menjadi orang yang mereka inginkan.
 
Freepik


Menghukum anak karena kesalahan kecil
Menghukum anak-anak Anda atas kesalahan kecil, membuat mereka kapok untuk mencoba sesuatu yang baru. Karena hal itu menciptakan ketakutan dalam pikiran mereka bahwa setiap kali mereka membuat kesalahan, mereka akan dihukum karenanya.  

Ketakutan ini menghentikan anak-anak untuk mengeksplorasi keterampilan mereka, memunculkan sisi kreatif mereka, mencoba hobi baru, dan mengambil risiko untuk kebaikan.

Intinya adalah jika Anda selalu menghukum anak Anda karena kesalahan kecil, pada akhirnya hal itu akan menghentikan mereka untuk menjadi diri mereka yang sebenarnya. Saat dewasa nanti, ia bisa jadi akan merasa tidak bahagia, tidak puas, dan rusak secara emosional.

Daripada menghukum anak, biarkan ia belajar dari kesalahan mereka sendiri, biarkan mereka mencoba dan gagal dan mencoba lagi sampai mereka belajar melakukannya dengan cara yang benar.  

Bantu mereka menyadari kesalahan bukan dengan menghukum, tetapi dengan membimbing. Dan bahkan jika mereka mengulangi kesalahan itu, ada banyak cara sehat untuk dihadapi, tetapi hukuman bukanlah salah satunya. 

Dan yang terpenting jangan menghukum anak karena telah melakukan hal-hal baik yang membuat mereka bahagia, merasa hidup, menjadi lebih kreatif, dan menjadi versi terbaik mereka.

Mengabaikan kebutuhan emosional anak
Pengabaian dan penelantaran bisa berupa secara emosional maupun terkesan melalui fisik. Sikap atau gestur tertentu dari Anda bisa mengesankan anak bahwa ia tidak diinginkan dan diabaikan. 

Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat membantu menggambarkan bentuk pengabaian yang mungkin dilakukan orang tua kepada anak: 

-  Apa yang Anda lakukan saat anak menangis karena hal yang menyakitkan?  
-  Apakah Anda menghibur anak atau hanya menyuruhnya diam dan mengatakan bahwa itu bukan masalah besar?
- Seberapa sering Anda memeluk anak dan memberi tahu mereka bahwa mereka luar biasa dan mereka baik-baik saja?
- Apa yang Anda lakukan saat anak Anda memberi tahu Anda tentang pencapaian mereka?
- Apakah Anda merayakan kesuksesan anak atau hanya merespons seadanya?
- Apa yang Anda lakukan ketika anak memberi tahu Anda bahwa seseorang melecehkan atau mem-bully-nya di sekolah? 
- Apakah Anda hanya meminta mereka untuk mengabaikannya atau Anda mengambil tindakan melawannya dan membantu anak membela diri?

Demi kesehatan mental anak Anda, sangat penting untuk menjaga kebutuhan emosional, mental, fisik, dan finansial anak.  Peluk mereka jika mereka tidak merasa baik-baik saja, rayakan kemenangan kecil mereka, bela mereka ketika seseorang menyakiti mereka, berjuang untuk anak-anak Anda dan yang paling penting ada untuk anak-anak Anda ketika mereka sangat membutuhkan Anda.
 
Freepik


Mengharapkan anak menjadi sempurna
Kita perlu memahami bahwa tidak masalah bagi anak untuk tidak selalu sempurna, tidak mendapatkan nilai tertinggi di kelas, tidak membawa piala, dan tidak unggul dalam segala hal.

Tuntutan yang terlalu tinggi dan standar yang mengharuskannya unggul dalam segala hal, menciptakan anak-anak yang rentan mengalami depresi, stres, dan gangguan mental lainnya. 

Terkadang orang tua menuntut anak untuk menjadi sempurna bukan karena demi kebaikan anak semata. Namun ada maksud terselubung berupa kepuasan saat dipuji keluarga, teman, maupun tetangga atas prestasi anak. 

Pada intinya, yang perlu ditanamkan kepada anak adalah keberanian untuk berkompetisi dan berusaha sebaik-baiknya, tetapi ajarkan ia untuk menerima kegagalan sebaik saat ia menerima keberhasilan. Dengan demikian, anak menikmati kehidupan dalam setiap prosesnya, bukan semata pada hasil akhirnya. 


ALI

 



Artikel Rekomendasi