Agar Anda Tak Membesarkan Si Tukang Bully

 

Foto: Freepik
 
Menurut psikolog klinis sekaligus aktivis antiperundungan serta penulis buku Why Children Bully, Hanlie Muliani, M.Psi., untuk mengatasi perundungan, kita tidak hanya bisa mengajarkan apa yang harus dilakukan anak ketika mengalaminya, tetapi juga bagaimana mencegah ia tak mengalaminya. Jumlah pelaku perundungan tentu lebih banyak daripada jumlah korban, dan inilah yang membuat aktivitas perundungan bersifat masif atau masal.
 
Untuk itu, Hanlie menyarankan, untuk mencegah perundungan, orang tua harus turut andil membimbing anak-anaknya agar tidak tumbuh menjadi pelaku perundungan.
 
Berikut ini beberapa hal yang disarankan Hanlie:
 
Menjadi Panutan
 
“Orang tua harus menjadi role model empati dan welas asih dulu untuk anak-anak,” ujar Hanlie. Artinya, sedari kecil anak-anak harus ditumbuhkan rasa empatinya. Orang tua perlu mencontohkan bagaimana memahami orang lain dan mengerti kesulitan mereka.
 
Selain memberi contoh nyata, hal ini bisa dilakukan dengan cara sering-sering mengajak mereka berdialog. Misalnya dengan bertanya, “Kamu lihat anak-anak yang berdagang tisu di lampu merah itu? Kira-kira apa, ya, yang mereka rasakan sekarang?”
 
Dengan sering mengajak mereka bercakap-cakap seperti ini, kemampuan mereka untuk membaca dan memahami perasan orang lain akan terlatih.
 
Hal yang sama juga bisa Anda lakukan ketika Anda melihat langsung kejadian di sekolah saat ada seorang siswa yang diolok-olok 'gendut', 'hitam', atau 'sipit'. Alih-alih berdiam diri atau ikut memanggil si teman tersebut dengan panggilan yang sama, sebaiknya orang tua mengajak anaknya berdialog tentang mengapa teman tersebut diperlakukan demikian.
 
Anda bisa memberinya pertanyaan berikut, “Kira-kira, apa ya yang dia rasakan kalau dipanggil seperti itu? Kalau kamu diperlakukan begitu, apakah kamu suka?”
 
Pertanyaan seperti ini dapat membuka matanya untuk lebih empati dan tidak ikut menjadi pelaku perudungan.
 
Stop Membanding-bandingkan Anak
 
“Penyebab utama dari bullying adalah jealousy,” ungkap Hanlie. Ia menjelaskan bahwa perundungan bisa berasal dari perasaan terancam saat ada anak lain yang tampak lebih menonjol sehingga berpotensi mengalahkan pelaku. Akhirnya pelaku akan sebisa mungkin berupaya menjatuhkan anak tersebut.
 
Oleh karenanya, perasan ini juga tidak boleh dipupuk sejak dari rumah. Selalu terima anak apa adanya dan hindari membanding-bandingkannya dengan anak lain. Tujuannya adalah agar ia tak terbiasa memiliki perasaan terancam. Orang tua harus mendorong anak-anak untuk menjadi diri mereka sendiri yang lebih baik dari hari ke hari.
 
Bantu Mereka Terima Perbedaan
 
Salah satu hal yang menjadi bahan perundungan menurut Hanlie adalah perbedaan. Oleh karenanya, Hanlie menyarankan agar orang tua selalu mengedukasi perbedaan, mulai dari suku, agama, ras, bentuk tubuh, hingga minat seorang anak.
 
“Sering kali anak laki-laki yang tidak bisa olahraga jadi bahan bully. Padahal dia secara akademik menonjol. Jadi anak-anak perlu tahu tentang minat. Minat orang beda-beda. Ketika berbeda, bukan artinya mereka layak untuk disingkirkan,” tuturnya.
 
Membangun Kedekatan
 
“Bukan karena kita orang tua kandungnya, maka otomatis kita akan punya kedekatan dengan anak,” ucap Hanlie. Ia berpendapat bahwa kedekatan orang tua dan anak harus dibangun. Kedekatan orang tua dengan anak membuat mereka merasa diterima dan memiliki perhatian. Ini akan menghindari mereka dari upaya mencari perhatian dengan cara yang salah seperti melakukan perundungan.
 
Aktif Berkomunikasi
 
Orang tua harus menjadi figur yang nyaman untuk bercerita di mana anak merasa tidak dihakimi, disalahkan, atau dikotbahi. Hal ini membuat anak mau bercerita bila ada masalah di luar rumah. “Dengan sering berkomunikasi, perilaku anak jadi lebih bisa terobservasi. Akhirnya orang tua juga jadi tidak kecolongan,” pungkas Hanlie.
 
 
LELA LATIFA
 

 

 



Artikel Rekomendasi

post4

Tips Atur Waktu Ibu Bekerja

Pengaturan waktu bagi ibu bekerja memang tidak mudah. Tugas kantor yang menumpuk, belum lagi urusan rumah tangga yang tak boleh disingkirkan. Kuncinya, ada di perencanaan... read more