5 Cara Membantu Anak Hidup Kembali Normal

 

Foto; shutterstock
 

Keterampilan sosial nyaris tidak terstimulasi selama pandemi covid-19. Padahal keterampilan yang satu ini penting untuk menjalin relasi dengan orang lain. 

 

Keterampilan sosial sangat penting untuk dimiliki oleh anak. Karena skill yang satu ini membantu anak untuk berkomunikasi secara efektif dan efisien, hasilnya dapat membangun, memelihara dan menumbuhkan relasi dengan  orang lain. 

 

Keterampilan sosial yang baik akan membantu anak menikmati pergaulannya yang sehat dengan teman sebaya. Sebuah riset menyebut, keterampilan sosial yang baik pada anak, menghindarkan anak dari stress. 

 

Anak-anak yang lahir di awal masa pandemi, saat ini berusia 2 tahun. Di masa ini anak-anak sedang membangun keterampilan sosial seperti; belajar memberi salam pada orang di luar keluarganya, seperti kakek, nenek, paman atau bibi yang datang berkunjung ke rumahnya. Di usia 2 tahun pula biasanya anak-anak mulai diajak bermain di taman untuk berinteraksi dengan anak usia sebayanya. 

 

Sayangnya, selama masa pandemi itu kesempatannya hampir tidak ada, karena demi alasan kesehatan, balita dianjurkan menjaga jarak dan tidak berkerumun. Bagi sebagian orang tua, kondisi ini telanjur nyaman karena dengan tinggal di rumah saja, terbukti anak-anak tidak terjangkit virus covid-19. Tapi dengan berakhirnya masa pandemi kelak, anak-anak harus kembali hidup normal, yang buat sebagian orang tua belum tentu menyambutnya dengan gembira.

 

Anak-anak yang dibesarkan di masa pandemi mungkin merasa tidak nyaman bila harus keluar dari rumah dan bermain bersama teman. Mereka tidak tahu cara mengatasi perasaannya. Anak-anak yang lahir sebelum masa pandemi, mungkin anak melihat perubahan pada diri teman-temanya yang dulu pernah dikenal. Bunda, berikut ini cara membantu anak kembali ke kondisi normal agar mereka merasa aman kembali saat bertemu orang lain. Ini tips dari Carolina Maguire, M.Ed yang dimuat di mindbodygreen.com.

 

1. Mulai dengan obrolan kecil

Luangkan waktu dengan anak berdua saja. Mulai dengan mengalokasikan waktu rutin dan tempat yang nyaman untuk ngobrol. Jelaskan pada anak tentang kekhawatiran Anda dan betapa pedulinya Anda pada anak bila kelak tidak punya teman. Ceritakan betapa pentingnya seorang teman dan cara-cara membangun pertemanan. Anda tak perlu terburu-buru membicarakan rencana Anda untuk memasukkan anak ke PAUD. Setelah sekian lama anak harus berada di rumah dengan alasan untuk menjaga kesehatannya, tiba-tiba memasukkan anak ke sebuah kelompok aktifitas, membuat anak juga cemas. 

 

2. Renungkan, klarifikasi, dan cari tahu

Ulang lagi apa yang dikatakan anak yang menggambarkan kekhawatirannya. Misalnya anak mengatakan, “kalau aku diajak main sama anak-anak, aku nggak harus mendekati mereka kan?” Dengan mengulang kembali apa yang dikatakan, Anda menunjukkan empati dan memberi kesempatan pada anak untuk mengklarifikasi pernyataannya. Dengan rasa ingin tahu dan memahami sudut pandangnya, Anda mengundang anak untuk membuka diri. 

 

3. Partner dan memecahkan masalah

Ketika anak merasa percaya bahwa Anda adalah partnernya, mereka akan membuka diri, lebih siap menerima proses coaching, komit terhadap pengembangan ketrampilan sosialnya, dan membangun suksesnya. Ketika Anda membuka pembicaraan berdua saja, anak akan merasa lebih nyaman untuk terbuka. Obrolan santai penuh empati, akan membuat anak melihat Anda sebagai teman, bukan penilai.

 

4. Keterampilan sosial apa yang tidak terbentuk

Mungkin anak akan bersembunyi dan tidak tahu bagaimana mengatasinya. Tidak mudah baginya melintasi sebuah ruangan, lalu bergabung bersama anak lain yang belum dikenal dan terlibat dalam sebuah kegiatan. Rasanya pasti bikin deg-degan. Karena jarak fisik yang dibatasi selama pandemi covid-19 ada tonggak perkembagan sosial anak yang terlewati. Padahal ini penting untuk menjalin relasi. Sekarang ada kesempatan bagi Anda untuk mengidentifikasi tonggak perkembangan yang terlewati. 

 

5. Latihan

Gabungkan keterampilan sosial yang sedang Anda kembangkan dengan pengalaman sederhana untuk membangun harga dirinya. Misalnya, ajak anak untuk membalas salam dari orang yang menyapanya. Ajak anak ke lingkungan yang acak atau kurang terstruktur untuk melatihnya bicara.

 



Artikel Rekomendasi

post4

5 Tanda Keluarga Bebas Stress

Kaos kaki berserakan di ruang tamu, sepeda tanpa pedal ada di bawah kolong meja makan. Ada mainan anak dii bawah kursi. Ini bisa menjadi sumber stres keluarga. ... read more