5 Tanda Keluarga Bebas Stress

 

Foto: Envato

Kaos kaki berserakan di ruang tamu, sepeda tanpa pedal ada di bawah kolong meja makan. Ada mainan anak dii bawah kursi. Ini bisa menjadi sumber stres keluarga. 

 

Banyak hal bisa menjadi penyebab stres keluarga. Keuangan, pengasuhan anak, dan urusan domestik lainnya. Ditambah pandemi yang memenjarakan seluruh anggota keluarga. Bisa kok, hidup tanpa stres. Lakukan hal-hal sederhana ini:

 

1. Eat, play, love. 

Makan bersama sekeluarga dapat meningkatkan prestasi anak, dan memperkecil risiko gangguan makan pada anak perempuan, serta menurunkan risiko depresi pada anak laki-laki dan perempuan. Makan bersama tidak harus serius dan formal. Lakukan hal-hal lucu yang dapat diingat oleh anak-anak. “Misalnya di akhir minggu, lakukan makan bersama sambil nonton film kartun,” saran Michelle Borba, Ed.D penulis buku The Big Book of Parenting Solution. 

Tidak menjawab panggilan telepon, whatts app, dan menengok media sosial. Memanfaatkan waktu bersama untuk bonding dengan berbagai kegiatan seperti membuat kue, memberesi bagian rumah yang ingin didesain ulang, dan lain-lain. 

Ciptakan ruangan yang ramah untuk anak dan teman-temannya adalah hal terbaik yang dapat Anda lakukan. Misalnya memasang gawang di halaman belakang agar anak-anak dan teman-temannya dapat bemain sepak bola. Semakin besar anak, semakin butuh teman dentan minat yang sama.

Anak-anak yang memiliki batasan akan lebih bahagia. Mereka punya rambu untuk hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan, dengan demikian mereka merasa aman. 

Liburan mengunjungi tempat baru dapat merangsang hormon dopamin - kimiawi yang membuat otak nyaman. Anak harus tahu bahwa mereka bukan pusat dari alam semesta, mereka bisa berdampak bagi lingkungannya. Ajak anak mengunjungi panti asuhan misalnya, bermain bersama anak-anak panti asuhan. 

Rayakan sejarah keluarga, buka album foto atau koleksi foto Anda sejak menikah hingga anak-anak lahir. Buatlah tradisi untuk merayakannya.

 

2. Tidak terjadi pertengkaran. Soal uang adalah pemicu pertengkaran yang paling sering terjadi. Jujur terhadap pasangan besarnya penghasilan dan pengeluaran, dapat menghindari pertengkaran. Saat Anda bertekat untuk berhemat, lakukan dengan senang hati dan iklas. Impulsive buying dan menimbun, bukan kebiasaan yang disembunyikan. Mencari jasa perencana keuangan menjadi pilihan ketika pasangan tidak dapat mengaturnya sendiri.


3. Menjaga kebahagiaan keluarga. Ingat kembali tujuan menikah. Gunakan rumus 5:1. Bila ada 1 kali interaksi negatif, lakukan 5 kali interaksi positif. Demikian saran John Gottman, Ph.D Profesor emeritus fakultas psikologi universitas Washington. Interaksi negatif misalnya keluhan. Interaksi positif misalnya pujian, sentuhan, senyuman, bantuan, ucapan terima kasih. Ini tanda bahwa pasangan berusaha keras untuk saling membahagiakan. 


4. Tidak mempersoalkan  hal-hal kecil. Buat aturan yang memudahkan semua anggota keluarga. Buat aturan untuk jam makan, siapa menyiapkan meja, siapa membereskan meja setelah makan selesai. Semua tertangani dan tidak ada yang mengeluh. 


5. Tetap waras. Istri biasanya menangangi segala urusan rumah. Banyak hal lain juga harus diurus seperti kesehatan orang tua dan mertua. Lupakan kesempurnaan karena tidak ada manusia yang sempurna. Lupakan hal-hal yang sifatnya obsesif kompulsif sepert rumah harus bersih sepanjang hari. Makan malam harus on time. Beritahukan pada anak-anak bahwa Anda punya tanggung jawab merawat orang tua Anda. Anda harus menikmati orang-orang di sekitar Anda. (IR)

 



Artikel Rekomendasi