4 Kesalahan yang Harus Orang Tua Hindari Saat Wabah COVID-19

 

Foto: Freepik


Di situasi wabah seperti ini, sangat wajar bila Anda cemas. Akan tetapi, jangan sampai kecemasan Anda berpengaruh negatif pada anak-anak. Anak-anak layaknya cermin yang bisa menangkap apa yang sedang Anda rasakan. Bila Anda cemas atau takut berlebihan, mereka akan sangat mudah ikut merasakan emosi negatif tersebut.
 
Leah Katz, Ph.D., psikolog klinis di Portland, Oregon, AS berpesan bahwa penting bagi semua orang tua untuk mengambil jeda memberi perhatian penuh pada kondisi emosional anak-anak kita. Menurut Leah, untuk menjaga kondisi emosional anak-anak stabil, orang tua harus menghindari kesalahan-kesalahan berikut:
 
 

Percakapan Orang Dewasa di Depan Anak-anak
Bahasan tentang COVID-19 mau tak mau akan selalu memenui hari-hari Anda. Membicarakan tentang hal itu pun sudah menjadi aktivitas Anda sehari-hari. Akan tetapi, lebih bijak bila Anda tak membuat percakapan orang dewasa tentang COVID-19 di depan anak-anak, misalnya saja tentang jumlah pasien terinfeksi yang mencapai angka ribuan, jumlah kematian, maupun kemungkinan buruk dari perekonomian keluarga Anda bila wabah ini berlangsung dalam jangka waktu yang lebih panjang.
 
Leah mengatakan bahwa sekalipun Anda berpikir bahwa anak-anak sedang memerhatikan hal lainnya, mereka tetap mendengarkan. “Anak-anak adalah spons, mereka mengambil dan mendengar hampir semua hal, ujarnya.” “Simpan percakapan Anda, terutama yang berisi kekhawatiran ketika anak-anak Anda tidak ada,” pesan Leah.
 

Bersih-Bersih Berlebihan
Anda mungkin sudah tahu bahwa cuci tangan menjadi salah satu cara yang paling efektif agar tidak tertular virus corona. Anda mungkin juga sudah membuat disinfektan sendiri setelah membaca beberapa referensi. Akan tetapi, tetaplah tenang dan tidak berlebihan. Leah menceritakan pengalaman tentang masa kecilnya di mana ada seorang ibu temannya yang selalu berlebihan ketika salah satu anaknya sakit, bahkan sekalipun itu flu biasa.
 
“Dia akan mengikuti mereka berkeliling dengan semprotan disinfektan, menyuruh anaknya selalu membawa tisu, dan membuat semua orang merasa tegang dan khawatir,” kenangnya. Leah berpesan, “Jangan lakukan ini pada anak-anak Anda!” Sebab, pemandangan yang tidak biasa ini akan membuat mereka tidak tenang.
 

Menolak Ketakutan Si Kecil
Ada perbedaan antara menawarkan jaminan dengan penolakan. Leah memberi contoh dari respons penolakan, yakni “Apa yang kamu takutkan? Semuanya akan baik-baik saja.” Wajar bila saat ini anak-anak takut. Akan tetapi, menolak ketakutannya tanpa memberikan informasi apa pun yang bisa dicerna justru akan membuatnya semakin takut.
 
Oleh karenanya, lebih baik bila Anda merespons dengan kalimat seperti, “Mama tahu kamu khawatir, ya. Ceritakan, dong, sama Mama tentang perasaan kamu sekarang.” Dengarkan ceritanya dengan penuh perhatian dan tawarkan jaminan keamanan padanya seperti, “Menurut Mama, berita di media memang terdengar sangat menakutkan, tapi yakinlah kita akan melalui ini semua. Mama dan Papa selalu di sini untuk kamu.” Di samping itu, dorong ia merasa lebih berdaya dengan menjelaskan apa yang bisa ia lakukan untuk mencegah. Ketika ia punya kontrol atas dirinya sendiri di situasi seperti ini, ia akan menjadi lebih tenang.
 

Termakan Berita
Jangan sampai termakan berita salah sehingga membuat Anda cemas. Periksa kembali faktanya dengan selalu melakukan riset. Sebab, ketika Anda banyak terpapar berita yang menakutkan, maka kondisi emosional Anda juga akan terpengaruh. Selalu didik diri Anda sendiri agar bisa membimbing anak-anak lebih bijak di kondisi krisis seperti ini.
 
(Lela Latifa)
 
 
 
 

 

 


Topic

#corona #coronavirus #viruscorona #covid19



Artikel Rekomendasi