5 Cara Mudah Menjadi Pendengar yang Baik

 

shutterstock
Begitu sibuknya kita, sehingga ketika anak butuh waktu kita sedikit saja, kita gagal fokus. Kita lebih mudah mengabaikan, lalu merasa bersalah setelahnya.
 
“Mendengarkan adalah bagian dari empati,” kata Michael Nichols, Ph.D, penulis The Lost Art of Listening. Sayangnya, orang tua kerap sulit fokus dengan cerita anak yang seringkali lama, berbelit-belit dan membingungkan. Padahal dengan meluangkan waktu untuk mendengarkan, Anda sedang memberi contoh anak untuk bersikap empati.
 
Siap mendengarkan
Mendengar tidak sama dengan mendengarkan. Mendengarkan berarti Anda menyimak, tidak hanya masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Letakkan ponsel Anda,  duduk tenang dan tatap mata anak. Ini bahasa tubuh Anda bahwa Anda siap, sehingga anak lebih santai.
 
Dengan duduk tenang dan menatap mata anak, anak merasa bahwa ia penting. Ia sekaligus belajar perilaku yang baik menghadapi orang lain bicara.
 
Tenangkan pikiran
Hilangkan sejenak hal lain meski Anda anggap penting seperti WAG atau rencana-rencana harian yang belum terlaksana. Tenangkan pikiran seolah Anda sedang bermeditasi.
 
Kondisikan pikiran Anda. Kalau saat anak bercerita tiba-tiba Anda kehilangan fokus, Anda dapat mengatakan, “Maaf. Tadi cerita yang terakhir bunda agak kurang paham. Tolong diulang?” Anda tidak perlu tegang dengan memikirkan bagaimana menanggapinya.
 
 
Ajukan pertanyaan yang baik
Inti dari mendengarkan dengan aktif bukan diam. Pertanyaan penting yang dapat Anda ajukan pada anak misalnya, “Kamu kelihatan sedih. Perlu bantuan?” Anda jangan membuat asumsi bahwa kisah sedih anak harus berakhir dengan bantuan Anda.
 
Ucapkan kembali apa yang Anda dengar
Disebut mendengarkan reflektif. Misalnya, “Wow, lucu ya?” “Jadi, tadi itu Sabrina nggak jadi duduk di sebelahmu? Padahal kan dia minta dijagain kursinya.”
 
Bagi anak, mendengarkan reflektif merupakan bentuk pemahaman Anda terhadap emosinya. Apakah ia sedang sedih, gembira, atau biasa saja. Ini membuat perasaannya lebih tenang, detak jantungnya melambat.
 
Libatkan penuh diri Anda
Mendengarkan tidak hanya dengan telinga tapi juga dengan mata, pikiran dan hati. Ketika anak bercerita soal malam, kerahkan pengetahuan Anda bahwa di malam hari ada bulan dan bintang. Burung hantu mulai keluar dari sarang mencari tikus.
 
Ketika anak Anda bercerita soal anjing temannya yang super besar, coba ingatkan, “Kamu ingat nggak, sewaktu ayah digonggongi anjing. Ayah kaget. Kaget lho, bukan takut.” Anak akan senang karena ceritanya berkaitan dengan pengalaman Anda. (IR)

 

 



Artikel Rekomendasi

post4

Intuisi Ibu: Natural atau Bisa Diasah?

Calon ibu terkadang dihinggapi rasa ketakutan akan kemampuan dirinya sendiri dalam merawat anak. Beberapa ibu pun meragukan dirinya memiliki intuisi. Benarkah intuisi terjadi alami atau harus diasah?... read more